BAB 11

531 Kata
Ali dan Ela berjalan menyeusuri sepanjang tepi danau Luzern . Pemandangan disini begitu indah, Ela menatap pegunungan Pilatus, yang tertutupi salju di puncaknya. Ini merupakan promenade paling cantik yang pernah ia temui. Sepanjang jalan penuh dengan bunga-bunga. Ali menggenggam tangannya dan menghirup udara segar. "Saya suka disini, Disini begitu tenang" gumam Ela. "Ya, disini begitu tenang. Kita dapat melupakan sejenak hiruk pikuk ibu kota". Ali menghentikan langkahnya dan ia memilih duduk di kursi tepi danau. Ali menggenggam erat jemari Ela, lalu dikecupnya punggung tangan itu. Ela mengalihkan tatapanya, dan ia tanpa sengaja menatap seorang laki-laki berjaket hitam setengah berlari ke arahnya. Laki-laki itu berhenti tepat di hadapannya. "Ali" ucapnya, ia mengatur nafasnya yang sulit di atur. Ali tidak percaya bahwa Hasan datang kesini, dari mana laki-laki itu tahu keberadaanya. "Hasan" "Kenapa kamu bisa berada disini" ucap Ali tidak percaya, kemunculan sepupunya itu. "Saya mencari kamu. Oh Tuhan, kamu disini ternyata. Ternyata benar, kamu disini". "Ya, saya memang disini tiga hari yang lalu". Hasan kembali melirik wanita yang berada di samping Ali. Wanita itu begitu sederhana, dan terlalu simpel untuk menjadi istri Ali. Lihat saja, wanita itu hanya mengenakan celana jins hitam, serta sweter biru dengan syal coklat yang melilit di lehernya. "Kamu melarikan diri, karena wanita ini". "Sepertinya begitu, perkenalkan dia Brunella, panggil saja Ela" Ali sengaja menggunakan bahasa Perancis kepada Hasan. Di Libanon memang menggunakan tiga bahasa resmi, yaitu Arab, Perancis dan Inggris jadi wajar saja ia bisa menggunakan ketiga bahasa resmi itu. Sementara Ela, mengerutkan dahi, ia mendengar percakapan ke dua laki-laki itu, dan ia tahu. Laki-laki itu menggunakan bahasa Perancis yang fasih. Ia juga tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Wajah laki-laki tidak jauh berbeda dari Ali, mereka sangat tampan. Mereka memang dilahirkan berwajah tampan. "Ela, perkenalkan ini Hasan sepupu saya" Ali ia memperkenalkan Ela kepada Hasan Ela tersenyum, "Hay, saya Ela. Senang berkenalan dengan anda" "Saya Hasan" Sungguh ia tidak terlalu suka keberadaan wanita itu. Wanita itu telah mengacaukan segalanya. Lihatlah, wanita itu terlihat sederhana, dan sama sekali tidak cocok untuk seorang Asaad Alpharuz. "Siapa wanita ini? Apakah dia istri kamu? Apakah wanita ini yang menyebabkan kamu membatalkan pernikahan kamu dan Nihan?" Tanya Hasan bertubi-tubi. "Sebaiknya kita bicara, agak jauh darinya" Ali menarik nafas, ia melepaskan genggamannya. Ali melirik Ela, "saya harus bicara dulu kepada Sepupu saya. Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana" ucap Ali. "Iya" Ali menyuruh Hasan mengikutinya. Ia tidak ingin Ela mendengar percakapannya, walau Ia tahu wanita itu tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Ali menjauhi Ela, sementara Hasan mengikutinya. Jarak itu tidak begitu jauh sekitar sepuluh meter, karena dengan begini ia bisa memantau keberadaan Ela. Sungguh Hasan adalah mengacaukan keberadaan ia dan Ela. kini ia menatap Hasan dengan penuh emosi. Ali melipat tangannya di d**a. "Untuk apa kamu kesini mengikuti saya?" Tanya Ali. Ia sepertinya tidak perlu berbasa-basi. Ia bersikap sopan kepada Hasan. karena tadi ia berada dihadapan Ela, ia sengaja bersikap sopan karena Ela berada didekatnya. Entahlah ia tidak ingin Ela tahu siapa dirinya sebenarnya. Ia sudah nyaman seperti ini. "Apakah kamu tidak menonton televisi, dan tidak membaca berita di sosial media? Kamu menjadi pusat perhatian seluruh penduduk Libanon". "Saya tidak peduli". Gumam Ali, ia melirik Ela disana, masih di posisi yang sama. Hasan bertolak pinggang, "Lihatlah, siaran kamu dan wanita itu tersebar dimana-mana. Apakah kamu tidak tahu reaksi seluruh penduduk Libanon membicarakan wanitamu itu". "Ya, saya sudah tahu itu, kemarin saya tidak sengaja menonton berita itu sekilas". "Jadi kamu sudah tahu?" Ucap Hasan terperangah. "Ya, sudah. Tapi saya tidak memperdulikannya, dan saya juga sudah tahu bahwa banyak wartawan dan paparazi mengikuti saya, semenjak saya menginjakan kaki saya di kota ini". "Jadi kamu sengaja membuat sekandal ini" ucap Hasan tidak percaya. "Saya bukan aktor, jadi untuk apa mereka semua meributkan hubungan saya dengan wanita itu". Hasan frustasi, ya ingin sekali menyadarkan Ali, "Kamu masih bisa tenang, dalam keadaan seperti ini". "Ya, karena ini pilihan saya". Hasan menatap Ali, "Kamu benar-benar gila. Saya melihat video kamu dan wanita itu, tersebar di seluruh media sosial bahwa kalian adalah sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu disini. Apakah kamu sudah menikah dengan wanita itu". "Saya tidak bisa menjawab itu, itu privacy saya". "Tapi wanita itu mengatakan kalian sepasang pengantin baru dan kalian sedang berbulan madu. Saya melihatnya sendiri di sebuah restoran itali yang kalian kunjungi. Apakah itu benar?". "Ya, terserah kamu menganggapnya seperi apa. Saya hanya menikmati prosesnya saja" ucap Ali, ia tersenyum licik. "Ali, kamu tidak tahu reaksi keluarga besar Nihan. Kamu membatalkan pernikahan itu secara sepihak, karena wanita itu, dan sekarang berita kamu menjadi viral. Kamu sama sekali tidak memberi klarifikasi apapun kepada media". Ali menarik nafas, rahang itu kembali mengeras, "Saya sudah muak dengan media-media itu, ! dan saya tidak akan mengklarifikasi apapun itu" timpal Ali dengan suara meninggi. Rahangnya mengeras, dan ia mencoba menahan diri agar tidak meninju wajah Hasan. "Ingat, kamu Jangan coba-coba membocorkan identitas saya kepada wanita itu. Kamu akan tahu akibatnya seperti apa" ancam Ali. Ali melangkah menjauhi Hasan, ia mendekati Ela yang duduk di tepi danau. "Cepat atau lambat, wanitamu itu akan tahu" teriak Hasan. Ali tidak memperdulikan ucapan Hasan. Ali menatap Ela, dan lalu meraih tangan lembut itu. "Mari kita pergi dari sini" Ali menarik tangan Ela. *********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN