Episode 9

2350 Kata
Rani Pov (Restoran) Sudah seminggu ini aku mencoba menghindari Tuan Juan, dengan berfikir keras agar aku tak bertatap muka dengannya. Bila aku melihat wajahnya, lalu dia bertanya kenapa selama seminggu ini aku menghindarinya. Maka aku tidak bisa mengatakan alasan apa, selama seminggu ini diriku menjauhinya. Saat tadi siang aku masih sempat melihat dia di restoran, dan aku sempat bertatap mata dengannya walaupun itu dari jauh. Namun, ketika pandangan kami bertemu, tiba-tiba dia terlihat buru-buru meninggalkan restoran. Entah mengapa, melihat dia yang pergi begitu saja membuaku tidak suka, sesungguhnya aku tidak ingin dia pergi begitu cepat meninggalkan restoran. Karena aku menyukai kehadirannya. Padahal biasanya Tuan Juan akan duduk lebih lama di restoran, seraya minum kopi hitam yang kubuat. Selama seminggu ini, dia selalu memaksaku untuk membuat kopi hitam untuknya. Ya, walaupun bukan dia sendiri yang mengatakannya padaku. Namun, dia menyuruh orang suruhannya memintaku membuatkan kopi hitamnya. Hari ini seperti biasa aku bekerja dengan semangat, tapi entah mengapa hatiku merasa kosong. Aku juga mendengar kabar kalau di restoran ini, akan kedatangan seseorang yang menggantikan manager lama dengan manager yang baru. Lebih mengherankan lagi aku mendengar kabar dari temen pagawai lain, manager lama dipecat secara tidak hormat. Bahkan ada yang bilang manager lama yang pernah menamparku itu, dipukuli hingga tangannya patah dan giginya juga patah. Sempat aku berpikir itu mungkin balasan karena manager pernah menamparku, tapi kuenyahkan pikiranku itu. Karena membalas perbuatan jahat, atau mendoakan orang yang jahat tidak akan membuat kita jadi lebih hebat dan lebih baik. Aku malah tidak pernah punya pimikiram untuk membalas dendam atau mendoakan manager yang pernah menamparku. Aku yang mendengar kabar manager yang dilukai hingga seperti itu, seketika membuatku merinding. Kenapa ada orang yang tega menyiksa sesadis itu? Mudah-mudahan aku tidak pernah bertemu dengan orang yang pernah menyiksa manager hingga terluka parah, bahkan memikirkan saja aku tidak mau. Tiba-tiba lamunanku buyar karena, dikejutkan oleh sahabatku. "Hai ... ngelamun saja, kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanya Talita. "Hemm ... tidak ada, hanya sedikit lelah saja," jawabku ngawur. "Tadi aku mendengar pemberitahuan kalau CEO yang punya restoran ini, akan datang. Tapi Beliau akan memperlihatkan dirinya, pada saat acara penyambutan di jamuan makan malam nanti." "Nanti akan ada acara dansanya juga, lho. Kita sebagai pegawai diwajibkan harus datang ke acara penyambutan nanti." "Kalau ada pegawai yang tidak datang, maka dia akan dipecat. Jadi kita harus datang, dan kita di wajibkan datang menggunakan pakaian formal dalam acara jamuan makan malam nanti," ucap Talita dengan begitu panjangnya. "Hah ... Apaa! Memang apa hubungannya dengan tidak datang di acara dansa kita harus dipecat? Memangnya siapa dia yang seenaknya main pecat orang," jawabku kesal. "Kamu itu, Ran. Masa tidak tahu! Pasti ada hubungannyalah, 'kan Beliau yang mempunyai restoran ini. Kamu ini gimana, sich. Masa tidak tahu?!" ejek Talita. "Hehehe ... aku lupa kalau dia CEO-nya," ucapku seraya memegang tengkuk yang tidak gatal karena malu. "Lalu bagaima ini 'kan aku belum punya baju untuk acara nanti, apa kamu sudah ada?" tanya Talita "Belum ada." "Gimana kalau pulang kerja nanti, kita pergi ke mall saja. Soalnya acaranya pestanya tinggal 2 hari lagi," ajak Talita dengan nada semangatnya. "Oke, tapi jangan masuk ke toko yang harga bajunya mahal-mahal, ya," ucapku dengan nada memelas. "Itu sich, oke. Karena aku juga tidak mau, beli baju dengan harga mahal. Sayang sama uangnya, hahaa," jawab Talita dengan tawanya. "Haha ... kamu ini mengingatkanku harus selalu berhemat.'' Kami pun melanjutkan pekerjaan seperti biasa, tiba-tiba ada seseorang yang menyiramku dengan teh cukup panas. Tepat di tanganku setelah menyiram seseorang itu juga berkata kasar padaku. ''Aww ... sstt, sakit,' gumamku. Aku terkejut, seraya memegangi tanganku yang terkena minuman panas tadi. "Hai ... masih mengenalku, Nona?!" ucap seseorang yang tidak lain adalah Fransisca. Fransisca dengan santai berbicara, padahal tadi dia telah menyiramkan minuman panasnya padaku. Terlihat tidak ada rasa penyesalan di wajahnya. "Fransisca! Kenapa kamu tega sekali padaku, apa salahku padamu kenapa kamu selalu menyakitiku?" "Hah ... apa salahku kamu bilang?! "Karena sikapmu yang sok polos itu, kamu mencoba merayu kekasihku, Juan. Lalu kenapa kamu pura-pura tidak tahu, jangan pernah dekati Juan lagi. Camkan itu!!'' desis Fransisca di telingaku. "Aku tidak penah merayu kekasihmu Sisca, sebab aku tidak mengenal siapa kekasihmu, Fransisca?" jawabku sedikit berbohong, karena takut dia akan marah bila aku jujur. 'Aku tidak akan mengatakan pada Fransisca, kalau sebenarnya aku dan Tuan Juan telah saling mengenal,' batinku. "Aku tidak percaya, dengan ucapanmu itu! Kuperingatkan jangan pernah mendekati kekasihku lagi, karena mulai sekarang aku akan selalu mengawasimu," ancam Fransisca di dekat telingaku lagi, setelah itu dia pergi meninggalkan restoran. Kulangkahkan kakiku menuju toilet. Entah mengapa setelah mendengar ancaman Fransisca, membuat air mataku tiba-tiba mengalir. Kuhapus air mataku dengan kasar, seraya melihat tanganku yang memerah dan terasa perih akibat ulah dia tadi. Kenapa dari dulu Fransiska selalu jahat padaku, padahal selama ini aku tidak pernah berbuat salah padanya. Tanpa sadar aku telah meratapi diriku sendiri yang selalu lemah dan mudah di sakiti Fransisca, tanpa bisa melawan. Setelah cukup lama di dalam toilet, aku kembali ke tempat istirahat pegawai karena aku ingin mengambil tas karena sebentar lagi sudah jam pulang kerja. Aku berusaha bersikap normal, dan bersikap ceria jika saat berhadapan dengan Talita. Kami pun pergi ke mall dengan ceria, lalu mencari pakaian yang akan kami.kenakan nanti. Aku memang tidak percaya diri bila berbelanja pakaian, karena akan sangat sulit untuk mencari ukuran baju yang cocok untuk ukuran tubuhku . Karena badanku yang besar itu, yang menjadi penghalang untuk menemukan pakaian yang cocok untukku. Namun, aku bersyukur walaupun gendut tapi tinggi badanku cukup lumayan tinggi. Jadi tidak terlalu buruk jika dipandang orang lain, menurutku, sih. Tapi tidak tahu pendapat rang lain padaku. Setelah selesai mengelilingi mall besar, dan menemukan apa yang kami cari. Aku dan Talita memutuskan untuk pulang. Aku berharap diacara nanti, pakaian yang kupilih tadi sesuai dan tidak mempermalukan diriku sendiri. Aku berharap ada teman pria yang bekerja di restoran, mau berdansa denganku di acara pesta nanti. *** Juan Pov (Kantor) Hari ini aku benar-benar sibuk hingga tidak sempat berlama-lama duduk di restoran, seraya melihat gadisku. Ya, sudah seminggu ini aku sibuk dengan berkas dan file-file sialan itu. Karena mereka, aku tidak bisa memadang wajah Rani dan melihat senyumannya. Aku harus fokus dan berkonsentrasi penuh untuk mengurus perusahaanku, walaupun pikiranku tidak sepenuhnya berkonsentrasi dalam pekerjaan. Karena sebagian isi kepalaku tengah di penuhi dengan bayangan Rani gadisku. Meskipun itu terasa sulit, tapi aku harus melaluinya. Karena tujuanku harus cepat menyelesaikan semua urusanku, agar aku bisa bertemu dan melihat wajah cantiknya. Hati ini benar-benar merindukan senyumannya. Jika aku bisa melakukan pekerjaan dengan baik, maka semua usaha yang kupunya bisa berjalan dengan baik pula. Agar nasib para pegaiwaiku tetap aman. Walaupun aku orangnya datar dan juga dingin, tetapi aku tidak akan membuat para pegawai yang sudah bekerja keras terabaikan. Karena mereka telah bekerja keras selama ini, dengan caraku ini aku ingin mensejahterakan nasib mereka ketika Meraka bekerja dalam naunganku. Sebenarnya dalam seminggu ini aku sangat merindukannya, dan selama seminggu ini pula kulihat dia berusaha menghindariku. Tetapi aku berpura-pura tidak tahu, karena memang selama seminggu ini aku harus fokus pada kesibukan di kantorku. Mungkin dia menghindariku karena tamparan yang dilakukan Fransisca padanya, dan untuk seminggu ini aku membiarkankan dia melakukan apa yang dia mau. Tapi tidak lain kali, karena aku tidak akan membiarkannya lagi. Haruskah aku menggunakan kekuasaanku sekarang, kalau memang itu yang harus kulakukan. Maka aku akan melakukannya. Agar aku bisa mendapatkan perhatian Rani kembali, maka tidak ada pilihan lain. Selain mengancam, agar patuh dan mau menuruti apa yang kumau. 'Hahaa ... Iya kenapa tidak terpikirkan selama seminggu ini, kemana saja diriku yang cerdas seperti biasanya. Memang sejak aku mengenalnya, aku berubah menjadi sedikit bodoh.' "Robert! Kemarilah, ada dua tugas yang harus kamu lakukan hari ini." "Iya, Tuan. Apa yang harus saya kerjakan?" "Pertama cari tahu semua data tentang Rani, dan apa saja yang biasa dia lakukan jangan sampai ada yang terlewat.'' "Undang semua kolega serta rekan bisnisku, aku akan mengadakan jamuan makan malam di restoran. Yang biasa kudatangi akhir-akhir ini." "Satu lagi acarannya akan diadakan kurang lebih 2 hari lagi, jadi persiapkan sebaik mungkin. Karena aku sudah tidak sabar melihat ekspresi terkejutnya," titahku panjang, tapi tegas. "Baik, Tuan. Saya akan melaksanakan perintah Anda sebaik mungkin," jawab Robert sopan setelah itu berlalu keluar ruang kantor Juan. Untuk acara dansa nanti akan kupastikan kalau Rani yang akan menjadi pasanganku. Tidak akan kubiarkan laki-laki manapun menyentuh tubuhnya, karena setiap inci di tubuhnya hanya milikku. Gadis gendutku. Tidak sampai tiga puluh menit Robert telah membawa laporan, dan semua data tentang Rani gadisku. Aku mulai membaca dengan teliti semua barang yang disukai maupun pun tidak disukai. Rani sudah tidak punya Ayah, pantas saja kalau dia yang bekerja keras selama ini. Karena Ibunya sudah tidak bekerja, dan dialah yang menjadi tulang punggung keluarga sekarang. Tiba-tiba pandanganku jatuh saat membaca kalimat yang membuatku teramat senang, karena isi laporan data Rani. Jika selama ini ternyata gadisku tidak pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun. 'Jadi akulah pria pertama yang akan mendekatinya, dan akan kubuat Rani jatuh cinta padaku bahkan tergila-gila padaku. Karena aku ahlinya.' *** Dominic (Bandara) Ada sosok pria tampan dengan kaca mata hitam, dengan pakaian formalnya. Baru saja turun dari jet pribadinya. Dia begitu sempurna, hingga semua wanita terpekik histeris ketika melihat senyum malaikatnya yang akan menyihir bagi siapa saja yang melihatnya. Dia adalah Dominic Jordan ketua MAFIA dari BLACK ROSE . Namun, Dominic masih kalah tampan dari sahabatnya sendiri. Yaitu dari ketua MAFIA dari BLACK WINGS pria angkuh, berhati dingin dan sadis. Seorang ketua dari kelompok mafia, yang paling ditakuti di dalam dunia bawah tanah. Domonic adalah sahabat kecil dan sekaligus rekan bisnis, Juan Alexander. Tepat hari ini ia akan menyempatkan bertemu sahabatnya, sekadar melepas rindu seorang sahabat dan membahas beberapa hal yang berkaitan pekerjaan kantor. Saat Dominic tengah asik dalam menebar pesonanya, tiba-tiba ponselnya berbunyi Drrrttt ? Juan "Hallo ... Bro, lama tidak bersua?" ucap Dominic. "Gimana apakah sudah sampai?" tanpa membalas salam Dominic, Juan malah bertanya. "Iya ... Ini baru juga turun dari pesawat, sekarang aku akan langsung istirahat di hotel," jawab Dominic jujur. "Oke. Setelah istirahat, datanglah ke kantor. Kita bertemu." "Oke." Tut. Setelah panggilan terputus Dominic bergegas keluar, di luar bandara sudah terparkir 3 mobil super mewah. Ada beberapa bodyguard juga, yang tengah menunggu kedatangan tuanya tidak lain adalah Dominic. Sebagai ketua mafia, kemana pun Dominic pergi selalu ada yang yang mengawal. Mengingat para musuh tidak akan segan-segan menyerang tanpa ia waspada. Setelah Dominic masuk ke dalam mobil, sang supir mulai melajukan kendaraan yang di kendarai menuju hotel. Sesampai di hotel, Dominic ingin cepat beristirahat. Karena nanti sore ia sudah ada janji bertemu dengan sahabatnya. *** Waktu cepat berlalu, Domonic pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Ia pun teringat akan janjinya, dengan Juan. Dominic langsung bersiap-siap, setelah mandi dan berganti pakaian. Ia pun berangkat menuju kantor sang sahabat. Cukup membutuhkan waktu lima belas menit, Dominic akhirnya sampai di lobby kantor besar dengan fasilitas lengkapnya. Dengan gayanya yang khas, Dominic mulai keluar lalu berjalan menuju ruang kantor yang sudah ia ketahui. Saat ia sampai di depan ruang kantor sang sahabat, ia melihat wanita cantik yang tidak lain sekertaris Juan tengah duduk di kursinya. "Selamat sore, Nona. Apa MR. Juan Alexander ada di dalam?" tanya Dominic dengan senyuman menggoda. Sekretaris Juan yang terkaget melihat pria tampan di depannya, seketika membuatnya gugup. "Ohh ... ada, Tuan. Apakah Anda Tuan Dominic?" "Iya." "Kalau begitu silahkan Anda masuk, karena Anda telah ditunggu Bos sedari tadi," ucap sekretaris Juan, seraya membukakan pintu untuk Dominic. " Baiklah, terima kasih Nona cantik.Kalau begitu, saya ke dalam dulu," pamit Dominic, seraya mengerlingkan mata genit pada sekretaris Juan. Sekretaris Juan langsung merona, dan salah tingkah. Meskipun hanya mendapatkan godaan kecil dari sang penebar pesona. Setelah Dominic masuk, ia langsung di sambut hangat oleh sang sahabat. Juan tidak segan merentangkan tangannya pada sang sahabat ketika ia melihat sahabatnya memasuki ruangan kantornya. Lalu memberikan pelukan hangat ala pria dewasa, dengan senyuman khasnya. "Gimana kabar kamu, Dom?" tanya Juan, setelah merelai pelukannya. "Baik. Kamu sendiri bagaimana? Kudengar kabar dari orangku, kamu telah putus hubungan dengan kekasihmu, Fransisca. Apakah itu benar, teman?" jawab Dominic, dengan mengajukan pertanyaan pula. "Jangan bicarakan wanita itu lagi, aku muak mendengar namanya," ujar Juan dengan nada tidak suka. "Oke." "Besok kamu harus datang diacara jamuan makan malam, yang sengaja kuadakan secara mendadak," udang Juan dengan nada datar. "Tumben sekali seorang Juan Alexander mau menunjukkan siapa dirinya, apalagi di restoran kecilmu itu. Apa ada yang salah, denganmu?" tanya Dominic dengan nada heren. "Tidak ada masalah denganku, hanya saja di restoran itu aku bisa menemukan berlian indah. Bahkan sangat indah yang tidak bisa kutemukan di tempat yang lain." "Saat ini aku menginginkan berlian indah itu, hanya untukku," jawab Juan mengalir tanpa sadar ia mencurahkan isi hati pada sang sahabat. "Wah ... hebat sekali berlian itu bisa menarik perhatian dari seorang Juan Alexander, yang datar dan tidak pernah mengenal cinta. Tapi kini kulihat ada binar cinta di matamu, teman. Syukurlah akhirnya kamu menemukan wanita yang bisa membuat hatimu bergetar," puji Dominic, sekaligus turut merasakan kebahagiaan ketika sang sahabat menemukan cintanya. "Hem ... Aku yakin, kamu juga pasti akan merasakan seperti yang saat ini kurasakan." "Bila kamu mengalaminya nanti, pasti kamu akan merasakan gila sepertiku ketika jauh dari gadis impianku itu. Tidak bertemu dan memandang wajahnya saja membuat rindu, makanya hanya dengan cara menunjukkan jati diriku aku ingin memilikinya." "Ahh ... jadi penasaran, seperti apa gadis berlian yang sudah meleleh akan batu es sepertimu," penasaran Dominic, seraya mengetuk daku dengan jari telunjuknya. "Jangan pernah punya niatan kamu ingin merapasnya dariku, karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi," peringat Juan dengan ekspresi serius. "Sstt ... tenang saja teman, aku pastikan tidak akan merampas milikmu," jawab Dominic menenangkan kegelisahan hati Juan, karena takut jika sang sahabat menikung nya. "Bagus! Aku pegang kata-katamu, Dom." "Iya." 'Aku jadi penasaran, gadis seperti apa yang sudah membuat Juan Alexander bisa tergila-gila. Hingga mengadakan pesta di restoran kecilnya, bahkan dia bisa berbinar ketika menceritakan tentang gadis berliannya.' 'Aku pun sudah lelah berpetualang dengan wanita-wanita yang kukencani, sekarang aku ingin juga menemukan cinta dan juga gadis impianku,' batin Dominic merasa iri, dengan Juan sang sahabat. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN