11. Let's Surf!

1209 Kata
“Halo?” “Hai, Am. Apa kau sedang sibuk?” Tubuh Amy menegang begitu suara familiar terdengar di telinganya. Suara baritone rendah yang selalu berhasil membuatnya berdebar tak karuan. “Dash?”, tanya Amy. “Ya, ini aku. Apa kau sedang sibuk?”, tanya Dash. Amy masih sangat tidak menyangka Dash menghubunginya. Mereka tidak pernah bertukar nomor ponsel sejak pertama kali berkenalan. “Dash?”, ulangnya seperti radio rusak. “Ya, ini aku, Am. Dash”, jawab Dash sambil terkekeh geli. “Kok kau bisa mengetahui nomor ponselku? Seingatku, kita tidak pernah bertukar nomor ponsel deh”, selidik Amy. “Hmm.. aku mengetahuinya dari agen raahasiaku”, jawab Dash. Amy tertawa mendengar lelucon Dash. “Ada yang bisa aku bantu?”, tanya Amy. “Hei, kenapa formal sekali? Di luar Le Paradis aku bukan tamumu, tapi temanmu, benar?”, ujar Dash. Amy tersenyum. Ya, tentu saja teman. Apa yang kau harapkan? Ujar Amy dalam hati. “Yeah, kita teman”, ulang Amy dengan sedikit getir namun berusaha ia sembunyikan. “So, apa kau sedang sibuk hari ini, temanku?”, tanya Dash. Amy berencana mengambil botol kaca berisi surat untuk Dash yang masih belum bisa ia sampaikan. Amy ingat, pembuangan sampah besar diangkut oleh truk provinsi dua minggu sekali. Dan besok adalah jadwal pengambilannya. Sehingga sudah tidak ada waktu lagi bagi Amy. Sedangkan hari ini adalah jadwal liburnya di Le Paradis. Itu berarti, ia harus mengambil botolnya tengah malam atau di pagi buta. Amy menahan erangannya mengingat si bodoh Kevin yang membuat semua rencananya berantakan. Tapi sisi lain ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena meletakkan nampan berisi botol tersebut sembarangan. Tapi ego lainnya menolak dan tetap menyalahkan kebodohan Kevin yang membuang barang milik orang lain tanpa bertanya lebih dulu. “Am? Apa kau masih di sana?”, tanya Dash. “Ya, aku masih disini”, jawab Amy. “Jadi, apakah kamu sibuk hari ini?”, tanya Dash. “Mari kita lihat, hari ini jadwalku libur di Le Paradis. Dan, aku juga libur di tempat lainnya. Tapi aku memiliki urusan penting di malam hari. Jadi aku kosong sampai jam sebelas malam nanti. Ada apa?”, tanya Amy. “Urusan penting apa?”, tanya Dash. Amy tersenyum. “Rahasia, yang jelas ini menyangkut masa depanku”, jawab Amy. Dash tertawa pelan. “Baiklah, apapun yang terbaik untukmu”, balasnya dengan tulus. Amy tersenyumm. Masa depan yang aku maksud adalah kau, Dash, pikirnya. “Yeah, jadi ada berita besar apa?”, tanya Amy. Dash tertawa. “Tidak ada, aku hanya ingin mengajakmu berselancar sore ini, dan setelahnya, kita akan membeli makan malam bersama. Bagaimana?”, tanya Dash. Amy tersenyum, tapi seketika senyumnya mengkerut. Dash biasa berselancar dengan teman – temanny termasuk Priscila dan Blink. Oh juga Nick! Selain itu, ia selalu berselancar di pantai dekat toko milik Ayahnya. Bisa gawat jika sesuatu yang aneh terjadi lagi di saat ia belum memperbaiki situasi sebelumnya. “Apa bersama teman – temanmu juga?”, tanya Amy penasaran. “Tidak, hanya aku dan kau”, jawab DAsh. Amy tersenyum. “Apa kau mau mengunjungi pantai lain yang bagus untuk dibuat berselancar?”, tanya Amy. “Wow, ku pikir pantai yang biasanya adalah yang terbaik di kota ini”, ujar Dash. Amy tertawa. “Kau mendapat pemandu wisata yang tepat, Sir”, balas Amy. Dash tertawa. “Aku beruntung sekali! So, Nona pemandu, apa kau mau berselancar denganku sore ini?, tanya Dash. “Tentu! Kau bisa menemuiku di perbatasan pantai dekat dengan mini market kembar jam tiga sore nanti”, jawab Amy. Dash tersenyum di seberang teleponnya. “Ok, see you, Am”, ujarnya. Amy tersenyum. “See you, DAsh”, jawab Amy. Amy bersenandung begitu panggilan teleponnya selesai dengan Dash. Ia menyimpan nomor ponsel DAsh di kontak ponselnya. Kemudian ia membuka lemarinya dan mengeluarkan papan selancar kesayangannya. Rasanya sudah cukup lama ia tidak berselancar. Ia mengecek kondisi papan selancar demi keamanan saat beraktifitas dengan DAsh nanti. Amu membersihkan debu tipis yang berada di permukaan papannya lalu tersenyum. “Bisa dikatakan aku akan berkencan dengan Dash hari ini”, gumamny. Amy tersenyum senang. Ia membuka lemari pakaiannya dan mencari pakaian selancar yang sesuai untuk hari ini. Ia menrik sebuah pakain renang two pieces dan sedikit bergidik karena tidak ingin Dash melihat lengan dan perutnya yang besar. Ia memasukkan kembali pakaiannya. “Mengerikan, jangan sampai Dash melihat lemakku”, gumamnya. “Amy menarik sebuah one piece yang tampak nyaman. Dengan punggung yang terbuka hingga sebatas pinggang membuat pakaian renang tertutup itu tidak tampak membosankan. Ia akan membiarkan separuh kaki dan punggungnya terekspos hari ini. “Sempurna”, pungkasnya. Amy menyisir rambutnya asal dan berlari menuju kamar mandi. Ia akan bersiap, mengingat waktu sudah hampir pukul tiga sore. Ia akan bertemu dengan Dash. Pasti menyenangkan! * “Wow”, gumam Dash menatap hamparan pantai yang begitu indah dan sepi. Amy tersentyum. “Apa kataku”, ujar Amy bangga. “Aku memiliki pemandu wisata terhebat di kota ini”, puji Dash. “Biaya perjalanannya akan ku kirim setelah perjalanan wisata hari ini usai. Jangan lupa tips yang banyak”, goda Amy. Dash tertawa. “Ayo berselancar sebelum matahari tenggelam dan ombak berubah menjadi pasang”, ajak Amy. “Ayo”, ujar Dash. Amy yang memang sudah mengenakan pakaian selancarnya membuka dress luar dengan santai. Ia tidak menyadari Dash tertegun melihat aktiitasnya dari belakang. “Sudah?”, tanya Amy membuyarkan lamunan Dash. Dash berdeham menghilangkan rasa gugupnya. “hmm, ya, aku sudah. Ngomong – ngomong, apa kau mengerti caranya berselancar?”, tanya Dash. Amy tertawa. “Kau sudah meremehkan anak yang seumur hidupnya di wilayah pesisir pantai, Tuan”, sindir Amy. Dash tertawa, ia mengambil papan selancar di tangan Amy dan membawakannya ke tepi pantai. Diam – diam Amy tersipu diperlakukan seperti itu oleh Dash. “Kau suka berselancar sejak kapan, Dash?”, tanya Amy. “Mungkin sejak berpindah – pindah negara, aku jadi tidak terlalu uka bergaul dan memilih berselancar untuk menghabiskan waktu luang. Dan ternyata aku menyukainya, sangat. Begitu tau akan berlibur ke rumah nenekku, yang aku pikirkan hanyalah berselancar setiap hari. Tapi ternyata aku bertemu denganmu, aku senang”, ungkap Dash. Amy tersenyum. Mereka berenang bersama menuju tengah laut agar mendapat ombak besar untuk berselancar. “Kau tau, Dash? Kau benar – benar orang baik”, saut Amy. Dash tertawa. “Aku hanya sedang berusaha mempromosikan diriku dengan baik”, balas Dash. Amy tertawa sambil tetap berenang bersama Dash. “Jika aku pemilik sebuah perusahaan, sudah pasti aku akan mengangkatmu sebagai pegawai karena promosi dirimu berhasil dan meyakinkan”, uajr Amy. Mereka tertawa bersama. “Oh, ombak datang, ayo!”, seru Dash. “Ayo!”, balas Amy. “Hitungan ke tiga, satu.. dua.. tiga!”, seru Dash. Mereka bersorak menerima ombak dan berselancar dengan sangat baik. Sesekali mereka terjatuh dari papan namun mereka tidak kapok justru semakin tertawa. Dash dan dunianya, apapun itu. Amy suka dan semakin ingin mengetahui tentang Dash. Ia berharap Dash akan mengerti kesalahpahaman setelah menerima surat dalam botol miliknya, dan mereka akan tetap dekat seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN