Bab 11

1014 Kata
Desainer muda Rahma Anastasya Belum lama ia meluncurkan produk terbarunya yang booming, tapi dibalik boomingnya antusiasme pembeli gamis tersebut isu plagiarisme rupanya ikut menyertainya, desainer tersebut di duga melakukan tindakan plagiat terhadap karya dari saudari AP. Disinyalir dari salah satu akun media dengan inisial AP, AP sendiri diketahui pernah menggungah busana gamis yang sama hanya saja dengan motif berbeda. Melihat dari tanggal unggahan tersebut, foto sepertinya diambil pada awal tahun 2019. Pihak Rahma Anastasya sendiri sampai saat ini belum bisa dimintai konfirmasi terkait dengan masalah ini. Jadi benarkah desainer yang baru-baru ini dielu-elukan melakukan plagiat? 2200 komentar @Triana Benarkah? Itu plagiat? Duh kok nggak malu ya? Mau tenar kok pakai karya orang, sadar mbak sadar. @Mawar Halah, pastinya pingin minta royalti, secara kan penjualannya besar. Kalau nggak booming begini pasti nggak akan dipermasalahkan. @Santi @Mawar Mbak coba deh mbak pikir, andaikan karya mbak dipakai orang demi keuntungan dia memang nggak sakit hati? Cari uang sih cari uang tapi jangan merugikan orang dong. Orang salah kok dibela. @Luna Meski nggak bisa gambar dan cuma bisa gambar gunung yang tengahnya ada matahari, kalau gambar itu di pakai oleh temanku dan dia dapat nilai bagus nggak bakalan juga aku terima. Enak aja siapa yang gambar siapa yang untung. @Mia Belum tahu juga siapa yang salah, mungkin malah si AP yang plagiat kan? @Rahma Nggak tahu deh mau ngomong apa, siapa yang plagiat siapa yang benar belum tahu. Tapi plagiat itu sama seperti maling kan? Nah kalau MALING masukkan penjara aja. Ayra meletakkan kembali ponselnya setelah membaca berita tersebut, Ayra sudah membalas email dari media yang meminta konfirmasi, dan pihak media dengan cepat menyebarkannya. Sebenarnya ada keuntungan tersendiri kenapa media dengan cepat menyebarkan berita namun karena pemberitaan tersebut akun IG nya dibanjiri permintaan pertemanan. Dia sempat melihat akun gosip yang memberitakan tentang fotonya banyak yang mendukungnya namun tidak sedikit juga yang mengira dirinya menipu bahkan hanya ingin meminta bagian dari keuntungan, mereka mengatakan kenapa setelah booming di permasalahkan. Hello, kalau nggak booming nggak mungkin dirinya tahu karyanya di plagiat, dan apa keuntungan? Dirinya membuat karya bukan demi keuntungan dunia. Batin Ayra sedih, sekarang yang benar aja masih kena maki ya? Kling Mila Assalamu'alaikum, Ra, pihak dari Rahma mau ketemu nanti malam, kamu bisa? Bisa kok, ketemu di mana? Di Sarinah nanti aku kirim detail tempatnya. Ok, makasih ya. Kamu kek sama siapa aja pakai makasih segala. Ayra hanya membaca pesan Mila yang terakhir sebelum meletakkan gawalnya di atas meja dan pergi keluar kamar saat mendengar suara adik dan uminya. Baru tadi pagi dirinya sampai Jakarta dan menemukan rumah kosong hanya ada Bi Asih dan Pak Jaka. Dirinya memang tidak mengatakan akan pulang pada keluarganya, jadi ini pasti akan jadi kejutan. Samar-samar Ayra mendengar suara uminya yang bertanya kenapa sang bibi masak padahal umi bilang akan bawa makanan untuk mereka makan siang. "Buat Rara, mi." "Ya Allah anakku, kapan sampai?" Nesa dengan bahagia membawa sang anak pada pelukannya. "Tadi pagi, mi." "Ya sudah jadi sudah makan belum?" Nesa mengajak anaknya duduk di kursi ruang makan. "Nunggu bi Asih selesai masak aja, mi lagi pingin ayam panggang sama lalapan buatan bibi. Oh ya, mbak Sari katanya sudah lahiran ya, mi." "Iya, anak kedua." "Nggak nyangka ya, Mbak Sari udah punya dua anak." Sari saat mengasuh Ayra memang masih muda sekitar usia delapan belas atau sembilan belas tahun dan karena mengasuh Ayra dan Danish, Sari sering di ajak ke acara abinya dan di sanalah Sari ketemu suaminya sekarang, sang suami adalah salah satu karyawan sang abi yang kala itu menjabat sebagai manager. Anak pertamanya sudah SMP kelas tiga saat Sari dikabarkan hamil lagi. Beda jauh memang tapi itu lebih baik jadi sang kakak bisa melindungi adiknya. "Iya, alhamdulillah, padahal dulu saat menantikan Bayu, Sari dan suami harus menunggu sampai lima tahun pernikahan." "Ya anak kan rezeki, mi. Allah paling tahu kapan waktu yang tepatnya kasih. Makanya Ayra paling sebel kalau denger ucapan kapan punya anak. Ya kan semua juga pasti pingin anak, usaha sana sini tapi kalau Allah belum kasih mau gimana?" "Nah benar, jodoh, rezeki, anak dan kematian itu Allah yang tahu manusia hanya bisa berusaha dan berdoa untuk yang terbaik. Tapi Allah yang menentukan. Oh ya ngomong-ngomong kok kakak pulang nggak bilang sama abi dan umi?" "Kejutan dong, oh ya hmm umi udah liat berita?" "Berita apa? Kalau gosip kan kamu tahu umi ini paling tidak suka lihat begituan." "Maksudnya tu berita bisnia gitu, kan bisnis di Indonesia ini makin bagus, mi." "Ohh itu, nggak terlalu sih, nak. Kenapa emangnya." "Reaksi mama kalau andaikan karya mamam di plagiat apa?" "Ditiru?" "Ya lebih tepatnya karya mama diakui sebagai karya dia dan mencari keuntungan." "Ya mama marah dong, kan itu karya mama, dan mama akan perjuangkan. Bukan apa-apa, Plagiat itu audah teemasuk pencuria dan apa yang dihasilkan dari pencurian adalah haram, lha emang mau makan uang haram? Ya kita memang bukan orang suci, yang hidup tanpa dosa, tapi kalau sudah tahu itu dosa dan di teruskan apq namanya? Ketagihan, ketagihan kalau ketagihan hal baik sih oke, tapi masa ketagihan sama yang nggak baik." "Jadi selain menyelamatkan karya kita, kita juga ikut menyelamatkan orang lain dari makan uang haram dong ma." "Benar, sayang. Bukan kita mau ikutan untung ya. Misalnya gini karena mama baik, mama akan biarkan karya itu di akui orang, tapi pahitnya adalah mama nanti juga akan dimintai tanggung jawab di akhirat, karena membiarkan keburukan terjadi. Kecuali ni mama kasih karya mama buat ia cari nafkah, dan dia juga tidak mengakui karya mama sebagai karya dia, tetepa mencantumkan nama mama sebagai pencipta itu aman. Kenapa sih?" "Emmm, jadi gini. Umi, ingat kan baju yang yang Rara buat pas acara pondok awal tahun kemarin. Umi tahu nggak kalau sekarang gamis yang Rara huat itu diakui sebagai karya dari salah satu desainer yang lagi naik daun itu, mi." "Astaghirullah. Bagaimana bisa?" "Entahlah, mi. Rara sendiri juga bingung, makanya Rara pulang untuk masalah ini." "Ini ujian sayang, buat kamu juga buat desainer itu, umi harap kalian bisa menyelesaikannya tanpa menimbulkan maslaah baru. Kamu bicarakan sama abi dan Om Alif ya." "Pasti, umi." Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN