Bab 9. Bulan Madu Bag. 2

1061 Kata
Mutiara mulai membuka kedua matanya perlahan. Pelan-pelan ia mulai mengingat ada di mana ia? Kenapa semua tubuhnya merasa basah dan dingin? Tunggu! Kenapa Mutiara merasa bibirnya sedang tersumpal oleh sesuatu? Namun, sumpalannya ini terasa lembut dan manis. Mutiara mengumpulkan nyawa. Saat ia sudah seratus persen terjaga, ia baru sadar kalau Elfan sedang menempelkan mulutnya pada mulut Mutiara. Sontak saja, Mutiara langsung melebarkan kedua mata terkejut bukan main. Ia lalu mendorong Elfan menjauh darinya. Elfan terhenyak kaget ketika Mutiara mendorongnya menjauh. Mutiara lalu terbangun dan duduk dengan cepat. Ketika terbangun, Mutiara langsung terbatuk-batuk dan air yang sedikit keluar dari dalam mulutnya. "Kau sudah sadar, rupanya?" kata Elfan melihat Mutiara terbatuk-batuk. Mutiara yang batuknya sudah lumayan reda itu, segera menoleh ke arah Elfan dengan tatapan tajamnya. "Kamu! Apa yang kamu lakukan?!" teriak Mutiara sembari menunjuk Elfan! Elfan pun mendengkus pelan. "Tentu saja menyelamatkanmu," jawab Elfan tenang. "Ini yang kamu sebut menyelamatkan?!" Mutiara lalu menggosok-gosok bibirnya dengan telapak tangannya. "Enak saja menciumku ...!" rengek Mutiara. "Aku tidak menciummu! Aku memberikan nafas buatan padamu! Itu berbeda!" sanggah Elfan yang berbicara dengan tenang, namun terdengar seperti nada penekanan. "Aaaa ... itu adalah ciuman pertamaku ...." Mutiara masih kembali merengek tidak terima. Seolah mengabaikan penjelasan Elfan. "Kenapa kamu berbuat seenaknya padaku?!" seru Mutiara pada Elfan. Elfan kembali mendengus kasar. "Terserah kamu saja!" kata Elfan yang berdiri dan berjalan meninggalkan Mutiara. Sedangkan Mutiara masih merengek kesal dan terus menggosok bibir dengan tangannya. Ia marah kenapa Elfan enak saja menempelkan bibirnya seperti itu?! Sedangkan Elfan, berjalan untuk kembali masuk ke vila. Ketika sudah sampai di ambang pintu, ia terhenti. Ia kembali menoleh ke arah Mutiara yang masih merengek sendirian. "Seperti dia belum pernah saja," gunam Elfan pelan dengan sok cool. Kemudian, Elfan membalikkan badannya kembali. Ia lalu mengusap bibirnya bagian bawah dengan ibu jarinya pelan. Jujur saja, ketika bibirnya saling menempel dengan Mutiara tadi, terasa sangat lembut dan nikmat. Apa ini efek karena ia sudah sendiri selama tiga tahun? Akh ...! Elfan akan mengabaikannya saja! Ia kemudian melanjutkan jalan masuk ke dalam vila. *** Mutiara selesai mandi dan ganti baju. Ia mengeringkan rambutnya yang basah degan handuk. Ia benar-benar masih kesal dengan Elfan. Dari tadi saat membersihkan diri dan ganti baju, Mutiara terus saja mengolok Elfan dalam hati. "Dasar laki-laki egois! Kalau saja tadi dia mau mengantarku beli makan, aku pasti sudah kenyang dan tidak perlu mengalami ini semua!" ujar Mutiara kesal. "Dan lagi, berani-beraninya dia menciumku! Kalau hanya mau memberi nafas buatan, kan tidak perlu sampai menempelkan bibir seperti itu?! Kyaaaa! Aku benar-benar kesal!" teriaknya lagi. Mutiara kemudian melempar handuk yang baru ia pakai di atas ranjang dalam kamar. Setelah itu, ia duduk di atas ranjang dengan menyedekapkan kedua tangannya. Mutiara masih merasa kesal dan marah. "Kalau bukan karena kakek, aku pasti tidak mau diajak ke sini! Berdua saja dengan laki-laki dingin seperti dia, benar-benar sangat membosankan! Bahkan aku hampir mati!" umpatnya lagi. Mendadak, perut Mutiara kembali berbunyi. Ia lalu memegangi perutnya. "Aku benar-benar kelaparan. Bagaimana caranya aku makan, ya?" kata Mutiara yang masih memegangi perutnya. Tiba-tiba dari arah pintu kamar luar, Elfan yang masih basah kuyup masuk ke dalam kamar. Membuat Mutiara menoleh ke arahnya dengan terkejut. "Kenapa kamu masuk ke kamar?!" tanya Mutiara dengan meninggikan nada bicaranya. "Tentu saja aku mau mandi! Apa kamu tidak tahu hanya ada satu kamar mandi?" jawab Elfan dengan nada tenang dan santai. Memang benar. Hanya ada satu kamar mandi dan itu ada di kamar mereka. Pikir Mutiara. Tidak lama, Elfan langsung membuka kancing dan diteruskan membuka baju kemeja bagian atas begitu saja. Sehingga d**a Elfan yang bidang itu bisa terlihat jelas oleh Mutiara. Mutiara tentu saja lebih terkejut dari ketika Elfan masuk tadi. Ia dengan refleks langsung menutup kedua mata dengan tangannya. Ia lalu berteriak. "Kyaaa! Apa yang kamu lakukan?! Ke ... kenapa kamu melepaskan pakaianmu?!" jerit Mutiara masih dengan menutup kedua mata. "Apa kamu tidak dengar? Aku mau mandi! Tentu saja aku harus melepasnya," jawab Elfan masih dengan nada tenang. "Kenapa kamu melepaskannya di sini?!" "Memangnya di mana lagi?" "Kamu bisa melepaskannya di kamar mandi, kan!" "Aku tidak terbiasa," jawab Elfan santai. "Kyaaaa ...! Dasar m***m! Mataku sudah tidak suci lagi!" teriak Mutiara sekali lagi. Setelah itu Mutiara langsung saja berlari keluar kamar. Elfan menautkan kedua alisnya mendengar Mutiara mengoloknya dengan kata m***m itu. Baru kali ini ada yang berbicara seperti itu padanya. "Ini, kan bukan pertama kali untuknya? Kenapa harus berlebihan seperti itu?" gumam Elfan berbicara sendiri. Melihat tingkah Mutiara tadi, membuat Elfan jadi tersenyum geli sendiri. Elfan menggelengkan kepala beberapa kali sambil masih tersenyum-senyum sendiri. Kalau dipikir-pikir, Mutiara benar-benar sangat polos dan lugu. Cukup menggemaskan juga. Pikirnya. Elfan lalu akan melanjutkan melepas pakaiannya. Namun, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Elfan pun mengambil ponselnya. Ia lalu mengusap-usap layarnya dan menempelkan ponsel di telinga. "Selamat Siang, Tuan Elfan? Anda sudah sampai di vila kami?" Suara seorang perempuan terdengar dari dalam ponsel setelah nada sambung beberapa kali. Mendengar suara itu, tentu saja sudah bisa ditebak kalau suara perempuan itu adalah seorang resepsionis. "Sudah," jawab Elfan. "Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" "Tolong antarkan makanan ke sini. Kalau bisa makanan sup yang hangat. Ada yang sedang kedinginan," jawab Elfan. "Baik, Tuan. Kami akan segera mengantarkannya dengan cepat," jawab resepsionis tadi. Elfan lalu menjauhkan ponsel dari telinga. Ia melempar ponsel di atas ranjang. Setelah itu, ia kembali akan melepaskan bajunya untuk melanjutkan niatnya mandi. Namun, belum sempat Elfan melepas kancing celana, ponselnya kembali berdering. Elfan pun menoleh ke arah ponselnya. Sehingga ia berjalan mendekat dan melihat layarnya. Ada nama Kevin yang terpampang di depan layar. Membuat Elfan menautkan kedua alisnya. Elfan langsung mengangkat panggilannya itu. "Halo? Ada apa, Vin?" tanya Elfan. "Fan! Di kantor keadaan benar-benar sangat mendesak! Kau harus datang ke kantor sekarang juga!" jawab Kevin yang terdengar panik. Sementara itu di area ruang tamu, Mutiara duduk di sofa sambil terus memegangi perutnya yang keroncongan. Mutiara mencoba mencari-cari makanan yang bisa diantar di area dekat sini. Saat Mutiara sedang mencari tiba-tiba saja Elfan kembali keluar dengan terburu-buru. Membuat Mutiara kembali menengok ke arahnya. Mutiara heran melihat Elfan. "Katanya mandi? Kenapa cepat sekali? Mandi apa yang sangat cepat seperti itu?" gumam Mutiara dalam hati. Elfan berjalan ke arahnya. "Berkemaslah sekarang juga!" pinta Elfan dengan suara tegas. Mutiara pun menautkan kedua alisnya heran. "Berkemas? Memangnya mau ke mana? Kita, kan baru datang." "Kita harus kembali pulang sekarang juga!" pinta Elfan dengan tatapan seriusnya. "A ... apa?!" Mutiara terhenyak dengan melebarkan kedua matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN