Helo Readers …. Love you all
****************
Setelah sampai dirumah, Orang Tua Kiananti hanya bisa terdiam. Ayahnya marah tapi berusaha menahan emosinya karena ia masih meyakini kalau putrinya tidak mungkin berbuat demikian.
Sedangkan Ibunya hanya bisa menangis tetapi itu pun sesaat saja. Karena Ibu Kinanti segera memanggil Tama dan Kinanti menanyakan kejadian yang sebenarnya.
Setelah berembuk lama maka diputuskan kalau Kinanti dan Tama harus dinikahkan. Demikian sudah menjadi keputusan rapat Kepala RW dan juga RT serta beberapa warga. Itu sudah keputusan dan tidak ada yang bisa membantah. Tidak juga Ayah Kinanti karena mereka harus tunduk pada aturan Desa yang masih memegang teguh adat istiadat. Apalagi tidak ada saksi yang menguatkan Kinanti dan Tama.
Selain daripada itu sebenarnya kebanyakan warga yang takut pada pak RT dan juga Haris yang memiliki anak buah yang suka main pukul. Tentu saja Tama menolak dengan keras keputusan rapat tersebut karena dia tidak melakukan apa-apa pada Kinanti dan hanya mau menolongnya saja dari perbuatan b***t Haris. Tapi bukti yang dipegang penduduk atas hasutan Haris adalah Tama dan Kinanti berduaan di dalam rumah kosong tersebut dibuktikan lagi dengan foto saat Kinanti memeluk Tama dan juga baju Kinan yang terlepas dari tubuhnya dan hanya menggunakan jaket milik Tama. Maka mau tak mau Tama tidak bisa membantah terlalu jauh.
Sementara itu Puspa yang terguncang hatinya enggan keluar kamar dan menyembunyikan tangisnya. Hatinya hancur karena angannya bersama Tama musnah seketika.
Puspa hanya bisa menangis karena ia kecewa pada Kinan. Tetapi dia tidak tahu jika Kinan didalam kamarnya sendiri juga lebih sedih daripada dirinya karena sudah membuat sedih Ayah dan Ibunya serta sang kakak Puspa. Apalagi Kinan tahu kalau Tama diam-diam menyukai Puspa dan sebaliknya Puspa pun menyimpan hati untuk Tama. Mengingat semua itu air mata Kinan semakin deras mengalir.
Malam itu semua berkumpul di ruang tamu, Tama duduk dengan wajah yang sulit ditebak.
"Saya akan menikahi Kinanti, tapi tolong Orang Tua saya di kota jangan sampai tahu masalah ini," ucap Tama dengan mimik serius.
"Setelah menikah Kinan bisa ikut saya ke kota untuk menghindari bisik-bisik warga yang pasti masih akan terus dirasakannya. Tetapi Kinan tidak tinggal bersama saya melainkan Kinan akan tinggal di kos, karena saya tidak ingin siapapun lebih-lebih orang tua dan keluarga saya tahu kalau saya sudah menikah." Tama menarik nafasnya sebentar sebelum melanjutkan kembali kelimatnya.
"Atau jika Kinan ingin tetap tinggal di sini dahulu semua saya serahkan pada Kinan, untuk biaya hidup dan uang nafkah akan saya berikan sebagai bentuk tanggung jawab karena setelah menikah itu menjadi kewajiban saya," ucap Tama walau ada beban di hatinya karena pernikahannya sangat dipaksakan tapi tetap saja dalam hitungan jam Kinanti akan menjadi Istrinya.
"Setelah keadaan membaik dan tenang, dan warga pelan-pelan bisa melupakan kejadian ini maka Kinan dan saya bisa bercerai" ucap Tama lagi.
Tetapi ayah Kinan tiba-tiba memotong ucapan Tama dengan nada yang berat. "Pernikahan di keluarga kami cuma sekali dan saya harap jangan ada yang berpisah walau saya sangat tahu bagaimana pernikahan yang akan dilakukan, tetapi mungkin ini sudah jalan tuhan buat kalian." Ayah Kinanti menarik nafas berat, ia sebenarnya sangat berat melepaskan anak gadisnya menikah dalam keadaan seperti ini. Tapi saksi dan bukti memberatkan Tama dan Kinanti. Walau demikian hati Ayah Kinanti sedikit lega karena laki-laki yang akan menikah dengan putrinya adalah laki-laki yang sudah menolong putrinya lepas dari niat jahat Haris.
Kinanti sudah menceritakan semua kejadian yang sebenarnya dan tentu saja ia lebih percaya pada putrinya daripada warga atau Haris yang kelakuannya saja sangat memuakkan.
"Kita lihat saja nanti pak, jika keadaan sudah membaik dan mungkin saat di kota nanti Kinanti menyukai seseorang, maka saya tidak akan keberatan untuk melepasnya," ucap Tama dengan wajah serius yang hanya dibalas kebisuan orang tua Kinanti.
"Kinan masih mau disini, jika hati Kinan sudah tenang baru Kinan akan ke kota sekalian mendaftar Kuliah," ucap Kinan menyela pembicaraan dengan mata yang bengkak akibat terlalu banyak menangis.
"Baiklah terserah kamu saja, tapi saat di kota, bersikaplah seolah-olah kamu tidak mengenalku, jangan pernah menyapaku juga," ucap Tama dengan nada dingin dan tidak ingin terbantahkan yang dibalas anggukan Kinanti.
Semua diam dengan pikiran masing masing hanya Puspa yang masih terisak di kamar meluapkan lara hatinya.
Keesokan paginya pernikahan tanpa pesta dilaksanakan dirumah Kinanti dengan wali nikah Ayah Kinanti sendiri dan dihadiri juga warga yang ingin melihat pernikahan mereka.
Kinanti menangis sambil memeluk Ibunya saat Tama menjabat tangan Ayahnya dan mengucapkan Ijab Kabul dengan sangat lancar seperti tanpa beban dan tanpa paksaan, padahal semua tahu bagaimana pernikahan yang sedang terjadi. Selesai membacakan ijab yang langsung di sahkan oleh saksi maka resmi sudah Kinanti menjadi istri Tama.
Pernikahan yang tidak diharapkan dan juga sangat tidak diinginkan.
Tama hanya terduduk dengan wajah tanpa senyum, hingga Kinanti mencium tangannyapun senyum itu tidak ada.
Selesai menikah, Tama mencoba berbicara pada Puspa yang masih belum mau keluar dari kamar. Ia juga masih belum mau bicara, makannya pun diantar Ibunya ke kamar. Tama berdiri di depan kamar Puspa dan mengetuknya pelan.
"Puspa … boleh aku bicara ?" Tama mengetuk lagi pintu kamar Puspa dan berharap gadis yang diam-diam dicintainya itu mau berbicara dengan dirinya. Tapi sampai beberapa kali mengetuk tetap saja tidak ada jawaban dari Puspa.
"Sudahlah Nak Tama biarkan Puspa tenang dulu." sayup-sayup Puspa mendengar Ibunya berbicara pada Tama yang diikuti langkah kaki yang menjauh lalu pintu kamarnya dibuka dengan wajah Ibu yang muncul dan tersenyum padanya.
"Nak … mau sampai kapan kamu mendiamkan adikmu ?" ucap sang Ibu sambil membelai rambut putri sulungnya itu.
"Adikmu pasti sangat sedih dan tertekan dengan pernikahan ini, jika kamu kakaknya saja bersikap begini padanya apalagi warga. Adikmu saat ini sangat tertekan dan dengan kamu bersikap begini ia pasti dia lebih tertekan lagi. Padahal kamu tahu kalau semua yang terjadi bukan karena mau Kinan ataupun Tama. Jika hatimu terluka maka bersabarlah nak, pasti semua ada hikmah baiknya. kamu harus paham itu nak," ucap ibunya bijak menasehati Puspa sambil membelai lembut rambut sulungnya itu. karena Ia merasa jika putri sulungnya itu ada hati pada pemuda yang sekarang telah resmi menjadi menantunya, Suami dari putri bungsunya.
Puspa hanya diam saja mendengarkan kata-kata ibunya. Pelan-pelan hatinya mulai bisa menerima tapi ia bingung bagaimana bersikap saat ini. Yang ia inginkan saat ini hanyalah menenangkan hatinya terlebih dahulu.
Sorenya Tama kembali ke kota. Buku nikah mereka akan diurus oleh Ayah Kinanti. Tama pulang tanpa berpamitan pada Kinanti yang enggan keluar kamar walau Ayahnya sudah memintanya untuk keluar.
Setelah pernikahan tadi pagi Kinanti mengurung dirinya di kamar. Dia ingin sekali bicara pada Puspa kakaknya.tapi sang kakak sepertinya masih enggan melihat dan juga berbicara padanya. Kinan tahu hati Puspa sedih tapi ia saat ini lebih sedih lagi.
Sampai satu minggu Puspa masih belum mau berbicara pada Kinan. Tapi sore itu Puspa datang ke kamar Kinanti dan mengajaknya bicara. Ia menangis saat melihat mata adiknya yang bengkak karena terlalu banyak menangis.
"Kinan ... maafkan sikap kakak ya buat kamu sedih," ucap Puspa dengan air mata yang sulit dibendung.
"Kinan yang harusnya minta maaf sama kakak, sudah ambil Mas Tama dari Kakak, walaupun belum resmi tapi kan kakak suka sama mas Tama. Tapi sekarang Kinan malah buat semuanya jadi kacau," ucap Kinanti dengan air mata yang terus membanjiri wajah cantiknya
"Kakak enggak salahkan kamu, sudahlah kakak yang egois. Ini bukan mau kamu ataupun Mas tama tapi keadaan yang membuat kalian akhirnya menikah," ucap Puspa mencoba tersenyum sambil menghapus air mata Adiknya walau hatinya luka.
"Setelah ini kamu ikut kakak ke kota ya, kamu daftar kuliah biar hatimu juga tenang tidak bertemu dengan warga yang akan selalu menggunjingmu," ucap Puspa lagi dengan lembut sambil membelai rambut Adiknya.
"Iya kakak," ucap Kinan sambil memeluk Puspa. Hatinya sedikit lega setidaknya kakak yang paling dia sayangi sudah mau berbicara padanya dan tidak marah. Dalam hati Kinan bertekat akan menyatukan Puspa dan Tama dua insan yang diam-diam saling menyukai.
Ayah dan juga Ibu yang melihat dari balik pintu tersenyum melihat putri mereka sudah kembali berbaikan. Tetapi lagi-lagi sang Ibu terlihat mulai menangis membayangkan bagaimana nasib rumah tangga Kinanti.
Menikah karena paksaan dan juga pasti warga akan selalu menggunjing putri bungsunya itu. Padahal ia tahu kalau putrinya tidak mungkin melakukan perbuatan kotor itu. Semua adalah permainan Haris dan juga ayahnya yang ingin mempermalukan keluarga mereka akibat menolak lamaran Haris untuk Kinanti.
********
Dua hari kemudian Puspa sudah bersiap-siap kembali ke kota. Diaingin mengajak serta Kinanti tapi Adiknya itu masih ingin dirumah dahulu. Mungkin satu atau dua minggu demikian yang Kinanti utarakan padanya.
Ibu sudah memasukkan lauk dan makanan kesukaan Puspa di dalam kantong plastik besar. Kebiasaan Puspa kalau pulang kampung jika kembali ke kota tidak lupa membawa lauk kering dan juga cemilan buatan Ibunya.
Ayahnya yang akan mengantar Puspa ke kembali ke kota. Puspa sebenarnya ingin berangkat sendiri tapi Ayahnya selalu khawatir, akhirnya mau tak mau Puspa mengiyakan.
Setelah berpamitan pada Ibunya serta Adiknya, Puspa segera naik ke mobil yang dikemudikan pak Adi, supir yang selalu disewa Ayahnya jika hendak bepergian.
Walau mereka punya mobil sendiri tapi Ayah tidak mau menyetir sendiri selalu mengajak supir yang dibayar, sekalian bagi rezeki kata Ayahnya.
Kinanti terus memandang Puspa. Mata Puspa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Di lain sisi Puspa bingung bagaimana bersikap saat berjumpa dengan Tama nanti yang saat ini statusnya adalah adik iparnya.
Setelah melambai dan menutup kaca mobil maka segera mobil itu berangkat. Kinanti masih lekat memandang mobil yang membawa Kakak dan Ayahnya. Dipandanginya terus mobil itu sampai hilang di belokan.
********
Warga masih terus membicarakan Kinanti yang hanya dibalas cuek oleh Ibu Kinanti. Karena dia sangat tahu bagaimana putrinya. Ia dan juga Suaminya mendidik kedua putri mereka dengan ajaran Agama untuk selalu menjaga kesopanan.
Dua minggu berlalu saatnya Kinanti yang ke kota diantar sang Ayah. Rencananya Kinanti akan tinggal satu kos bersama Puspa.
Puspa memperkenalkannya pada Ibu kos dan juga anak-anak kos yang lain begitu Kinanti tiba di Kota.
Ayah mereka langsung pulang setelah selesai mengantar putri bungsunya karena semua bisa diurus mereka sendiri.
Kinanti sempat menangis karena baru kali ini dia berpisah dari Ayah dan Ibunya tapi ia juga merasa aman karena ada Puspa.
"Kinan … kamu beres-beres dulu ya, Kakak mau ke kampus dulu," ucap Puspa yang sudah siap-siap dengan tasnya. "Kamu masak nasi saja, untuk lauk nanti kakak belikan ya pulang dari kampus," ucap Puspa lagi melanjutkan.
" iya kakak …," ucap Kinanti sambil meminum s**u kotaknya.
"Oya ka', besok kan Kinan daftar kuliah, biar Kinan sendiri aja ya," ucap Kinan yang tidak mau merepotkan kakaknya.
"Nanti kakak antar kamu dulu setelah itu baru kamu urus sendiri ya," balas Puspa sebelum menghilang dari balik pintu.
Setelah Puspa pergi, tinggallah Kinanti yang masih asyik dengan s**u kotak dan juga roti tawarnya. Ia tidak sadar kalau ponselnya berbunyi. Alat pipih itu memanggil untuk diangkat. Setelah melihat yang menghubunginya adalah nomor yang tidak dikenalinya, Kinanti memilih tidak mengangkatnya.
Sampai delapan kali panggilanpun tidak diangkatnya. Sampai akhirnya masuk notifikasi pesan di aplikasi hijaunya. Kinanti membuka pesan yang rupanya adalah pesan suara dari nomor yang tidak dikenali yang tadi meneleponnya.
"Angkat teleponmu, ini aku Tama !" Suara di pesan suara yang membuat Kinan langsung manyun. Setelah pernikahan hingga saat ini ia belum pernah berjumpa atau berbicara dengan Tama.
Sesaat kemudian benda pipih itu kembali berdering lagi. Kinan ragu mengangkatnya hingga sampai berbunyi dua kali baru diangkatnya.
"I … iya mas Tama," ucap Kinan terbata agak canggung juga karena ia dan Tama tidak saling mengenal dan tiba-tiba menikah.
"Kamu sudah di kos Puspa kan ? besok aku antar kamu daftar kuliah. Jangan sampai telat aku jemput kamu jam Sembilan," ucap Tama di seberang sana langsung menutup teleponnya yang belum sempat di balas iya atau tidak oleh Kinanti. "Dasar semaunya sendiri mengatur aku, emang dia siapa main perintah," sungut Kinan lalu meminum habis s**u kotaknya.
Setelah meletakkan ponselnya, Kinan segera menuju ke kamar mandi. Dia ingin mandi dengan air dingin untuk mendinginkan otaknya. Entah bagaimana dia bersikap saat nanti berjumpa dengan Tama .Berjumpa dengan suami Jadi-jadiannya, tapi sepertinya Kinan mempunyai rencana lain.
***************
Love you all…………