8

1185 Kata
Saat di parkiran, masih banyak karyawan yang belum pulang. Karena itu, Risa jadi pusat perhatian. Jelas para karyawan penasaran karena melihat Risa bersama dengan Andra dan keluarganya. Apalagi, mereka melihat Risa masuk ke dalam mobil Andra. "Huft. Ini akan jadi masalah," gumam Risa seraya melihat keluar jendela mobil. Banyak para karyawan maupun karyawati yang melihat ke arah mobil Andra. Pasti, karena dia naik mobil Andra. "Maaf. Ibuku memang keras kepala," ucap Andra merasa bersalah dan tak enak hati. Dia jelas tahu, Risa terpaksa menuruti ajakan ibunya. "Iya. Tak apa," balas Risa singkat. Sepanjang perjalanan, mereka saling diam dan tak bicara apapun. Hanya suara mesin dan kendaraan di sekeliling yang mengisi suasana. Juga suara radio yang dengan sengaja Andra putar. Beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Andra yang mewah dan megah. Di depan pintu, ada Briana yang sudah menanti kepulangan suaminya. Juga Irwan, yang tidak sabar ingin bertemu dengan Risa. Saat melihat Risa berjalan mendekati rumah, Irwan tersenyum lebar. Tak menyangka, setelah bertahun-tahun berlalu, dia kini bisa bertemu kembali dengan mantan menantunya itu. "Ternyata yang Yudha bilang benar," ucap Irwan senang. Risa tersenyum malu mendengarnya. Mendekati Irwan, dan langsung mencium punggung tangan Irwan sebagai tanda hormat. "Bagaimana kabarnya, Om?" Risa bertanya. "Baik. Selalu baik." Irwan menjawab dengan senyuman lebar. Dia dan Sukma benar-benar semringah saat bertemu dengan Risa. Membuat Andra keheranan karenanya. "Ayo masuk!" Irwan mengajak seluruh anggota keluarganya untuk masuk ke rumah. Mereka pun berkumpul bersama di ruang keluarga. Dan Risa benar-benar malu. Padahal, dia bukanlah anggota keluarga itu. "Kabar orangtuamu bagaimana, Ris? Mereka sehat kan?" tanya Irwan. "Sehat, Om." "Sudah lama kita tak bertemu. Lain kali ajak orangtuamu ke sini. Jangan sampai putus silaturahmi," ucap Irwan lagi. Risa hanya bisa mengangguk sebagai balasan. Kini, dia duduk di sofa. Dan di sampingnya jelas Andra. "Om masih ingat. Dulu kamu itu masih seorang remaja. Saat menikah dengan Andra dan tinggal di sini, kamu seperti anak yang hilang. Benar-benar menggemaskan," ucap Irwan diiringi tawa saat mengingat masa lalu. Risa yang mendengar itu merasa malu. Wajahnya memerah. "Iya. Itu benar. Sayang sih, kalian tak bisa mempertahankan pernikahan kalian," lanjut Sukma. Andra berdehem kuat, menatap keluarganya dengan tajam. Tak suka jika pernikahannya dengan Risa dulu terus di bahas dan diungkit-ungkit. Dulu, dia menceraikan Risa juga atas kesepakatan berdua. Dia dan Risa sama-sama tak siap membina rumah tangga. Andra masih ingin mengejar karirnya dalam pekerjaan. Begitu juga dengan Risa yang masih ingin melanjutkan pendidikan. Karena kakek Andra yang menjodohkan dan memaksa mereka menikah sudah meninggal, akhirnya Andra dan Risa pun memutuskan bercerai. Berpikir, tak akan ada yang keberatan atas perceraian mereka. Nyatanya, orangtua Andra maupun Risa sama-sama kecewa. Namun, mereka tak bisa memaksa. Takutnya salah, malah membuat anak-anak mereka merasa terbebani. Hingga saat Andra dan Risa memutuskan untuk bercerai, mereka hanya bisa mendukung. Irwan dan Sukma, mereka juga menikah atas perjodohan. Awalnya, mereka juga sama seperti Andra dan Risa. Tak saling kenal, apalagi saling cinta. Takut pada orangtua lah yang menjadikan alasan mereka mau menikah. Dan beruntungnya, sampai sekarang mereka masih bersama. Bagi Irwan dan Sukma, cinta hadir karena terbiasa itu memanglah benar. Mereka terbiasa saling bertemu, saling berinteraksi, dan bersama. Hingga perlahan, perasaan cinta dan sayang muncul. Dan kata cerai pun tak pernah terpikirkan. Irwan dan Sukma berharap Andra dan Risa bisa sama seperti mereka. Namun ya, nasib pernikahan setiap pasangan tidaklah sama. "Risa, ini istriku. Namanya Briana. Kami menikah dua tahun yang lalu dan sekarang, sedang menunggu kelahiran putra kami." Yudha memperkenalkan Briana pada Risa. Risa dan Briana saling tatap kemudian saling melempar senyum sopan. "Nah, Risa, kamu biasanya makan apa saat malam?" Sukma bertanya, memecah rasa canggung dan hening. "Apa saja, Tante," jawab Risa. "Kebetulan, untuk malam ini Tante mau masak ayam kecap dan udang asam manis. Kamu nggak alergi terhadap dua makanan itu kan?" Lagi, Sukma bertanya. "Enggak kok." "Baguslah. Kamu di sini saja ya. Ngobrol-ngobrol. Tante mau masak dulu," ucap Sukma. Setelah itu, Sukma melenggang pergi meninggalkan ruang keluarga. Setelah kepergian Sukma, Yudha dan Briana pun ikut pamit sebentar ke kamar. Risa jadi merasa tak nyaman. Karena itu, dia pun berniat membantu Sukma masak. "Dapur, sebelah mana?" tanya Risa pada Andra. Andra menunjuk sebuah pintu dengan jari telunjuknya. "Ke arah sana. Tenang saja. Kamu tak akan tersesat," balas Andra. Risa mendelik kesal mendengarnya. Rasanya, ucapan Andra barusan serasa meledeknya. Menitipkan tasnya pada Andra, Risa pun langsung berjalan meninggalkan ruang keluarga menuju dapur. Rumah itu memang luas. Namun, tata letak ruangannya tidak berubah. Dulu saat masih jadi istri Andra, Risa memang tinggal di rumah itu. Dan letak ruangannya tak ada yang berubah. Hanya cat dan pajangan saja yang beberapa berubah dan diganti. Sampai di dapur, Risa melihat Sukma yang sedang memotong ayam. Dia pun mendekat, menawarkan bantuan. "Ada yang bisa aku bantu, Tante?" tanya Risa. Sukma terkejut karena kedatangan Risa yang tiba-tiba. Tapi kemudian, dia tertawa. "Beneran mau bantuin?" tanya Sukma menggoda. Risa tersenyum malu dan mengangguk. "Ya sudah. Tolong kamu bersihkan udangnya ya." Risa mengangguk dan mulai membersihkan udang yang sudah dibeli oleh Sukma. *** Saat jam makan malam tiba, makanan sudah terhidang di meja makan. Sukma terus saja memuji Risa yang keterampilan masaknya patut dibanggakan. "Biasanya, Briana yang bantu-bantu. Tapi sekarang Briana sedang hamil. Mama tak tega melihatnya memasak. Dan sekarang, ada Risa. Mama jadi ada teman mengobrol lagi saat masak," ucap Sukma. Briana yang semula sempat cemberut langsung tersenyum. Ya, Briana juga pintar masak. Namun setelah hamil, Sukma sendiri yang melarang Briana memasak. "Makanya, Ndra, cepetan nikah," celetuk Yudha. Andra dan Risa berdehem pelan secara bersamaan. Suasana jadi begitu canggung untuk mereka berdua sekarang. Di pertengahan acara makan malam, terdengar suara bel berbunyi diikuti suara pintu diketuk. Dengan sigap, Sukma meninggalkan ruang makan untuk melihat siapa yang datang. Sementara yang lain, masih tenang di kursi masing-masing seraya menyantap makanan. "Ada tamu lagi nih. Jadi makin ramai deh," ucap Sukma saat memasuki ruang makan. Secara spontan, semua yang ada di sana menengok ke arah Sukma dan orang yang datang bersama Sukma. Wajah Andra dan Risa berubah masam saat melihat tamu yang datang barusan. Secepatnya, mereka memalingkan wajah dan kembali fokus pada makanan di piring mereka. "Selamat malam semuanya." "Tiara, ayo! Ikut makan bersama," ajak Sukma. Tiara tersenyum lembut dan mengangguk. Berjalan mengikuti langkah Sukma dan duduk di kursi kosong, di samping Briana dan Sukma. Tingkah laku Tiara sekarang benar-benar berbanding terbalik dengan saat di kantor. Dan itu malah membuat Risa merasa jijik. Cara bicara dan gestur tubuhnya benar-benar halus dan lembut. Mirip seperti seorang wanita yang lugu dan lemah lembut. "Dasar muka dua," gumam Risa. Andra yang duduk di sebelahnya mampu mendengar gumaman Risa barusan. Dan dalam hati, Andra membenarkan. "Kamu sekretaris Andra yang baru?" Tiara bertanya dengan senyuman lembut. Risa malah mual melihatnya. "Iya." "Wah, selamat ya. Semoga kamu bisa awet jadi sekretaris Andra." Ucapan Tiara benar-benar berbanding terbalik dengan semua omongannya saat di kantor tadi. "Iya. Terima kasih." Risa membalas dengan singkat dan senyum simpul. Tiara tak bertanya lagi dan langsung menyantap makan malam. Andra melirik Risa dari sudut mata. Dan dia tahu, Risa merasa risih dengan kehadiran Tiara. Apalagi Tiara sudah menunjukan sifat aslinya pada Risa tadi di kantor. Dan sebenarnya, Andra juga merasa risih dengan kehadiran Tiara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN