BAB 12

492 Kata
"Mari, kita pergi dari sini" Ali menarik tangan Ela. "Bagaimana dengan sepupu kamu itu" tanya Ela. "Biarkan saja dia". "Kenapa kamu seperti itu, bukankah kalian keluarga". Ali menarik nafas, "dia sudah dewasa, dan dia tahu apa yang akan ia lakukan. Kita tidak perlu mengkhawatirkan dia". Ela kembali berpikir, "Apakah kalian sedang bertengkar?" Tanya Ela. "Tidak, kami baik-baik saja". "Saya pikir, kalian tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja" timpal Ela. Langkah Ali terhenti, ia kembali menatap Ela, ditatapnya wajah itu dengan serius, "Bisakah kita lupakan sepupu saya itu. Dia hanya akan mengacaukan kebersamaan kita disini". "Iya" hanya itu yang bisa ia ucapkan. Terlihat jelas, bahwa Ali tidak suka ia membicarakan Hasan. Ela mengikuti langkah Ali, meninggalkan Hasan yang mematung menatapnya dari kejauhan. ********* Sementara Hasan, ia sudah jauh-jauh dari Beirut. Hanya ingin mengetahui, apa di tayangkan oleh beberapa media swasta itu benar. Ia juga melihat beberapa rekaman, video berdurasi tiga menit di youtube. Video itu sengaja di rekam oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Melihat wanita itu sedang bernyanyi di salah satu restoran, jujur suaranya begitu merdu menyanyikan sebuah lagu Indila yang terkenal itu. Betapa terkenjutnya ketika wanita itu ditanya apakah ia sedang berbulan madu, dan wanita itu menjawab iya. Pertanyaan itu bergeliya di otaknya, apakah mereka sudah menikah? Dan Kapan mereka menikah? . Semua keluarga di rumahnya terkejut melihat video itu. Masalahnya Ali tidak pernah sekalipun membawa dan memperkenalkan wanita kepada keluarganya. Ia sebagai sepupunya ingin memastikan kebenaran itu. Semua foto-foto Ali dan wanita itu tersebar di media sosial, mereka memang terlihat seperti sedang berbulan madu. Terlihat dari tatapan Ali ketika mencium wanita itu di tepi danau. Bahkan Ali tidak menutupi dirinya, sepertinya ia sengaja melakukan itu. Padahal ia tahu bahwa paparazi sedang mengikutinya. Ia sungguh kasihan kepada Nihan, calon istrinya, yang sekarang ia tinggalkan begitu saja tanpa keterangan apa-apa. Ali membatalkan pernikahannya tepat seminggu pernikahan itu akan di laksanakan. Dan sekarang ia mendapati Ali bersama wanita lain. Wanita itu sama sekali tidak menarik menurutnya. Nihan wanita itu nyaris sempurna, mempunyai wajah cantik, berkelas, selebriti papan atas yang kini resmi menyandang calon istri Ali. Nama Ali menjadi melambung tinggi karena Nihan. Padahal dulunya Ali hanya terkenal di kalangan pengusaha saja. Nihan yang membuatnya terkenal seperti ini. Mereka akan di gadang-gadang akan membuat pernikahan yang spektakuler, dan sekarang tinggal kenangan. Ali tidak bisa mengkonfirmasi kenapa ia membatalkan pernikahan itu, ia malah menghilang begitu saja. Ali membatalkan pernikahan itu secara sepihak, ia malah kabur ke Luzern, bersama wanita yang ia yakini dari Filipina, itu hanya dugaanya saja. Sekarang apa yang dilihatnya benar adanya. Ali bahkan tidak memperdulikan keberadaanya, ia lebih memilih bersama wanita itu, dari pada menjelaskan keterangan itu kepadanya. Hasan sudah menduga, ini akan menjadi kontroversi Luzern. Ali harus menjelaskan kepada semua media, kenapa ia lebih memilih wanita itu dari pada Nihan. Hasan menatap, Ali dan wanita itu meninggalkannya begitu saja. Hasan berjalan dari kejauhan mengikuti langkah Ali. Hasan akan mencari tahu, siapa wanita itu sebenarnya. Ia tidak akan membiarkan wanita itu bersama Ali. Masalahnya keluarga tidak akan membiarkan Ali bersama wanita biasa-biasa saja, yang tidak ia ketahui asal usulnya, apalagi wanita itu jelas bukan dari wanita timur tengah. ******** Beberapa jam kemudian, Hasan sudah berada di kamar, ia sengaja memilih tempat yang sama di tempat Ali menginap. Hasan membaringkan tubuhnya. Suara panggilan interlokal tersambung di dari ponsel Ali. Ali menaruh ponsel itu ke telinga kirinya. Ali tahu nomor ini adalah nomor ponsel Nihan. "Iya Nihan". "Hasan, apakah kamu sudah ada di Luzern ". "Iya, sudah. Ini saya ada di kamar hotel". "Apakah kamu bertemu Ali?" Tanyanya lagi. "Iya sudah" ucap Hasan. Ia lalu menatap langit-langit plafon. Hasan sudah menduga Nihan sedang menahan tangis disana. Karena sudah cukup lama wanita itu terdiam. "Apakah benar semua berita itu?" Tanyanya lagi. Suara itu terdengar begetar dan terisak. Hasan menarik nafas, sungguh ia tidak tega jika berkata sebenarnya seperti itu kepada Nihan. Ia tidak ingin membuat wanita itu menangis, karena keberengsekan Ali. Ali sungguh berengsek dan sangat tidak berprikemanusiaan. Bodohnya lagi, Nihan sangat mencintai laki-laki b******k seperti Ali. "Saya baru saja melihatnya, dan berita itu benar adanya" ucap Ali jujur. "Apakah mereka telah menikah?" Tanyanya lagi. "Saya belum tahu, karena Ali sama sekali tidak memberitahu saya tentang wanita itu. Wanita itu bernama Burnella. Saya hanya menduga wanita itu berasal dari Filipina" ucap Hasan. "Kamu bertemu mereka dimana?" Tanyanya lagi. "Saya, tadi bertemu di dekat danau Luzern, Mereka sedang berjalan-jalan. Mereka memang seperti berbulan madu. Apa yang kamu lihat dan foto-foto itu benar adanya" Hasan merutukki perbuatannya, ia seperti memanasi Nihan. Tapi ia harus berkata jujur kepada wanita itu. Ia harus menyadarkan Nihan. "Bisakah kamu mencari tahu, siapa wanita yang berhasil merebut Ali dari saya?" "Ya, tentu saja". "Terima kasih Hasan". "Iya, sama-sama". Sambungan suara terputus, Hasan meletakan kembali ponsel itu di tempat tidur. Semoga saja semua baik-baik saja. ********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN