BAB 2

538 Kata
Ela menaiki lift disusul laki-laki bertopi itu. ia menekan tombol 5 pada, suasana memang terasa hening, karena ia juga tidak mengenal laki-laki yang berada didekatnya itu. Pintu lift terbuka, ia melanjutkan langkahnya mencari nomor kamar miliknya. Laki-laki tadi masih di posisi yang sama, menyeimbangi langkahnya. "Apakah kamu dari Filipina?" Tanyanya seketika. Ela lalu melirik laki-laki bertopi itu, "Tidak, maksud saya bukan dari Filipina" ucap Ela mencoba menjelaskan. "Dari mana asal kamu" tanyanya lagi. "Indonesia," Laki-laki bertopi itu mengerutkan dahi, "Indonesia, saya pernah ke Bali, tempat itu sangat Indah dan exotis". "Bali memang Indah. Dari mana asal kamu?" Tanya Ela penasaran. "Libanon" ucapnya, langkahnya terhenti menatap wanita asia itu. Ela juga menghentikan langkahnya. Karena ia sudah berada di depan nomor yang ia cari. Ela tidak menyangka karena ia dan laki-laki itu bersebelahan. "Libanon" gumam Ela. "Apakah kamu tahu tentang Libanon?". "Bukankah Libanon salah satu negara di timur tengah. Jujur saya hanya tahu itu saja. Selebihnya saya tidak tahu". Libanon memang tidak terlalu asing di telinganya. Tapi secara terperinci Ela sama sekali tidak tahu, dan jujur ia juga tidak ada terlintas dipikirannya untuk pergi ke Libanon ataupun berlibur kesana, mengingat negara tersebut dekat dengan negara-negara konflik seperti Mesir, Israel dan Turki. Dipikiran Ela saat ini hanya ada negara-negara Eropa yang romantis dan clasic. Laki-laki itu mengangguk paham. Sedari tadi ia memperhatikan wanita berparas cantik itu sendiri memesan kamar. Ia mendengar reception itu menyebutkan nomor kamar untuk wanita itu. Ia mengurungkan niatnya untuk memesan kamar nomor satu di hotel ini. Ia lebih memilih memesan kamar tepat di samping kamar wanita disampingnya tadi menggunakan bahasa Prancis, ia pastikan wanita Asia itu sama sekali tidak mengerti apa yang di ucapkannya. Benar dugaanya wanita itu sama sekali tidak mengerti ketika ia mengatakan memesan kamar disamping wanita itu. Ia akui wanita disampingnya itu cantik khas Asia Tenggara, tubuhnya ideal, hidungnya tidak begitu mancung, wajahnya sangat simetris kulitnya tidak terlalu putih. Ia pikir wanita itu berasal dari Filipina karena bahasa Inggrisnya sangat baik. "Kamu liburan?" Tanyanya. "Iya saya liburan, kamu?". "Iya saya juga". "Sendiri?" Tanyanya penasaran. "Iya sendiri, kamu?" Ela tersenyum. "Iya saya sendiri juga. Senang berkenalan dengan kamu. Saya Ali, kamu?" Ali mengulurkan tangannya. "Brunella, panggil saya Ela" ucap Ela, ia meraih uluran tangan Ali. Ela merasakan tangan hangat itu di genggamanya. Ela melepaskan tangannya, ia kembali memandang Ali. "Sebaiknya saya masuk dulu" ucap Ela, menyudahi pertemuanya. Ali kembali melirik wanita cantik itu menarik kopernya, ia masuk ke dalam kamar. Wanita itu kembali memandangnya, iris mata itu mengartikan bahwa seakan pertemuan itu tidak sampai disini, sebelum wanita itu memutuskan untuk menutup daun pintu. "Bisakah kita cari makan bersama nanti?" Ucap Ali seketika, sebelum wanita itu menutup pintu. Ela tersenyum dan mengangguk, "satu jam lagi, kamu bisa menekan bell kamar saya" ucap Ela. Ali tersenyum mendengar penuturan Ela. Ela lalu menutup pintu itu kembali. Ela juga tidak bisa menolak permintaan laki-laki yang baru dikenalnya itu. Ela mengedarkan pandanganya ke segala penjuru ruangan, ruangan itu seperti kamar hotel pada umumnya, terdapat tempat tidur, sofa, Tv flat yang terpasang didinding, serta kulkas, air yang disediakan dalam teko elektrik. Ela melepaskan blazer yang dikenakannya, dan menggantungnya di lemari. Ia membuka koper hitam miliknya. Ia tidak menyangka berkenalan dengan seseorang disini. Ia tidak tahu pasti wajah laki-laki itu seperti apa, karena wajah laki-laki itu terhalang oleh topi yang dikenakannya. Tubuhnya tinggi, dan badannya bidang, terlihat dari cara laki-laki itu berpakaian. Ela tersenyum dan ia senang. Baru beberapa jam ia mendarat di Luzern , ia berkenalan dengan laki-laki berkebangsaan Libanon. Setidaknya ia tidak sendiri di Luzern. Padahal awalnya ia benar-benar akan menikmati liburan dan kesendiriannya. Ela membuka koper miliknya, ia menyusun pakaian yang di bawanya. Pakaian itu ia simpan di lemari, dan ada beberapa blezer dan jaket ia gantung di sisi lemari. Ela menegakkan tubuhnya, ia melangkahkan kakinya menuju kearah jendela. Ia memandang view danau Luzern. Ela melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, ia akan tidur sejenak. Karena selama perjalanan tadi, ia tidak bisa menikmati tidurnya. Ela merebahkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya sejenak. ********** Ela mengerjapkan matanya, karena tersadar suara bell terdengar dari balik pintu. Ela melirik jam yang menggantung di dinding, menunjukkan pukul 15.21 menit. Ela menegakkan tubuhnya, ia merapikan rambut panjangnya dengan jari-jari tangannya, dan ia berjalan menuju pintu utama. Ela membuka hendel pintu dan ia menatap laki-laki bertopi hitam tepat di depan pintu. Laki-laki itu sudah berganti pakaian, ia mengenakan jaket hitam serta celana jins senada, hanya topi itu tidak berubah warnanya. Sedikit heran memang melihat penampilan laki-laki itu mengenakan topi. Tapi jujur ia terlihat keren. Ali memandang Ela, terlihat jelas wanita itu baru bangun dari tidurnya. "Apakah kita akan makan bersama?" Tanya Ali. Ela menepuk jidatnya, ia mengakui kesalahannya, "maaf, saya hampir lupa. Saya tertidur masuklah, saya berganti pakaian terlebih dahulu" "Oke". Ela memperlebar daun pintu, agar Ali menunggunya di dalam saja. Ela menutup pintu itu kembali, ketika Ali masuk kedalam. Ali lalu duduk di sofa, ia lebih baik menunggu disini saja. Ali memandang Ela yang kini menghilang dari balik pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian wanita itu keluar dari kamar mandi, dengan handuk di pundaknya. Wanita itu terlihat santai, atas kehadirannya. Wanita itu tersenyum dan ia mengikat rambutnya dengan jari tangannya yang trampil dari atas kebawah rambut itu berbentuk zig zag. Ia terlihat seperti wanita klasik pada jaman yunani, wanita itu berbeda dan cantik. Ela melangkah mendekatinya, "kita akan makan dimana?" Tanyanya. "Restoran di bawah saja" "Iya". ********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN