Setelah selesai mandi dengan terus mengoceh, akhirnya Krystal pun segera mengganti bajunya sangat terburu buru. Dia langsung keluar dari area kamarnya dengan memakai pakaian rapi, Krystal menggunakan rok span hitam sepanjang bawah lutut dan atasan berwarna peach yang cocok untuk kulitnya yang putih. Krystal menguncir rambutnya di atas dan membuat rambut indahnya terlihat semakin cantik dan rapi seakan terjun dari ikat rambut hitamnya. Krystal tak lupa meraih ponsel dan roti untuk camilan di jalan.
Krystal terus berlari dan keluar dari dalam apartemennya, dia lalu menuruni anak tangga sembari melihat arloji di tangannya. "Ya tuhan! gawatt!" gerutu Krystal semakin melangkahkan kakinya dengan lebar.
Dia tiba tiba terhenti ketika tubuhnya jutsru menubruk seseorang yang berdiri tegap di sana, Krystal menoleh ke arahnya dengan tatapan yang kesal. Tak lain dia adalah Vinson.
"Vinson! ihh! kenapa malah halangin jalan gue sih? orang gue telat banget tau" kesal Krystal
"Telat? serius?" ujar Vinson lalu menatapi jam tangannya.
Krystal menepuk kening Vinson cukup keras sembari sedikit berjinjit untuk bisa meraihnya. "Sadar! oy! sadar! cepet di mana mobil lo? ayo kita berangkat" ujar Krystal.
Vinson menatapinya gemas "Tunggu dulu Krystal sabar dulu, ini baru jam 07.15 menit" jelasnya sembari tersenyum nakal.
"Lhaa sabar gimana sih? orang kita udah terlambat 10 menit kan?" ujar Krystal heran.
Vinson menggelengkan kepalanya segera "Engga Krystal, kita masuk jam 08.00 Gue prank lu hahaa, tapi kan gue prank ada manfaatnya jadinya kan lo bisa lebih pagi siap siapnya. Iya engga?" senyum Vinson polos tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Ya ampun Vinson! lo gila??? hah" teriak Krystal sembari memukul mukul Vinson cukup keras tepat mengenai ke bahu dan punggungnya karena Vinson langsung membalikkan badannya.
Vinson tertawa nyaring dan menatapi Krystal ngakak "Kenapa sih kok harus marah marah Krystal? kan ini engga merugikan lo, ini justru membuat lo jadi lebih gercep kan?" ujarnya.
"Sialan lu! engga ngerugiin apaan hah? gue sampe buru buru banget tadi karena bangun ke siangan tau!" tegasnya dengan ketus.
"Hahaa ya udah maaf maaf ya, gue nanti traktir lo deh kalau balik ya sebagai ucapan maaf dari gue. Setuju?" tanya Vinson menggoda Krystal dan tersenyum manis padanya. Wajah cemberut Krystal langsung berubah menjadi senyuman manis yang terpancar pada Vinson.
"Setuju!" jawab Krystal sangat bersemangat
Vinson pun mengangguk, dia berjalan menuju ke arah mobilnya dan membukakan pintu untuk Krystal. "Ayo masuk, kita jangan sampai terlambat" ujar Vinson.
"Oke, tapi tetep aja ya gue masih kesel sama lu" kesal Krystal lalu masuk ke dalam mobil Vinson.
Vinson tersenyum "Iya deh iya, tar juga ilang marahnya kalau udah gue traktir" gerutunya sembari menutup pintu mobilnya. Vinson pun memutar dan masuk ke dalam mobilnya, dia duduk di kursi pengendara.
"Oh ya gue beliin ini nih, buat lo sarapan! lo pasti belum sarapan kan?" tanya Vinson menunjuk roti berselesai coklat kacang kesukaan Krystal.
Mata Krystal berbinar saat melihatnya "Wow, ya ampun! lo kadang jadi iblis sekaligus jadi malaikat ya Vinson! gila ini kesukaan gue" senyum Krystal sembari mengambilnya dan langsung melahapnya.
"Makannya hati hati woy! engga bakal gue pinta kok" senyum Vinson lalu menyalakan mobilnya.
Krystal tersenyum dengan mulut yang di penuhi roti, mobil yang mereka tumpangi pun melesat pergi dari area apartemen dan menuju ke bandara dengan letak yang tidak begitu jauh.
*****
"Jadi ini tempat tinggalnya gadis kotor itu?" gerutu Levin di dalam mobilnya.
Mobil Levin berhenti saat dia tadi melihat Krystal dan Vinson yang bercengkrama di luar halaman apartemen dan terlihat begitu akrab. Dia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan terhalangi oleh pepohonan rindang.
"Apa mereka pacaran? sampai seakrab itu?" gerutu Levin lagi lalu kembali menyalakan mobilnya dan pergi ke arah yang sama seperti Krystal dan Vinson.
*****
Levin sampai di istana presiden, sebelum dia pergi ke bandara. Seperti biasa dia selalu bertemu dan mengobrol tentang beberapa hal penting bersama presiden. Levin masuk ke dalam dan langsung di sambut beberapa penjaga di sana.
"Mari pak Levin, pak Presiden sudah menunggu di lantai atas" ujar lelaki berpakaian serba hitam itu.
Levin hanya mengangguk dan mengikuti arahannya, dia pun sampai di lantai atas tepatnya di ruangan pribadi presiden. Di ruangan itu terlihat rak rak buku yang berjajar rapi.
"Hai Levin" sapa Presiden tersenyum padanya.
Levin mengangguk tanda hormat dan tersenyum tipis "Selamat pagi Pak, maaf membuat anda menunggu" ujar Levin.
"Tidak, saya juga baru selesai membereskan beberapa berkas. Mari duduk di sini Levin" ujar presiden mengajaknya untuk duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
Levin mengangguk dan langsung duduk di kursi itu. "Tolong buatkan hidangan untuk Levin" ujar presiden menatapi beberapa pelayan.
"Baik pak" jawab mereka lalu pergi
"Pak seperti biasa jangan repot repot, karena saya juga engga lama di sini" senyum Levin.
"Tidak apa apa Levin" senyumnya.
Levin menatapi pak Presiden serius "Jadi.. bagaimana pak perkembangannya?" tanya nya serius.
"Saya masih belum menemukan hal hal janggal, tapi saya yakin Levin pak wakil tidak akan tinggal diam. Seperti yang sudah saya jelaskan dia berperilaku baik saat di depan kita, tapi saat di belakang dia merencanakan berbagai hal untuk menghancurkan kita. Kamu tetap harus memantau ketat rekan tim mu yang bekerja di Bandara. Saya yakin bisa saja mereka komplotan pak wakil, jadi berhati hatilah" jelas Pak Presiden sangat serius padanya.
Levin mengangguk dan teringat beberapa kejadian canggung Andrew, Hanna dan David. "Sebenarnya saya juga sedikit curiga dengan beberapa orang, tapi saya masih belum bisa pastikan pak. Saya juga akan berusaha untuk selidiki dengan sangat teliti" ujar Levin.
Presiden itu lalu mengangguk tersenyum tulus pada Levin "Terima kasih sudah melakukan yang terbaik Levin, kamu adalah orang yang paling saya percaya. Kamu orang jujur" senyum dia bangga.
"Pak Presiden jangan berkata seperti itu, saya hanya bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Saya mematuhi semua peraturan dan undang undang, saya juga merasa bangga sekali karena bisa bapak percayai" angguknya membalas senyumannya.
Dia mengangguk dan tersenyum "Oh ya, ada beberapa file transferan dari beberapa negara yang membantu. Semuanya ada di dalam flashdisk ini" ujarnya sembari menyodorkan sebuah flashdisk.
Levin langsung meraihnya "Hmm oke pak, kemarin saya juga suruh Katrina untuk menelaah data datanya meski belum lengkap. Tapi sekarang sepertinya data akan lebih mudah kami baca" senyum Levin.
"Oke baguslah, terima kasih Levin" ujar pak Presiden.
Pertemuan hanya berlangsung sebentar. Hingga akhirnya Levin pun keluar dari area istana, dia segera bergegas ke bandara untuk kembali memimpin pembangunan itu. Levin sampai di sana dan langsung di sambut oleh Katrina. "Selamat pagi pak" ujar Katrina menyapanya dengan senyuman manis.
Levin langsung mengangguk "Ya Katrina, apa semuanya sudah sampai?" tanya nya serius.