PART. 5 KHILAF

951 Kata
Sakha, dan Shinta sudah menuju pulang ke Jakarta. Shinta tertidur dalam perjalanan. 'Ehmm cantik juga kalau lagi tidur, tidak keliatan bawelnya,' batin Sakha yang melirik Shinta. Sakha mengantarkan Shinta sampai di rumahnya. Dilla, dan David datang menyongsong mereka. "Shintanya ketiduran, Mi." "Bangunkan saja, Bang Sakha." "Kasihan kalau dibangunkan, Mi, ehmm boleh aku bopong saja, Mi?" "Oohh so sweetnya, boleh dong!" Seru Dilla girang. David hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keriangan di wajah istrinya. 'Yang mau dinikahkan Shinta, yang girang kok Miminya, hhhh, My Queen,' batin David. Dilla berjalan mendahului Sakha, untuk membukakan pintu kamar Shinta. Setelah Sakha masuk membawa Shinta. "Sakha." "Ya, Mi." "Kalau ingin istirahat, istirahat saja dulu ya, kamu bisa istirahat di kamar tidur tamu di seberang kamar ini, Sakha." "Iya, Mi, aku mau numpang ke kamar mandi, Mi." "Oh ya, itu kamar mandinya masuk saja, Mimi duluan turun ke bawah ya" "Iya Mi" Sakha menganggukan kepalanya, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar Shinta. Saat ia membuka pintu kamar mandi, Shinta sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. "Lo!" "Ada apa?" "Siapa yang kasih ijin lo masuk kamar Gue haah!" Mata Shinta melotot ke arah Sakha. "Mimi" "Bohong! Nggak mungkin Mimi kasih ijin cowok masuk kamar gue!" "Suer, Mimi yang kasih ijin, malah tadi Mimi bilang aku boleh istirahat atau rebahan dulu kalau aku mau" Sakha nenghempaskan tubuhnya ke atas ranjang Shinta. "Aduuh pinggangku pegel, pijitin dong" Sakha merubah posisinya jadi tengkurap. Bukannya memijit seperti perintah Sakha, Shinta justru memukuli Sakha dengan bantal. "Bangun! Jangan tiduran di kasur gue, ntar gue gatal-gatal karena tidur di bekas badan lo, minggir!" "Ehmm berasa dipijit kalau dipukul pakai bantal begitu" bukannya bangun Sakha malah memejamkan matanya. "Iiih bangun!" Shinta berusaha menarik Sakha, Sakha memutar tubuhnya dan meraih tangan Shinta, sehingga Shinta jatuh di atas tubuhnya. Shinta menggeliat-geliat ingin melepaskan diri dari pelukan Sakha. Sakha meraih tengkuk Shinta, bibir mereka bertemu. Shinta awalnya tidak merespon, tapi ciuman Sakha yang lembut seperti menghipnotisnya, dan membuatnya membalas ciuman Sakha. "Eeeeh kalian ngapain!" Seruan Dilla dari ambang pintu yang terbuka membuat keduanya terjengkit bangun. "Shinta yang nyerang duluan Mi" Sakha mengarahkan telunjuknya ke arah Shinta. "Dia, Mi, dia yang..." Shinta balas menunjuk Sakha. "Aaah sudah..sudah...Mimi tidak mau ya kalau kalian kebablasan, sebentar lagi waktunya maghrib, Sakha sholat maghrib di sini saja ya" "Aku numpang mandi ya Mi" "Iya, kamu mandi di kamar seberang sana" "Iya Mi, aku ambil pakaian di mobilku dulu Mi" pamit Sakha. "Ya sudah sana" Setelah Sakha pergi. "Sudah sampai mana hubungan kamu sama Sakha?" Tanya Dilla dengan nada mengintimidasi pada Shinta. "Iih Mimi, kitakan tidak punya hubungan, kita itu di jodohkan" "Tidak punya hubungan bagaimana? Memangnya kamu sering ciuman sama pria yang tidak punya hubungan ya!?" Dilla melotot gusar ke arah putrinya. "Ehm Mimi, itu tadi khilaf Mi" "Khilaf! Kalau Mimi tidak datang khilafnya akan sampai di mana?" "Harusnya Mimi marahin Cakhar Ayam itu, bukan aku, kan dia yang..." "Dia yang apa? Mau bilang dia yang mulai, sudah jelas dari posisi itu kamu yang di atas Shinta!" "Tapi Mi.." "Sudah, sekarang mandi sana, Mimi dan Pipi tunggu di bawah" "Iya Mi" sahut Shinta dengan wajah ditekuk. 'Awas kamu Cakhar Ayam!' -- Sakha sudah sampai di rumahnya, setelah sholat maghrib, sholat isya, dan ikut makan malam di rumah Shinta. "Assalamuallaikum" "Walaikumcalam Uncle" dua keponakannya menyambutnya dengan berlari. "Ooh ada keponakan-keponakan Uncle yang ganteng ya, Kak Tari mana?" "Kak Tali nginep di lumah kakek yang di cana" sahut Hafiz, kakek yang di sana itu adalah kakek Tari dari Mami kandungnya. "Mami sama Papi mana?" "Mami cama Papi lagi pelgi pacalan" sahut Hafid. "Pacaran? Pacaran itu apa sih, kasih tahu Uncle dong!" "Pacalan itu...jalan-jalan beldua" sahut Hafid. "Bukan, pacalan itu nonton beldua!" Seru Hafiz. "Jalan-jalan beldua!" "Nonton beldua!" "Jalan-jalan beldua!" "Nonton beldua!" Hafiz dan Hafid tidak ada yang mau mengalah, Sakha bukannya melerai, ia malah asik nemonton pertikaian dua keponakannya. "Ya Allah, Abang keponakannya bertengkar bukannya dilerai malah cuma ditonton" kata Safira yang ke luar dari dalam. "Nenek, pacalan itu jalan-jalan belduakan?" "Pacalan nonton belduakan Nek?" "Jawab Bun, Abang juga ingin tahu pacalan itu apa" kata Sakha menggoda Safira. Mata Safira melotot ke arah putranya, Sakha hanya terkekeh melihat pelototan Bundanya. "Lama-lama Abang semakin mirip Uncle Satriamu" gerutu Safira. "Nenek belum jawab, pacalan itu apa?" Rengek Hafiz. "Jawabnya kalian berdua benar" jawab Safira setelah berpikir sejenak. "Jadi kita beldua betul ya Nek?" Tanya Hafid. "Iya, ayo sekarang kalian tidur" Safira membimbing lengan kedua cucunya. Mereka bertiga menaiki tangga diikuti Sakha di belakang mereka. "Kalau pacalan jalan-jalan dan nonton beldua, kalau menikah apa Bun?" Tanya Sakha. Mendengar pertanyaan Sakha, si kembar mendongak ingin mendengar juga jawaban neneknya. "Menikah itu membangun sebuah keluarga, saling berbagi, saling memahami, saling mengerti, saling bertoleransi, tidak ada lagi kau dan aku, yang ada adalah kita, terima pasangan kita dengan apa adanya" "Nggak ngelti Nek" Hafiz menggelengkan kepalanya, diikuti Hafid juga. "Iya, Uncle juga nggak ngelti" Sakha ikut menggelengkan kepalanya. "Hhhh...kalian ini" Safira melotot ke arah kedua cucu dan putranya. "Ada apa Bun?" Tanya Safiq yang ke luar dari dalam kamar tidur. "Ini Ayah, Bunda perlu pegangan katanya" Sakha menyahut sambil menghindari cubitan Safira. "Pegangan apa Uncle?" Tanya Hafid. "Pegangan...tanya Kakek Nenek saja, Uncle ingin tidur, selamat malam dan selamat tidur semuanya" Sakha bergegas menuju kamarnya, sebelum Safira mengomelinya. "Kelakuan anakmu Ayah, bikin kesel" rungut Safira kesal. "Uncle cuma anaknya kakek ya, bukan anak Nenek?" celutuk Hafiz. "Kakek bica hamil ya kek?" Tanya Hafid. "Ampun deh Ayah, punya anak cowok begitu kelakuannya, punya cucu cowok rempong persis emaknya hhhhehhh" "Sabar Honey, yuk tidur, kakek bacakan dongeng ya" Safiq menuntun kedua cucunya menuju kamar tidur. Sementara Safira masuk ke kamar tidurnya bersama Safiq. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN