Menghindar

1956 Kata
Tama menyesap Kopinya sambil melamun. Papanya hendak menjodohkan ia dengan anak sahabat baik Papanya di saat statusnya yang sekarang adalah suami rahasia dari Kinanti. Mereka adalah Suami dan Istri yang disatukan bukan oleh sebuah pernikahan impian melainkan hanya sebuah pernikahan paksaan dan tidak ada yang tahu kecuali beberapa warga dan keluarga Kinanti saja. Tama menunggu saat yang tepat untuk menceritakannya atau mungkin malah tidak akan diceritakannya sama sekali karena lambat laun toh mereka akan berpisah juga. "Mas kok melamun ? Mas lagi sakit ya ?" tegur Aileen adik perempuan Tama yang baru kelas Dua SLTA mengagetkan Tama. "Memang wajah mas kayak orang sakit ya ?" dengan pelan Tama meletakkan cangkir kopinya. "Mas baik-baik saja cuma agak sedikit pening dengan permintaan papa mengenai perjodohan" ucap Tama tanpa semangat sambil memandang adik semata wayangnya itu. "Hahaha … jadi juga ya rencana Papa mau jodohin mas Tama sama mb Clarissa." Dengan terkekeh Aileen mengejek kakaknya yang dibalas pelototan Tama. Aileen tentu saja sangat mengenal siapa perempuan yang akan dijodohkan dengan Kakaknya. Clarissa amalia mantan pacar kakaknya saat masih di SMA. Mereka berpisah karena Clarissa melanjutkan kuliahnya ke luar negeri. Menurut yang Ai panggilan sayang Aileen dengar dari cerita kakaknya penyebab putusnya mereka adalah karena Clariss yang tidak tahan LDR akhirnya Clarissa sendiri yang meminta putus. Dan Aileen juga yang menjadi saksi bagaimana hancurnya hati kakak laki-lakinya itu. Sempat demam tinggi karena Clarissa adalah cinta pertamanya. Pada akhirnya Tama sering keluar malam balapan liar sebagai pelampiasannya yang lambat laun semua itu sembuh setelah mamanya masuk rumah sakit akibat terlalu stres memikirkan putra satu-satunya itu. Tama Kembali hidup normal melanjutkan kuliahnya hingga menyandang gelar sebagai Dokter. Walau Papanya ingin ia yang memimpin perusahaan menggantikannya tapi Tama lebih menyarankan agar Kakak perempuannya atau Aileen saja kelak yang menggantikan Papanya. Karena Tama melihat bakat itu ada pada Mereka. Apalagi kakak perempuannya saat ini juga membantu Papanya menghandle perusahaan. "Anak kecil tahu apa sih," ucap Tama gemas sambil mengacak-acak rambut adik semata wayangnya itu. Tama anak kedua,dia masih Mempunyai kakak perempuan yang tinggal terpisah Rumah karena telah menikah. "Tahu banyaklah," ucap Aileen tiddak mau kalah. "Tapi kalau menurut Ai, Mas Tama harus tegas menolak, kayaknya Mama juga enggak suka tuh sama idenya Papa.’ lanjut Aileen sambil mentap kakaknya dan memainkan alisnya jenaka. "Mas ke Rumah Sakit dulu ya, walau lagi libur jangan keluyuran yang enggak jelas," ucap Tama sambil membelai rambut Adik kesayangannya itu yang dibalas Aileen dengan mengedipkan matanya. "Mas enggak ke kampus ?" Tanya Aileen lagi karena dia tahu kakaknya ada jadwal di kampus menggantikan Andra kakak sepupu mereka yang sedang honeymoon. "Enggak, masih besok jadwal masuknya," jawab Tama lalu melangkah keluar rumah yang diikuti Aileen di sampingnya, mengantar Kakaknya itu hingga mobilnya menghilang di balik pagar. Tama berkendara dengan santai. Sebenarnya mamanya sering menawarkan memakai supir tapi Tama lebih nyaman menyetir sendiri. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi dan ia sudah berjanji pada Puspa untuk menjemput dan mengantar Kinanti mendaftar Kuliah. Tama sebenarnya enggan menjemput Kinanti, tapi Puspa terus memaksanya karena dia ingin Kinanti ada yang menemani. Apalagi Kinanti belum hafal dengan keadaan di Kota. Puspa ingin mengantar tapi masalahnya ia ada kegiatan. Padahal yang sebenarnya baik Tama maupun Kinanti belum ingin saling bertemu, pasti rasanya canggung sekali. Mobil Tama sudah memasuki pelataran Kos tempat Puspa dan Kinanti tinggal. Setelah memarkir mobilnya Tama segera turun dan menuju ruang tamu. Peraturan di Kos Puspa dan Kinanti cukup ketat. Dilihatnya ada mbak-mbak lewat di depannya maka Tama pun meminta tolong untuk memanggilkan Kinanti. Setelah beberapa saat menanti yang keluar malah Puspa tanpa Kinanti. "Loh Mas, bukannya Kinan sudah berangkat sama kamu jam delapan tadi ?" tanya Puspa dengan kening berkerut karena jam delapan pagi tadi Kinan pamit padanya kalau ia sudah dijemput Tama dan melarang Puspa mengantarnya ke depan. "Aku baru saja datang, aku kemarin sudah meneleponnya dan mengatakan kalau aku akan menjemputnya jam sembilan pagi bukan jam delapan," ucap Tama tak kalah kaget karena sepertinya Kinanti sengaja berbohong untuk menghindarinya, tebak Tama mencoba mencerna keadaan. "Hmm… enggak mungkin Kinan bohong sama aku Mas, dia tadi berpamitan padaku dan pergi tanpa mau aku antar ke depan. Katanya Mas Tama sudah menjemputnya.” Puspa tetap kekeh kalau Kinanti pergi bersama Tama tapi ia bingung bagaimana tiba-tibaTama baru muncul di Kos dan mengatakan hendak menjemput Kinanti. "Coba kamu telepon dia dulu," ucap Tama akhirnya mencoba menenangkan Puspa. Puspa mencoba menghubungi nomor Kinanti, tapi beberapa kalu dihubungi tetap tidak diangkat membuat Puspa khawatir. "Enggak bisa dihubungi Mas" ucap Puspa sangat khawatir akan keberadaan adiknya itu. "Ayo kita cari dia," ucap Tama pada akhirnya dan bergegas keluar menuju mobilnya yang diikuti Puspa dengan pakaian seadanya. Mereka berkeliling mencari Kinanti dengan panik padahal yang dicari lagi asyik baca buku n****+ yang baru dibelinya di salah satu cafe sambil menikmati dinginnya Sweet Boba. Kinanti tadi sengaja membohongi kakaknya karena dia memang belum ingin bertemu Tama. Kekhawatiran kakaknya juga sudah ia pikirkan tapi bertemu Tama lebih tidak ia inginkan. Nanti setelah pulang baru ia akan menjelaskan semuanya pada kakaknya. Kinanti tadi sudah mencari informasi kampus yang akan dia daftar. kampusnya berbeda dengan kampus kakaknya jadi besok dia akan kembali lagi ke kampus itu. Kinanti melihat pergelangan tangannya jam sudah menunjukan pukul satu siang. Kinanti masih enggan beranjak apalagi dia sedang datang bulan jadi tidak ada salahnya dia duduk lebih lama lagi. Hatinya saat ini hampa sebenarnya, entah mengapa dia tiba-tiba rindu pada Ayah dan Ibunya. Rindu suasana rumahnya di Desa, rindu membantu Ayahnya di sawah dan bermain di sungai. Walau tinggal bersama kakaknya, tapi pasti rasanya sangat berbeda. Apalagi saat ini statusnya adalah istri dari seseorang yang dicintai Kakaknya, rasanya sangat canggung sekali dan Kinanti ingin semuanya bisa segera berakhir sehingga tidak ada rasa canggung antara ia dan Kakaknya lagi. "Ka' … maaf, boleh enggak saya minta tolong ?" satu suara mengagetkan Kinanti dari lamunannya. Ia menatap gadis cantik yang berdiri di sampingnya dengan wajah bingung. "Eh iya bagaimana ?" tanya Kinanti pada orang yang menyapanya. Gadis yang sangat cantik menurut Kinanti dengan wajah yang natural dengan senyum manis berlesung pipi. "Mhmm … maaf sebelumnya, boleh saya pinjam hape kakak ? Ponsel saya mati sedangkan dompet saya tertinggal di mobil, saya mau telepon supir biar jemput saya dan antar dompetnya," ucap gadis cantik itu sambil tersenyum. “ tapi kalua kakak keberatan saya pinjam charger saja,” ucap gadis cantik itu lagi merasa tidak enak. "Oh tidak apa-apa pakailah," ucap Kinanti sambil menyerahkan ponselnya. "Terimakasih sebelumnya ka," ucap gadis itu sambil menerima telepon genggam milik Kinanti. Setelah menelepon sebentar pada supirnya gadis itu segera mengembalikan ponsel milik Kinanti. "Terimakasih banyak ka," ucapnya dengan senyum manisnya yang berlesung pipi yang membuat siapapun pasti langsung menyukainya. "Sama-sama, duduklah disini sambil menunggu supir menjemputmu," ucap Kinanti ramah, kan lumayan ia juga bisa mendapatkan teman ngobrol. "O iya, terimakasih," ucap gadis itu lalu duduk di kursi di depan Kinanti. "Oya kenalkan namaku Kinanti, aku baru di kota ini. Mau daftar kuliah sih, tapi aku belum terlalu paham dengan kota ini," ucap Kinanti tanpa malu- malu dengan senyum manisnya padahal dia belum mengenal gadis di depannya. Tapi entah mengapa Kinanti merasa senyum gadis itu tidak asing baginya. Gadis itu tersenyum manis dan mengulurkan tangannya pada Kinanti." Namaku Aileen dan kakak bisa panggil aku Ai, senang berkenalan dengan kakak, kalau kakak mau aku akan membantu menemani kakak mendaftar di kampus tapi aku akan bolos sekolah satu harian, yah … mungkin menyenangkan juga bolos satu hari," ucap Aileen sambil tertawa. "Hahahaha … kamu kelas berapa ? coba aku tebak pasti SMP kelas dua atau tiga ya ?" Tebak Kinanti sambil mengamati Aileen. "Hmm … hahaha … masak sih wajahku semuda itu," ucap Aileen sambil memegang pipinya lalu tertawa. "Aku baru kelas dua SMA ka," ucap Aileen membuat Kinanti kaget. "Ah … kamu bohong, wajahmu betul-betul imut, aku pikir kamu masih SMP." Kinanti tertawa karena ia salah menebak. Mereka berdua terlihat sangat akrab sekali walau baru pertama kali bertemu. Baik Kinanti maupun Aileen merasa nyaman dan nyambung ngobrol berdua. Aileen seperti menemukan pengganti kakak perempuannya yang sudah menikah dan mulai jarang ke rumah kecuali di saat weekend atau Suaminya yang seorang Tentara sedang ada tugas luar. Dan Kinanti seperti menemukan teman bercerita karena Puspa lebih serius orangnya jadi Kinanti terkadang sungkan untuk terlalu banyak cerita, ditambah masalah pernikahannya dengan Tama membuatnya makin merasa tidak enak pada Puspa. "Kakak kuliah dimana ?" Tanya Aileen menyadarkan Kinanti dari lamunannya. "Belum mulai kuliah sih, Aku masih melihat-lihat kampus," ucap Kinanti berusaha kembali tersenyum. "Ya sudah nanti aku antar kakak ya, kebetulan sekolah sedang libur empat hari karena para guru sedang ada kegiatan," ucap Aileen menawarkan. "Enggak merepotkan kamu, dan beneran libur kan bukan kamu yang pingin bolos ?" TanyaKinanti mengingatkan perkataan Aileen tadi yang ingin bolos. "Hahaha ... enggak lah ka', kalau bolos bisa didiemin sama mas ku nanti ka," ucap Aileen sambil tertawa pelan. "Kakak kamu maksudnya ?" tanya Kinanti dengan panggilan Mas yang diucapkan Aileen. "Betul sekali ka', dia akan ngomel dan ceramah sampai sampai kamarku berubah menjadi kutub utara yang sangat dingin hahahaha …." Tawa Aileen makin keras setelah mengucapkannya membuat beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Kinan segera mencubit lengan Aileen agar gadis itu berhenti tertawa. "Kamu harusnya senang dong punya kakak yang perhatian bgtu, kakakku juga begitu kalau aku malas belajar," ucap Kinanti mengingat betapa galaknya Puspa kalau ia mulai tidak fokus pada pelajarannya. "Kakaknya cewek atau cowok ni ?" tanya Ailenn pada Kinanti. "Cewek, dia tegas dan juga baik hatinya," ucap Kinanti menjelaskan pada Aileen. "Hmm … nanti aku kenalin deh sama mas ku siapa tahu mereka jodoh," ucap Aileen kemudian sambil tertawa lagi. Aileen merasa menemukan teman ngobrol yang asyik, karena selama ini ia jarang memiliki teman dekat. " Non … mobil sudah di depan." Satu suara menginterupsi tawa Aileen, rupanya pak Agus supirnya yang sudah datang. "Oh..iya pak, dompet saya dibawa ?" Tanya Aileen pada Pak Agus yang segera mengangsurkan dompet kepada Aileen. "Ka' sebentar ya saya ke kasir dulu," ucap Aileen sambil berlalu meninggalkan Kinan. Tidak berapa lama ia kembali menemui Kinan Lagi untuk berpamitan pulang. "Ok ka' sampai jumpa lagi, nanti nomor kakak aku lihat di ponsel pak Agus. Senang jumpa dan ngobrol sama kakak. Sekali lagi terimakasih atas bantuan kakak," ucap Aileen lalu melambai pada Kinanti dan segera berlalu Tinggal Kinanti sendiri yang juga segera berkemas karena diliriknya jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Tidakterasa cukup lama juga dia ngobrol dengan Aileen. Segera ia ke kasir tapi ternyata Aileen sudah membayar pesanannya. Di lain tempat Tama dan Puspa setelah berkeliling cukup lama mencari Kinanti dan tidak mendapatkan hasil, akhirnya kembali ke kos dan menunggu hingga Kinanti pulang. Karena Puspa sangat yakin Kinanti pasti akan segera pulang. Dan apa yang diyakini Puspa benar adanya, mereka melihat gadis cantik itu turun dari Ojol dan berjalan santai memasuki kos tanpa menyadari jika dirinya diperhatikan oleh Puspa dan Tama. "Darimana saja kamu !" panggil Puspa sedikit keras membuat kaget Kinanti. Dan ia lebih kaget lagi saat melihat Tama juga duduk di situ. Kinanti seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan tanpa ba bi bu lagi Kinanti segera berlari menuju kamar mengabaikan pertanyaan kakaknya. Kinanti tidak ingin bertemu Tama dan menghindar adalah cara yang terbaik menurutnya. Biarlah ia pasang telinga jika nanti kakaknya marah, maka ia akan jelaskan semuanya pada kakaknya. Saat ini dia belum siap jika harus berjumpa atau memulai pembicaraan dengan Tama atau ia ingin tidak pernah berinteraksi dengan Tama sama sekali hingga perpisahan itu tiba. Kembali ke ruang tamu, akhirnya Tama pamit pada Puspa untuk kembali ke Rumah Sakit. Puspa berkali-kali meminta maaf karena sudah merepotkan Tama. Tapi bagi Tama itu hal yang menyenangkan karena dia bisa berlama-lama bersama Puspa. Tidak bisa dipungkiri hatinya masih berharap akan Puspa, walau statusnya saat ini adalah suami dari Kinanti, semua serba rumit dan Tama ingin semua segera berakhir. Ia dan Kinanti bisa berpisah jika keadaan sudah cukup tenang dan warga pelan-pelan mulai melupakan pernikahan yang tidak diinginkannya itu. ******* Love you all My Readers....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN