Keesokan harinya, Reza duduk dengan gelisah di kafe yang telah disepakati. Pikirannya terus-menerus melayang ke pertemuan yang akan terjadi, di mana ia berharap bisa berbicara empat mata dengan Santi. Ia merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk mendapatkan kejelasan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini membebaninya. Waktu berlalu perlahan, dan setiap detik yang berlalu hanya memperparah kegelisahannya. Setelah menunggu cukup lama, Reza melihat seseorang masuk ke dalam kafe. Itu adalah Santi, namun tidak sendiri. Ia datang bersama Arman. Melihat keduanya berjalan mendekat, Reza merasakan sesuatu yang tak enak dalam dadanya. Ia berharap pertemuan ini hanya antara dirinya dan Santi, tetapi kehadiran Arman mengubah segalanya. Seketika kekecewaan terpancar dari wajah Reza.