Bab 15

645 Kata
Rahman Ya rahman Sa'idni Ya Rahman Israh Shodri Qur'an Imlak Qolbi Qur'an Wasqi Hayati Qur'an Lillah Lillah Yahfu amalilillah Walihifdhi Kitabillah Min Awwali Bismillah Lil Khotmil Wa Lirridwan Ya Nur Ya Nur Ya Muhkamu Ya Tanzir Li Muhammad Ya'an Jibril Min Rabbil 'Arsyidnil Lil 'alami Wal Insan Takbir Takbir lil Hafidi Wahwa Shogir Wadhoul'aini Qoriir Yahmilu Fajro Liyuniir Bitilawatil Akwar Allah Allah Allahummaj'ma'ana Bikitabika Wakhfa'na Waj'alhulana Hishda Wahudana Abadan Waman Rahman ya Rahman - Shaikh Mishary Rashid Ghareeb Mohammed Rashid Al-Afasy Suara tepuk tangan terdengar sangat riuh di ruangan aula pondok setelah aku menyelesaikan nyanyianku. Hari ini adalah hari ulang tahun pondok tempatku bernaung, dan aku mendapat kehormatan sebagai pengisi acara. Dengan mengunakan gamis merah maroon yang sederhana dipadukan dengan khimar hitam yang menurutku serasi. Aku mencoba menghibur para santri dan tamu undangan di aula ini. Setelah mengucapkan terima kasih aku kembali ke kursi yang telah disediakan, aku menuju tempat duduk yang berada di dekat Mbak Lisa salah satu guru di pondok, tadi aku sempat melihat dia mengacungkan dua jempol atas penampilanku. Aku memang sangat suka menyanyi dan juga dapat memainkan beberapa alat musik tetapi gitar dan piano adalah dua alat musik yang paling sering aku mainkan. Dan untuk mengiringi lagu barisan aku menggunakan Piano untuk mengiringiku. "Good job, Ayra, suaramu sangat luar biasa" Ucap Mbak Lisa setelah aku duduk di sampingnya. "Mbak Lisa, bisa aja ..." ujarku karena aku merasa tidak sebagus itu. "Kamu itu kalau dipuji bilang terimakasih aja bisa nggak ya?" aku tersenyum mendengar gerutuan Mbak Lisa karena menolak pujian darinya. "Iya mbak Lisa terimakasih pujiannya" bukan aku tidak mau di puji tapi aku hanya takut pujian akn membuatku takabur. "Bener kata Mbak Lisa, Ayra. kamu itu suaranya bagus kenapa nggak jadi penyanyi aja?" mbak Rika menambahi ucapan mbak Lisa, Mbak Rika juga salah satu guru di pondok ini hanya saja beda mata pelajaran. "Aku suka nyanyi aja Mbak kalau disuruh jadi Penyanyi rasanya nggak sanggup Mbak..., lagian aku mau bebas kalau mau kemana-kemana, nah kalau jadi penyanyi aku takut jadi incaran wartawan hehehhe , kehidupan Artis kan selalu jadi sorotan mbak, lagian abi bisa ngamuk saya jadi artis." kehidupan artis kan tidak seluasa kehidupan orang biasa. Ku lihat Mbak Rika dan Mbak Lisa juga mengangguk menyetujui ucapanku. "Artinya lagu tadi apa, Ra?" Mbak Lisa melihat kearahku mencari jawaban. "Oh ya Bi, hari ini kamu kembali ke Jakarta?" pertanyaan mbak Lisa membuatku teringat bahwa setelah sebulan kembali ke Wonogiri aku harus kembali ke Jakarta untuk kelanjutan Maslah baju kemarin. "Enggak tahu, mbak, kalau acaranya ini sesuai jadwal selesainya maka aku akan pulang Mbak..., tapi kalau molor ya terpaksa besok pagi pulang ke Jakartanya, mbak." "Besok aja ya pulangnya nanti kita jalan dulu gimana?" Mbak lisa mencoba membujukku dengan mata sendunya. mbak Lisa memang tidak tinggal di pondok karena rumah beliau asli ya emang Wonogiri. "Tapi mbak, ini kan sudah malam, lagian nggak baik lah perempuan pergi malam-malam," aku mencoba menolak dengan baik, karena rasanya aku capek sekali. Andaikan jadi pulang ke Jakarta sekarang pun aku pakai sopir, ini sesuai list permintaan abi dan aku nggak boleh membantah sama-sekali. "Kan kita nggak malam-malam, paling acara ini kan nggak nyampek jam tujuh kok, mau yaa?" mbak Lisa menggenggam tanganku, mencoba terus membuatku luluh. "Baiklah Mbak tapi nanti kita habis itu kita pulang ya, mbak?" putusku akhirnya, nggak papalah nanti nggak pulang kemalaman. "Oke tapi aku yang pilih makanannya ya?, aku nggak mau makan kalau makanan Korea lagi " "Yahh Mbak kenapa memangnya ...? Kan enak mbak?" tanyaku karena menurutku korea enak juga makanannya kok. “Lidah mbak nggak cocok makan begituan.” “Baiklah demi mbak ini kita masih kan-makanan lokal aja ya?” “Thanks ya, Ayra. Pengertian banget sama mbaknya ini.” “Ya udah nanti kita pakai mobil Ayra aja ya keluarnya.” Setelah obrolan ringan tadi aku kembali fokus pada acara. Oh ya kenapa keluargaku tidak bisa ikut karena ada yang harus mereka urus dan kebetulan harinya bertepatan dengan hari jadi pondok. Oh ya aku juga mengundang Ansell dan keluarganya, dan tadi aku sempat melihat dia yang terpesona akan penampilan ku tadi. Akan ada waktunya aku akan kembali menggodanya setelah sebulan aku mengcuhkannya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN