Keluarga Levin

1728 Kata
Krystal membuang nafasnya berat sembari mengangguk, kini bayangan di kepalanya hanya di isi oleh wajah Levin yang terlihat kesal padanya. "Dilihat dari ekspressinya sih, kemungkinan besar dia memang korup. Wajahnya yang arogant dan enggan menerima saran orang lain menjadi bukti kuat yang patut gue elidiki. kalau gue berhasil menuntaskan kasus ini, bukan hanya mendapat nilai yang besar! gue akan mendapat reward reward lainnya seperti cepat wisuda dan penghargaan dari kampus" gerutu Krystal dalam hatinya. Reward reward itu kini seakan melayang di kepalaku.. Haha.. Haha.. Vinson memandangi Krystal aneh, dia mengerutkan keningnya heran. "Krystal? hey!" sahut Vinson dan langsung membuyarkan lamunannya Krystal. "Eeeeh iya Vinson? apaan sih lu ngagetin gue" kesalnya "Ya lagian aneh banget, tiba tiba lu senyum senyum sendiri" senyum Vinson yang tidak habis pikir. "Hm gue gak papa kok, udah sono gih balik dulu. Gue mau mandi abis itu mau rehat di sini sampai besok, kan besok udah mulai ke bandara dan menghadapi masalah pakaian kotor si menteri itu. Cih, ya tuhan! andai aja kalau dia bukan menteri politiknya" ucap Krystal memanyunkan bibirnya sebal. Vinson bangun dari duduknya dan tersenyum "Ya udah lah ya dari pada lo engga bisa selesain tugas? kan apa apa juga harus ada perjuangan nya, jadi have fun aja besok gue pasti bantuin lo kok" "Siap, ya udah gih" Krystal menatapi pintu keluarnya dan Vinson langsung mengangguk. "Oke gue balik ya, kalau ada apa apa telpon aja. Lagian deket kok" gerutunya sembari menuju ke gagang pintu. Krystal mengangguk angguk "Iya Vinson, oj ya dan thanks yaa" senyumnya sangat tulus. Vinson terpana menatapi senyum Krystal, dia lalu membalas senyumannya dan mengangguk. "Iya Krystal sama sama" jawabnya lalu keluar dari apartemen. "Sial, jangan sampai lagi terpukau gini lihat Krystal dia malah sadar nanti. Ah jangan sampai jangan dulu" gerutu Vinson dalam hatinya sembari keluar dari area sana. Krystal membuang nafasnya cukup berat dan segera bergegas ke kamar mandi. "Hari ini gue harus seger banget pokonya! pening rasanya kepala gue karena harus berhadapan dengan orang arogant macam !Pak Levin" gerutu Krystal dengan suara pelan dan masuk ke kamar mandi. "Arogant! korup lagi, awas aja gue akan bongkar semua kejahatan lo Pak Levin yang terhormat. Perlahan, namun pasti bisa membuka rahasia besar Anda" ujarnya lagi lalu bercermin dan mulai menggosok gigi. Dia menatapinya dengan penuh kebencian seakan sedang menatapi Levin secara langsung. Krystal pun membuka bajunya dan menyalakan shower. Tetesan air yang keluar dari shower berjatuhan menimpa tubuhnya yang sudah mengeluarkan keringat begitu banyak. "Aahhhh, sensasi seperti ini.. kesegaran setelah melewati hari hari yang melelahkan dan padat" ujarnya sembari menikmati sejuknya air shower yang berjatuhan. Menit berlalu, Krystal selesai mandi dan segera memakai pakaiannya yang sudah dia rapihkan di lemari. "Hmm pakai yang ini saja kali ya?" gerutunya menunjuk kaos oblong berwarna putih, dia pun membawanya bersama dengan celana jeans pendek. "Oke, sekarang waktunya perawatan sebelum tidur" gerutu Krystal lalu duduk di depan cermin dan memakai pelembap. ***** Suasana malam di perumahan megah dengan angin malam yang berhembus masuk ke dalam rumah, begitu sejuk. Vinson duduk di sana tepat di samping kolam renang, sembari menikmati secangkir teh hangat dan camilan camilan yang pembantu kakaknya buatkan. "Weih! santuy aja lu" ujar Andrew yang baru datang dan menepuk bahu Vinson keras. Vinson langsung menoleh dengan tersenyum "Ya apa lagi bang? santuy lah, mumpung masih cuti juga. hah.. rileks banget lagi di sini, pemandangannya.." gerutu Vinson sembari menatapi ke depan, rumah Andrew menghadap ke pegunungan indah dengan beberapa villa di sana. Sehingga saat malam hari terlihat sangat indah dengan cahaya cahaya dari masing masing villa. Andrew tersenyum bangga "Lhaa ya iya dong, gue beli rumah engga sembarangan Vinson! Ya yang pentingkan harus nyaman dan menghilangkan penat saat kita lelah, iya gak" ujarnya Vinson mengangguk angguk "Iya dong apa lagi? ahh pantesan lo jarang pulang ke rumah, nyaman banget ternyata di rumah lo" senyumnya "Haha, eh gimana Krystal? suka sama Apartemennya kan?" tanya Andrew serius "Suka kok, dia seneng banget karena akhirnya bisa ikut ke pembangunan Bandara ini. Hah dia sampai mau prustrasi karena tugasnya yang belum kelar kelar itu haha" senyum Vinson Andrew ikut tertawa "Haha untung aja deh ada yang pas banget ya. Krystal itu udah kayak adek abang sendiri, ya kayak ke lo aja sih Vinson. Makanya Abang ijinin dia buat nugas di bandara" ujarnya "Iya bang makasih" gerutu Vinson "Makasih buat apa? buat? hmm.. karena abang jadi bisa mendekatkan kamu lebih lagi sama Krystal? gitu? haha" tawa Andrew pecah, dia tahu betul bagaimana perasaan adiknya selama ini pada Krystal. Vinson ikut tertawa "Anjir lah! tau aja" gerutunya "Kenapa lo gak tembak langsung aja sih Vinson? kenapa harus di pendem terus? mau sampai kapan lo gitu hah?" tanya Andrew serius. Vinson menggelengkan kepalanya "Entahlah, gue rasa saat ini masih belum timing nya. Apa lagi gue lihat Krystal belum memiliki perasaan spesial ke gue, ya gue bisa nilai itu semua Ndrew. Jika gue menyatakannya di saat saat seperti ini, dia bisa aja ngerasa engga nyaman ke gue. Karena itu gue mau terus berusaha buat bikin dia ya setidaknya suka ke gue! setelah itu baru gue nyatakan" senyum Vinson tulus. Andrew tersenyum "Jadi dia masih engga ngeh kalau lo suka ke dia? yaa, mau gimana lagi lo harus terus berusaha untuk bisa menyentuh hatinya dong" "Iya iya bang, ah gue mau makan dulu ya" ujar Vinson lalu bangun dari duduknya. "Ya udah gih, si mpo udah bikinin masakan yang banyak! bentar lagi gue nyusul" jawab Andrew. Vinson memberi tanda oke oleh jempolnya, dia pun pergi ke dalam. Sementara itu Andrew masih duduk di sana dan menatapi pemandangan indah itu, dia menghela nafasnya cukup panjang. "Krystal.. sepertinya dia sudah terbawa dalam jebakan gue, dia satu satunya gadis yang bisa melakukan apa pun yang dia pikir itu benar! yap, gue yakin Krystal mengira Levin lah yang telah melakukan korup. Dengan begitu beberapa hal bisa gue lakuin dengan semakin mudah nantinya. Vinson sorry, saat ini gue menggunakan Krystal untuk menutupi apa yang telah gue perbuat" gerutu Andrew dalam hatinya dan membuang nafasnya berat. Andrew pun bangun dan mengikuti langkah Vinson ke dalam, untuk makan malam bersama dengan adiknya. ***** Matahari bersinar cukup terang pagi ini, seperti biasa Levin bangun pagi sekali. Dia sudah berpakaian rapi, tak lupa menggunakan dasi hitam yang selalu dia gunakan sendiri. "Sekarang" ujar Levin. Saat itu pun ke empat pelayan Levin masuk ke kamarnya dan membawa semeja penuh beberapa alat untuk merapihkan rambutnya Levin. "Tuan, untuk hari ini mau gaya yang mana?" ujar salah satu pelayan memberikan lembaran gaya rambut rapi Undercut. Karena gaya rambut Levin adalah Undercut. "Hari ini, seperti ini saja" ujar Levin menunjuk gaya rambut Undercut yang di sisir rapi ke belakang. Para pelayan tersenyum dan tidak bisa membayangkan bagaimana tampannya Levin jika menggunakan gaya rambut yang biasanya tidak dia pilih. "Kenapa kalian tersenyum?" tanya Levin dengan tatapan wajah yang datar. Mereka langsung terdiam dan segera menuruti perintah Levin untuk merapihkan rambutnya. Setelah cukup lama, akhirnya mereka selesai. Levin menatapi dirinya di cermin, dia sangat puas dengan gaya rambutnya yang rapi. Keterampilan para pelayan itu memang tidak bisa dia ragukan. Levin tersenyum senyum. "Bagaimana tuan? apa perlu ada yang di rubah? atau tuan sudah puas?" tanga salah satu pelayan. Levin lalu bangun dari duduknya dan menatapi mereka berempat "Saya puas, terima kasih" ujarnya. Mereka berempat terpukau menatapi ke tampanan Levin apa lagi dari jarak yang sangat dekat. "Ya tuhan" "Tampan sekali..." "Ahh jantungku" Gerutu mereka dengan suara yang pelan. Levin pun pergi dari hadapan mereka dan keluar dari ruangan ganti bajunya itu. Dia segera turun dari area kamarnya yang luas dan menuju dapur. Di sana ibu, ayah dan adiknya sudah duduk di kursi tepat di meja makan. Daisy tersenyum kagum menatapi penampilan baru kakaknya itu. "Wihh.. ada apa nih? tiba tiba kakak pakai gaya baru di rambutnya? hmm harus di curigai sih" senyum Daisy menatapi kakaknya dengan tatapan curiga. Ke dua orang tua Levin pun lantas menatapi ke arah Levin dan tersenyum menatapi penampilan baru anak sulungnya. Mereka tersenyum dan menatapi Levin curiga. "Ada apa nih Levin?" tanya sang ibu Levin terlihat canggung dan menatap ke sana kemari "Hmm kalian apa sih? toh Levin cuma ganti gaya rambut doang" senyumnya canggung. "Halahh.. masa sih? terus orang yang kakak suruh cuci baju kakak? gimana? dia cewek kan?" senyum Daisy menatapi kakaknya mencoba untuk menggodanya. Levin pun duduk di samping Daisy, lalu menepuk bahu Daisy pelan. "Kamu ini ya selalu aja bikin suasana rumah jadi rame gini" ujarnya "Cewek? di suruh nyuci baju? apa maksudnya nih Levin? kamu engga mau cerita ke ibu?" tanya ibu Levin lagi Ayah Levin juga tersenyum "Udah lah bu, mungkin Levin masih di tahap perkenalan jadinya masih malu malu cerita ke kita. Udah Levin santai aja yaa, nanti biar ceritain ke ayah kalau kamu sudah berhasil dapatin hatinya dia" ujar sang ayah. Levin tersenyum "Ya ampun ayah, engga ada apa apa kok. Kalian ini kayak yang engga tau aja, Daisy kan udah jadi hobbynya kalau dia olok olokin Levin" jelas nya menatapi ke duanya dengan tatapan kesal pada adiknya itu. "Hm ya udah udah, kita dengerin apa yang ayah katakan aja yaa. Nanti kita tanya nya pas kamu sama cewek itu udah jadian" senyum ibu Levin pada putranya itu. Levin membuang nafasnya berat "Ya ampun ibu... kalian engga percaya sama apa yang Levin ucapin" gerutu Levin kesal namun masih dengan senyum di wajahnya. "Udah udah kak, ayo ah sarapan dulu! kita 30 menit lagi harus sampai kantor lhoo" gerutu Daisy. Levin pun mengangguk dan segera sarapan tanpa berkata apa apa lagi, namun senyum di wajahnya masih belum hilang. Setelah selesai sarapan Levin dan Daisy pun segera berangkat untuk kerja ke kantor yang sama di gedung kementrian. Daisy lebih dulu berangkat menggunakan mobil sport merah andalannya. Sementara itu Levin baru saja memasuki mobil hitam doffnya. Saat dia duduk di kursi pengendara, dia menatapi ke samping di mana di sana sudah ada setelan jasnya yang kotor di dalam bingkisan hitam. Levin lalu tersenyum dan kembali fokus ke jalanan. "Hari ini.. berkesan buat ku?" gerutu Levin dalam hatinya. ***** Krystal baru bangun dari tidurnya, dia lupa memakai alarm seperti biasanya. Dia sangat terkejut saat melihat ponselnya yang sudah pukul 06.50. Mata Krystal membelalak tajam saat melihatnya. "Ya tuhan!!! kenapa gue kesiangan di saat saat seperti ini sih?" teriak Krystal langsung berlari ke kamar mandi. "Bisa mati gue kalau sampai Pak Levin tau gue kesiangan! lagian kemana sih Vinson? ya tuhan kok dia engga bangunin, jangan jangan dia juga kesiangan lagi" gerutu Krystal sembari menyalakan showernya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN