Alana menutup kopernya dengan gerakan kasar, bahkan sedikit membantingnya. Gadis itu segera memakai jaketnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. Harusnya malam ini ia senang karena bisa pulang, namun yang ia lakukan justru sebaliknya. Ketukan pintu membuatnya menoleh dan menatap seorang lelaki yang entah kapan sudah berdiri di sana dengan salah satu tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Ada apa?" Alana kembali membuang pandangannya dan mengecek apakah ada barangnya yang tertinggal. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu dengan koper di tangan. Tiba-tiba Bagas menyodorkan ponsel padanya, membuat gadis itu mengerutkan dahi. "Tuliskan nomor ponselmu. Apapun yang terjadi, kita harus membatalkan pernikahan bodoh itu. Kita bisa saling menghubungi untuk membicarakannya secara diam-di