Dea dan Alea telah kembali ke Jakarta dan keduanya saat ini menyewa sebuah apartemen yang tidak jauh dari hotel tempat mereka bekerja. Alea juga telah mendapatkan pekerjaan dan hari ini rencana Dea akan segera bekerja sedangkan Alea akan mulai bekerja besok pagi. Dea menatap Arga dengan tatapan lembut karena ia tidak menyangka Arga sudah sebesar ini dan Arga semakin hari semakin menggemaskan baginya.
"Arga udah diminum susunya?" tanya Alea.
"Nanti Ma, Aga masih kenyang," ucap Arga membuat Alea menghela napasnya.
"Arga minum susunya, jangan banyak alasan!" ucap Alea membuat Arga mengkerucutkan bibirnya.
"Iya Ma," ucap Arga segera melangkahkan kakinya menuju dapur dan mengambil s**u yang ada diatas meja.
Dea tersenyum melihat Alea dan Arga, ia kembali mengingat bagiamana Alea melewati masa sulitnya dan sekarang Arga telah berumur lima tahun. Namun tetap saja ada rasa khawatir dihati Dea mengingat Arga yang sering kali terlihat murung. Arga pernah menanyakan kepadanya kenapa ia tidak memiliki Papa dan itu membuat Dea bingung karena yang berhak menjelaskan semuanya adalah Alea. Dea melihat Alea tiba-tiba meneteskan air matanya, Dea memegang bahu Alea dan ia kemudian mencubit lengan Alea membuat Alea tersenyum.
"Cari Papa baru untuk Arga Le!" ucap Dea membuat Alea kembali menujukkan senyumannya yang Dea tahu senyuman yang mengandung kata ia tidak ingin mencari pengganti suaminya.
"Kau juga harus moveon De! Kemarin kenapa nolak diajak pacaran sama Rado?" tanya Alea. Rado hanya salah satu laki-laki yang mencoba mendekati Dea meskipun Dea tidak cantik karena penyamarannya. Dea memiliki daya tarik yang luar biasa didepan para lelaki karena kecerdasannya dan kemampuannya dalam bekerja.
"Aku nggak suka Alea, aku masih betah sendiri. Sebenarnya dia baik karena dia tidak peduli dengan aku yang telah memiliki anak," ucap Dea membuat Alea tersenyum karena Dea selalu mengatakan jika ia telah memiliki anak dan Arga menjadi salah satu alasannya untuk menolak laki-laki yang mendekatinya.
"Dea, Dea pada hal aku yang janda eh...kamu yang ngaku janda," ucap Alea menghela napasnya.
"Aku hanya ingin mereka tahu Le, aku tidak akan pernah bisa mengabaikan Arga dan kamu karena kalian adalah bagian penting dalam hidupku," ucap Dea membuat Alea tersenyum haru dan ia segera memeluk Dea dengan erat.
"Sayang banget sama kamu De, kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya," ucap Alea. Arga mendekati keduanya dan melihat keduanya dengan dengan tatapan aneh.
"Kok pelukan, Mama sama Bunda?" tanya Arga.
"Memang nggak boleh ya Ga?" goda Alea.
"Boleh Ma, tapi Arga juga pengen dipeluk!" ucap Arga membuat Alea segera menggendong Arga dan ketiganya saling berpelukan.
Dea merasa sangat terharu karena baginya saat ini hanya Alea dan Arga, keluarga yang ia miliki. Ia tahu keberadaannya saat ini masih dicari papinya dan juga beberapa laki-laki yang juga tergila-gila padanya. Cantik mungkin menjadi keinginan setiap wanita tapi cantik juga berdampak pada luka yang saat ini menyelimuti hatinya. Dimanfaatkan oleh orang yang paling ia sayang dan orang ini juga telah mengecewakannya. Jika ia harus membantu dalam bisnis kenapa ia mesti ditumbalkan untuk menjalani pernikahan yang tidak ia inginkan. Jika nanti ia kembali bertemu keluarganya, ia harus bisa menyakinkan Papinya jika ia bisa membantunya menjalankan bisnis tanpa harus menjalani pernikahan bisnis seperti keinginan sang Papi.
"Ma, Bun kapan kita jalan-jalan?" tanya Arga membuat Alea dan Dea segera melepaskan pelukannya.
"Nanti kalau Mama dan Bunda libur kerja!" ucap Alea.
"Janji ya Ma, Bun!" pinta Arga.
"Janji" ucap Alea dan Dea bersamaan
Setelah pembicaraan di pagi hari itu dan mereka membicarakan banyak rencana untuk pergi bertamasya bersama, Dea kemudian pamit ke kamarnya. Dea bersiap pergi ke Hotel dan ia telah mempersiapkan dirinya dengan penampilannya yang terlihat sederhana dan tidak mencolok. Tak lupa ia menggelapkan kulitnya membuat Alea tersenyum melihat penampilan Dea.
"Sampai kapan kamu akan berpenampilan seperti ini De?" Tanya Alea.
"Entahlah hahaha, aku juga tidak berniat mencari kekasih dengan menujukkan diriku yang sebenarnya. Aku nyaman hidup seperti ini Le, tidak perlu khawatir dijodohkan dengan laki-laki hidung belang demi kewajibanku sebagai seorang anak," ucap Dea.
"Iya Dea, mungkin nanti ada seseorang yang membuatmu jatuh cinta dan akhirnya kamu menjadi dirimu yang sebenarnya," ucap Alea.
Dea menaikkan kaca matanya yang turun di batang hidung mancungnya "Kalau pun ada, sepertinya laki-laki itu harus lebih hebat dariku dan dia harus bisa mengendalikanku jika tidak, dia bisa aku hajar Le," ucap Dea membuat Alea terkekeh. "Aku pergi dulu Le, Arga..." panggil Dea.
"Iya Bunda," ucap Arga dan ia mendekati Dea lalu mengulurkan tangannya. Arga mencium punggung tangan Dea membuat Dea tersenyum.
"Arga sama Mama ya, Bunda kerja dulu!" Ucap Dea.
"Nanti pulang Aga mau Martabak Bun," ucap Arga.
"Martabak rasa apa?" Tanya Dea.
"Kacang Bunda," ucap Arga menbuat Dea mengelus kepala Arga dan ia mencium dahi Arga dengan penuh kasih sayang.
"Bunda pergi ya nak, hmmm...aku pergi ya doakan agar semuanya berjalan lancar!" Ucap Dea.
"Itu sudah pasti dan semoga yang jadi atasan kamu nanti adalah laki-laki tampan yang baik hati yang menyadari jika ada permpuan cantik bernama Dea," goda Alea.
"Hahaha ini nih kebanyakan baca n****+," ejek Dea. "Ya udah Bunda pergi ya Ga, Assalamualaikum," ucap Dea.
"Waalaikumsalam," ucap Arga dan Alea bersamaan.
Dea keluar dari Apartemen dan ia menuju lobi Apartemen, beberapa orang menatap kearah Dea namun mereka segera mengalihkan pandangannya karena ternyata Dea tidak secantik tubuhnya yang langsing. Jika saja Dea tidak menutupi kecantikannya ia pasti membuat para lelaki tertarik untuk menatapnya lebih lama. Dea menaiki ojek motor untuk berhemat, ia pasti akan selalu menghindari air jika hujan dan memilih menunggu hujan reda untuk melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin kulit hitamnya terkena hujan dan akhirnya makeupnya luntur, Dea selalu menyiapkan topi didalam tasnya.
Beberapa menit kemudian ia sampai di hotel dan ia segera melangkahkan kakinya masuk kedalam lobi hotel. Dea mendekati resepsionis dan tersenyum ketika resepsionis menujukkan senyum ramahnya. "Pagi Bu ada yang bisa kita bantu?" Tanyanya dengan ramah.
"Saya Dea, saya karyawan hotel yang baru saja dimutasi disini," jelas Dea.
"Sebentar ya Bu," ucap salah satu dari mereka. Karyawan itu segera menghubungi bagian HRD dan menanyakan tentang informasi kedatangan Dea. Setelah menutup teleponnya, ia tersenyum kepada Dea. "Ibu Dea dipersilahkan untuk menuju ruang HRD yang berada disebelah kiri, Pak tolong antarkan Bu Dea ke HRD!" Ucapnya memerintahkan salah satu karyawan hotel.
"Baik Bu, Mari Bu Dea saya antar!" Ucapnya.
Dea menganggukkan kepalanya dan ia mengikuti karyawan itu, yang saat ini berjalan didepannya. Hotel ini sangat mewah, ia sangat terkejut karena ia bisa bekerja di hotel ini dengan jabatan baru dan juga gaji yang lebih besar dari gajinya yang sebelumnya. Dea mengerutkan dahinya ketika karyawan itu membawanya masuk ke ruang rapat.
"Ibu tunggu diruangan ini, nanti bagian HRD akan menemui Ibu!" Ucapnya.
"Oke Terimakasih," ucap Dea tersenyum ramah.
Dea menghembuskan napasnya karena harusnya ia segera menuju ruang HRD dan tidak perlu menunggu di ruang rapat ini. Dea berpikir mungkin ia akan kembali diwawancarai oleh pihak HRD dan ia harus siap dengan segala kemungkinan yang harus ia hadapi. Dunia kerja tidak mungkin berjalan mulus sesuai dengan yang ia harapkan. Dea mengedarkan pandangan dan teradapat beberapa cctv dan juga camera lainnya yang kemungkinan adalah kamera yang sering digunakan untuk rapat secara live oleh petinggi perusahaan.
Dea sama sekali tidak menyadari ketika ia telah masuk kedalam ruang rapat ini, seseorang sedang mengamatinya dari ruangannya sambil tersenyum sinis. Laki-laki tampan penuh wibawa dan terlihat angkuh, dibalik senyumannya ada rencana licik yang ia siapkan untuk wanita cantik yang sedang ia amati. Kedatangan Dea telah ia tunggu, terlebih lagi ia tahu dibalik makeup tebal itu terdapat wajah cantik bak bidadari yang membuat para kaumnya tertarik untuk memilikinya.
Kaisar Aldebaran Bagaskara sosok yang menjadi tangan kanan Senopati Arya Bagaskara kakak sulungnya sang penguasa Bagaskara grup. Sejak kecil ia selalu ingin lebih unggul dari Senopati hingga membuatnya sukses diberbagai bidang baik itu bidang akademik maupun bidan non akademik. Kaisar sukses memegang beberapa perusahaan keluarga termasuk perusahaannya sendiri yaitu KAB yang bergerak dibidang Jasa pengiriman, keamanan dan juga perhotelan. Kaisar sangat tegas dan disiplin tak jarang ia selalu saja menujukkan kekuasaannya dengan mengintimidasi lawan-lawan bisnisnya. Kaisar mengangkat sudut bibirnya ketika melihat Dea yang sedang berbicara dengan salah satu karyawannya mendandatangi berkas yang ada dihadapannya.
"Pak, Bu Dea telah menandatangi berkasnya," ucap Ben asisten Kaisar ketika membaca pesan yang dikirimkan pihak HRD yang ia perintahkan untuk membuat Dea menandatangi perjanjian kerja.
"Saya sudah lihat Ben, makanya saya minta mereka bertemu di ruang rapat," ucap Kaisar sambil menatap laptopnya yang saat memperlihatkan Dea yang sedang duduk dengan karyawan HRD.
"Iya Pak," ucap Ben.
"Menurutmu dia cantik?" Tanya Kaisar membuat Ben melototkan matanya dan ia menelan ludahnya karena bingung ingin mengatakan apa. Kaisar terlihat tertarik kepada Dea dan sejujurnya Dea sangat jelek dimatanya.
"Tidak Pak," ucap Ben.
"Dia cantik sekali, kamu saja yang buta," ucap Kaisar membuat Ben membuka mulutnya karena terkejut dengan ucapan Kaisar. Apa penglihatan atasannya ini sudah terganggu. Walaupun Dea sebenarnya cantik tapi ketika berdandan seperti ini, ia terlihat sangat jelek menurut Ben.
"Bagaimanapun penampilan dia tetap cantik, wanita garang yang penuh pesona," ucap Kaisar tersenyum membuat Ben menghembuskan napasnya. "Tapi lebih baik kamu memang harus berpikiran dia jelek agar kamu tidak perlu sering menatap wajahnya," ucap Kaisar.
"Iya Pak," ucap Ben.
Kaisar kembali menatap laptopnya dan ia melihat pertemuan Dea dan karyawan itu selesai. Kaisar segera berdiri membuat Ben mengerutkan dahinya. "Bapak mau kemana?" Tanya Ben.
"Mau membuat perempuan itu terkejut melihat saya, bukannya pertemuan kami sebelumnya sangat menyenangkan," ucap Kaisar dan ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya dengan santai. Ia akan mengganggu Dea karena Dea telah berani membohonginya dan mengatakan bocah laki-laki yang mirip dengan dirinya atau Senopati Kakaknya adalah anaknya.