Mereka sudah berada di Lounge letaknya di lantai tiga. Hingar bingar suara musik Dj, terdengar dari pintu masuk. Ali tersenyum menatap Ela, Ali menariknya masuk ke dalam club.
Suara Dj, dengan alunan musik remix yang membuat siapapun yang masuk akan ikut berbahagia. Ela masih merasakan tangan hangat Ali di jemarinya, seakan tidak ingin lepas.
Ali dan Ela duduk di kursi bar, ia memesan dua cocktail dengan sedikit alkohol. Para tamu sudah mulai ramai memasuki club. Ali menyesap cocktail yang di pesannya, begitu juga dengan Ela ia mencoba menikmati suasana club dengan musik remix itu.
Ali mendekatkan wajahnya ke daun telinga Ela, "ayo kita turun" ucap Ali, jika ia tidak mendekatkan telinganya ia sudah pastikan tidak mendengar suara itu dengan jelas .
Ela tertawa, ia melirik Ali, laki-laki itu mengajaknya ke lantai dansa. Sistem suara dari klub ini membuat candu, dan sedikit menjadi gila. Ela kembali tertawa, ia tidak menolak ketika Ali mengajaknya turun. Inilah hal tergila yang pernah ia rasakan.
Ela meraih tangan Ali, dan ia lalu turun ke lantai. Ela dan Ali menikmati suara musik Dj, suasana tidak menjadi canggung lagi. Ali semakin berani menarik tubuh ramping Ela mendekat kepadanya, karena ia tidak ingin laki-laki lain menyentuh Ela.
Ali menggoyangkan tubuhnya sesuai dengan musik, ia sudah terbiasa dengan suasana club seperti ini. Karena ini adalah dunianya dulu, ia sudah lama tidak merasakannya lagi, karena sudah terlalu sibuk dengan karirnya.
Mereka melompat ketika Dj berganti lagu, suara teriakan dari pengunjung lain juga menikmati suasana malam itu. Suasana club ini memang tidak sepanas club Ibiza, club Miami, atau Fabric. Disini hanya club kecil, pengunjung tidak terlalu ramai. Tapi ia menyukainya, ia mencoba berbagi kesenangan dengan wanita Asia yang baru dikenalnya tadi siang.
Suasana semakin panas ketika kehadiran pengganti DJ. Suara musik semakin asik, Ela tertawa memandang Ali, laki-laki itu bergoyang mengikuti irama musik. Ela tidak pernah sebahagia ini sebelumnya, tertawa atas tindakannya sendiri.
Dunia malam memang surganya dunia, pantas saja kota-kota besar dan negara-negara maju berlomba-lomba menciptakan club yang mewah dengan mendatangi Dj International terbaik.
"Kita, hanya bersenang-senang. Lupa kan rutinitas kita, disini hanya kamu dan saya. Semua orang tidak mengenal kita" bisik Ali, tepat di telinga Ela.
"Iya" Ela kembali tertawa. Ela melompat, ketika Dj mengganti lagu favoritnya.
Mereka melompat-lompat mengikuti irama musik. Karena musik itu membuat kita seakan tidak berhenti untuk bergoyang dan melompat.
Beberapa jam kemudian, mereka memutuskan untuk keluar dari club. Ia seakan habis melakukan lari maraton, tapi sungguh mengasyikan. Ali dan Rela tertawa, ketika ia keluar dari club.
Ali melirik jam melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 03.12 dini hari. Ali melirik Ela, wanita itu berkeringat mungkin terlalu lelah atas apa yang dilakukannya tadi.
"Kamu sepertinya sudah sering ke club"
"Tidak, saya sudah lama tidak kesini" Ali mengedarkan pandangannya, ia menghentikan langkahnya.
"Ela, sebaiknya kita lewat bestment saja".
"Kenapa?" Ela tidak mengerti.
Ali tersenyum, "saya ingin lewat basement" Ali lalu menarik tangan Ela.
Ela sebenarnya ingin perotes, kenapa laki-laki itu memilih bastment dari pada lobby depan, Tapi Ali sudah menariknya terlebih dahulu. Laki-laki itu lalu mengenakan topi punya kembali. Entahlah laki-laki itu menyimpan topi itu dimana, karena dari tadi ia tidak melihat Ali membawa topi.
Akhirnya mereka akhirnya lewat basement. Ali dan Ela memutuskan untuk berjalan kaki saja di tepi trotoar, karena taxi tidak ada yang melintas didepan mereka. Ali memandang Ela, wanita itu mengenakan pakaian terbuka, padahal suhu sedang dalam keadaan dingin.
"Apakah kamu kedinginan?" Tanya Ali.
"Sedikit"
Ali menarik nafas, ia tidak membawa jas, hanya kemeja hitam itulah yang menutupi tubuhnya.
"Sebaiknya kita berhenti di minimarket sana, kita perlu kopi hangat" ucap Ali, ia menunjuk minimarket 24 jam di seberang jalan.
Ela tersenyum dan mengangguk, "iya".
Ali menarik tangan Ela menyeberangi jalan. Suasana kota sepi, beginilah Luzern , kota kecil dengan pesona keindahannya. Lingkungan nampak tertata rapi dan luar biasa cantiknya.
Ali memesan dua kopi hangat, dan beberapa roti. Ia membayar pesanannya di kasir. Ia lalu menghampiri Ela duduk di salah satu kursi. Ia menyerahkan cup kopi itu kepada Ela.
"Terima kasih" Ela tersenyum.
Ali duduk disamping Ela, ia lalu menyesap kopi itu. Diliriknya lagi penampilan Ela. Wanita itu mengenakan dress dengan bahu terbuka menampakkan kulit mulusnya. Jujur ia pernah melihat pakaian lebih terbuka lebih dari Ela kenakan, tapi entahlah ingin sekali ia menyentuh punggung itu.
Ali hanya bisa menelan ludah, ia tidak bisa berbuat banyak, karena ini adalah di awal pertemuanya. Ali kembali menyesap kopi hangat itu, ia memalingkan wajahnya, menghadap estalase kaca.
"Saya senang malam ini" Ali memecahkan kesunyian.
"Saya juga, terima kasih sudah mengajak saya" Ela tersenyum, ia menyesap kopi hangat itu dan lalu diletakkan kembali di meja.
Ela menempelkan wajahnya di atas meja, ia menatap wajah tampan Ali dari posisi seperti ini. Sungguh ia sudah lelah dan mulai ngantuk.
Ali sudah tidak bisa menahan diri lagi, ia menyentuh permukaan wajah Ela. Wajah itu begitu lembut. Wanita itu memejamkan ketika ia melakukan itu.
"Kamu ngantuk?" Tanya Ali.
"Ya, saya sudah ngantuk".
Ali menyadari bahwa wanita itu juga butuh tidur seperti dirinya, ia menyadari kesalahannya, karena mengajak wanita itu bersenang-senang hingga larut, mungkin karena pengaruh alkohol membuat wanita itu ngantuk. Ali menyingkirkan rambut-rambut halus yang jatuh dipermukaan wajah Ela.
"Sebentar saya cari taxi, kita akan pulang".
Ela tersenyum dan mengangguk, "iya".
**********