BAB 1

626 Kata
"Pak, saya ingin liburan". Ini sudah kesekian kalinya Ela, mengajukan cuti kepada atasannya. Ela menatap sang atasan yang sengaja tidak menggubris ucapannya, beliau masih sibuk dengan berkas laporan bulanan yang ditekuninya. "Pak tolong dong, tanda tangani form cuti saya" "Pak, saya juga butuh liburan" dengus Ela. Jangan harap mempunyai atasan yang tampan, tubuh keren, dan wangi. Semua itu hanya ada di n****+ romance dan film drama. Atasannya tidak lebih dari bertubuh gemuk, pendek dan sama sekali tidak wangi. Oke, kita lupakan atasan yang gemuk itu. Akhirnya sang atasan menyimpan berkas laporan itu di atas meja begitu saja, mendengar secara jelas ucapan Ela, yang sudah hampir 4 tahun bekerja sebagai sekretarisnya. Ia memandang Ela, sekretaris yang selalu mengerjakan pekerjaanya dengan baik. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika tidak ada Ela di kantor ini. "Kamu ingin liburan kemana sih La?". "Ke Luzern pak". "Luzern? Luzern yang di Swiss itu" tanyanya lagi. "Iya pak". "Luzern itu jauh La, kenapa mesti liburan jauh-jauh begitu sih La. Saya yakin Lombok dan Bali jauh lebih indah dari pada Luzern". Ela menarik nafas, ia menatap atasannya, "Saya ingin liburan yang jauh pak, pokoknya naik pesawat yang belasan jam. Agar bapak tidak mengganggu acara liburan saya. Saya sudah kapok, liburan dekat-dekat lagi, bapak pasti akan menggangu liburan saya, seperti liburan sebelum-belumnya". Si bos menghela nafas, ia masih ingin bernegosiasi dengan Ela, Agar liburannya tetap terlihat dari jangkauaanya. Jika ada laporan mendadak ia bisa menghubungi Ela. "Yakin deh sama saya, Luzern itu tidak lebih dari bangunan tua, tidak ada yang spesial disana. Saya dulu pernah Luzern, disana sangat membosankan La, hanya bangunan tua, setelah itu saya putuskan kembali ke Zurich". "Justru di kota tua itu pak, yang membuat saya penasaran. Saya hanya ingin liburan pak, pokoknya di kota tua yang klasik dan romantis. Itu tujuan liburan saya dari dulu". "Begini saja deh, bagaimana jika saya membelikan kamu tiket liburan ke Bali, pokoknya gratis untuk kamu". "Saya enggak mau pak, saya maunya ke Luzern. Ini hak cuti saya loh pak, bulan depan kontrak saya habis, saya tidak ingin cuti saya hangus sia-sia". "Sebaiknya sekarang bapak tanda tangan form cuti saya, karena HRD tidak ingin mengimput ke system , jika form cuti ini tidak ada tanda tangan bapak" ucap Ela, ia lalu menyodorkan form cuti di hadapan atasannya. Si bos akhirnya melihat form cuti Ela, ia lalu membaca keseluruhan, cuti tahunan selama 12 hari, dengan alasan liburan ke Luzern. Akhirnya ia menanda tangani form cuti itu walau ia sangat berat memutuskan itu kepada Ela. Sang atasan menatap Ela, wajah sekretarisnya itu terlihat bahagia. "Sebelum liburan kerjaan kantor harus beres loh La". "Iya pak, akan saya kerjakan semuanya, bapak tenang saja". "Dan siapkan saya tiket untuk ke Bali". "Bali? Bapak mau liburan juga?". "Kamu tidak ada di kantor La, masa saya cuman sendiri di kantor, enggak lucu kan, masa ngurusin kerjaan kamu saya". Ela lalu mengambil form cuti itu dan ia masukkan ke dalam saku jas, ia tersenyum bahagia "Terima kasih ya pak, saya harus ke ruangan HRD dulu". Ela lalu meninggalkan ruangannya, dan berjalan menuju ruangan HRD. ************ Ela pulang dengan hati bahagia, akhirnya liburannya terkabulkan. Butuh waktu satu tahun Ela menabung untuk pergi ke Luzern kota klasik dan romantis itu. Beberapa bulan yang lalu ia memang sudah merencanakan pergi ke Luzern. Ela telah membuat segalanya paspor, visa Schengen dan tiket penerbangan ke Zurich. Hari yang di tunggu akhirnya datang juga. Tidak banyak yang ia bawa, ia hanya membawa beberapa pakaian, sweter, tidak lupa camera, dan ponsel, barang yang wajib ia bawa. Penerbangan dari Jakarta ke Luzern itu tidak ada, melainkan penerbangan dari Jakarta ke Zurich. Ela kini sudah berada di Bandara International Soekarno Hatta, penerbangan itu transit menuju ke Bandara International Changi airport. Setelah teransit satu kali, Ela harus pergi melanjutkan perjalanannya ke Bangkok, membutuhkan waktu dua jam penerbangan ke Bandara Internasional Suvarnabhumi. Inilah transit terakhir, melanjutkan penerbangan yang sangat panjang, selama 14 jam lamanya. Sepanjang perjalanan ia hanya tidur, ia terbangun ketika sang pramugari memberikan makanan, cukup membosankan memang. Akhirnya perjalanan panjang itu sampai juga ke Bandara International Zurich. Jika dihitung dengan dua kali transit, perjalanan itu memakan waktu 16 jam perjalanan. Di sini Ela harus naik kereta api lagi menuju Luzern. Akhirnya ia tiba di Luzern, membutuhkan waktu satu jam, dari Zurich ke Luzern. Ela tersenyum menatap indahnya kota Luzern. Kota tua inilah yang ingin ia kunjungi, betapa bahagianya ia tiba di Luzern, kota yang penuh dengan pesona. Ela mengetatkan blezer yang ia kenakan, karena suhu udara di Luzern cukup dingin, padahal disini tidak sedang musim dingin. Ela menarik koper miliknya, ia berjalan menyusuri setiap kota Luzern, Ela menatap bangunan-bangunan tua tepat yang masih terawat dengan baik. Ela menatap icon kota Luzern, yaitu jembatan Chapel. Inilah jembatan tertua di eropa yang masih terpelihara hingga saat ini. Ela menarik koper miliknya, melihat keindahan danau Luzern dari jembatan Chapel. Setelah puas melihat-lihat, Ela akhirnya berjalan menuju Hotel Des Alpes. Hotel inilah menjadi pilihannya untuk menginap selama libuarannya di Luzern, karena letaknya sangat strategis view nya sangat indah, terletak di tepi danau Luzern. Ela tahu bahwa di Luzern menggunakan bahasa resmi Jerman dan Prancis. Setidaknya warga disini mengerti menggunakan bahasa inggris. Ela melangkah menuju counter receptionis, ia memesan sebuah kamar kepada receptionis cantik itu dengan menggunakan bahasa inggris. Ela tidak lupa mengebadikan moment dirinya di hotel ini dengan berselfie sebagai penanda bahwa ia sudah berada di Luzern. Ela mendengar secara jelas suara berat itu berucap, ia tahu bahwa itu suara laki-laki. Laki-laki itu menggunakan bahasa perancis tepat berada di sampingnya. Ela lalu menoleh, menatap ke arah laki-laki bertopi itu. Laki-laki itu juga menatapnya dan tersenyum kepadanya. Ela membalas senyuman itu. Receptionis itu memberikan card system kepada Ela. Ela mengambil kunci itu dan ia lalu melanjutkan langkahnya, di ikuti laki-laki itu bertopi hitam itu. Ela berjalan menuju lift. *********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN