Bab 31. (SMS Pemberitahuan Kematian)

1112 Kata
Malaikat Hitam terus berlari, tanpa diketahui sebabnya sama sekali oleh Malaikat Biru yang langsung tertidur dengan lelapnya. Seolah dirinya benar-benar kelelahan, di dalam perjalanan panjangnya tadi. Terus berlari di lorong setinggi 3 meteran itu, untuk mengejar bayangan putih itu. Hingga ia pun menghentikan langkah kakinya di ujung jalan dalam ruangan di dalam Bukit Hitam itu. Pimpinan dari 7 Malaikat Kematian terlihat begitu kebingungan. Bayangan putih yang ia lihatnya menghilang begitu saja dari tempat itu. Tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Yang dapat ia lihat. "Apakah itu kau?" tanya Malaikat Hitam, entah kepada siapa. Tak ada jawaban sama sekali. Karena di ujung jalan dalam ruangan itu tak ada siapa-siapa, selain dirinya. "Sebenarnya siapa bayangan putih itu. Kenapa bisa menghilang begitu saja?" tanya Malaikat Hitam dengan penuh kebingungannya, dengan apa yang sudah ia alami. Terus berpikir di dalam dirinya. Hingga ia pun tak mampu menjawab, siapa bayangan putih yang tadi ia kejar nya tadi. "Mungkin tadi hanya fatamorgana ku saja. Lebih baik aku keluar, untuk mengontrol keadaan," Malaikat Hitam pun berbalik arah, untuk keluar dari dalam Bukit Hitam, dengan langkah yang cepat. *** Pagi pun kembali. Sang Surya sudah muncul di ufuk timur, dengan gagah perkasanya. Menghapus jejak misteri malam dari langit Bumi. Yang terlihat begitu cerah dari segala arah. Embun-embun pun sudah menghilang seutuhnya dari tujuh gugusan pulau kecil itu. Akan tetapi suasana di Kepulauan Kematian masih benar-benar sepi. Seakan ketujuh pulau kecil itu tak memiliki penghuni sama sekali. Begitu pula dengan suasana di pondok kayu, tempat para pemenang kuis itu berada. Semuanya masih terlelap dan terbuai oleh mimpi. Akibat dari efek obat bius. Yang kini efek sudah menghilang dari tubuh mereka. Mereka satu persatu pun terbangun. Akan tetapi keheningan masih merajai pondok kayu itu. Akan tetapi tiba-tiba saja terjadi kepanikan di pondok kayu itu, ketika mereka semua mendapatkan SMS, dari nomor yang memberitahu tentang kemenangan kuis. Beberapa waktu yang lalu. Nomor telepon itu, nomor yang mengirim mereka WA. Memberitahu kemenangan kuis yang mereka ikuti, beberapa hari yang lalu. Tetapi pemberitahuan kali ini lewat SMS, berisi tentang nasib 3 teman mereka, yang telah dibunuh oleh 7 Malaikat Kematian. Tampak semuanya kini sudah berkumpul di dalam kamar yang dihuni oleh Andro, Noval, Aryo dan Andi. Semuanya sudah terbangun oleh kepanikan itu. Kecuali Andro, yang masih terlelap dengan nyenyak nya. Tak terganggu oleh suasana yang terlihat panik itu Hingga Noval pun harus membangunkan Andro. Yang masih selalu bangun paling siang di antara mereka semua, dengan sedikit kasar. "DRO! ANDRO BANGUN ...!" teriak Noval, sambil menepuk p****t Andro dengan sedikit keras, agar Andro benar -benar terbangun dari tidurnya. "Ya ..., aku bangun. Tapi aku masih mengantuk nih ...," sahut Andro, dengan suara orang yang seakan sedang mengigau. Hingga membuat Noval kesal bukan main. Noval lalu menepuk p****t Andro dengan lebih kencangnya untuk kesekian kalinya. Hingga Andro pun benar-benar tersadar dari tidurnya kali ini. "Ada apa sih Val, mengganggu orang tidur saja?" tanya Andro, sambil memonyongkan bibirnya ke arah Noval dengan penuh kekesalannya. "Ada yang hilang di antara kita bertiga," jelas Noval terhadap sahabatnya. Mendengar ucapan dari Noval. Tampak Andro mulai menghitung orang-orang yang berkumpul di kamar itu, dengan kepolosannya. "1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ...," hitung Andro, sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri. Ketika ia menyebut angka 7. "Tapi masa mereka hilang sih? Paling juga mereka lagi main petak umpet kali ...," ucap Andro, sambil menguap dengan kencangnya. Hingga mulutnya pun terbuka secara maksimal. "Mereka hilang karena sudah dibunuh oleh 7 Malaikat Kematian," sambung Tino, dengan penuh keseriusannya. "Wah ..., tambah ngawur saja kalian," timpal Andro dengan santainya. Lalu bangkit dari tidurnya, dan duduk di atas spring bed itu. Dengan tatapan menatap ke arah 5 pemenang kuis yang berdiri di hadapannya. "Sebenarnya kau itu mendapat SMS dari mereka atau tidak?" tanya Aryo kali ini, bertanya kepada Andro dengan tegasnya. "SMS, SMS apa?" tanya Andro dengan ketidakmengertiannya atas pertanyaan dari Aryo. Andro lalu mengambil smartphonenya. Yang ia letakan di samping Spring bed yang ia tiduri. Setelah mengambil smartphonenya. Andro pun membuka kunci gawai nya. Lantas membuka SMS yang masuk ke nomor selulernya itu. Saat ia membaca SMS itu. Tampak ia pun sangat terkejut bukan main. "3 di antara kalian sudah kami antar ke negeri terindah, yaitu negeri kematian. Tunggu saja giliran kalian. Cepat atau lambat kalian akan ke sana juga. Dan akan diantar oleh kami, 7 MALAIKAT KEMATIAN ...!" isi SMS itu, yang sama dengan isi SMS yang diterima oleh pemenang lainnya. Kecuali Noval, yang memang sebagai pemenang pengganti dari Ayu. "Ini seperti sebuah lelucon saja. Pasti ini tidak benar! Mereka berusaha menakut-nakuti kita," ujar Andro, dengan memasang wajah yang cemberut. Seakan ia belum menyadari, kejadian yang sebenarnya. "Ini bukan sebuah lelucon, di kamarku berceceran darah. Yang mungkin darahnya si Anto. Dan sebuah sabit bergagang kuning, dengan noda darah yang sudah mengering," ujar Tino. Sambil mengingat darah yang berceceran di kamarnya itu. "Begitu juga di kamar yang dihuni oleh Ketut dan Tigor, yang penuh dengan noda darah yang berceceran di lantai. Dan adanya 2 sabit yang bergagang merah dan hijau, " sambung Aryo. Dengan mengingat keadaan kamar mereka berdua. "Kalau semua ini benar. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Andro, dengan tatapan mata ke arah 5 pemenang kuis yang sedang berdiri. Tanpa menatap ke arah Noval, yang duduk bersila di sampingnya. Terdiam berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi. "Sepertinya kita sudah masuk dalam jebakan mereka," sambung Tomy, tanpa memberi jawaban kepada pertanyaan yang diajukan oleh Andro. "Sepertinya ini adalah jebakan dari orang-orang psikopat," sambung Thomas, yang seakan mendukung ucapan dan pemikiran Tomy. "Lebih baik sekarang kita keluar dari dalam kamar ini. untuk mencari petunjuk atas kejadian ini," ujar Aryo, lalu ke luar dari dalam kamar itu. Yang diikuti oleh yang lainnya. Termasuk Noval dan Andro yang segera berdiri, untuk keluar dari dalam kamar itu. Mereka bertujuh lalu melihat jejak-jejak darah teman mereka bertiga. Yang ditinggalkan dengan sengaja oleh 3 anggota Malaikat Kematian. Entah untuk tujuan apa. "Sepertinya, mereka sengaja meninggalkan jejak darah ini?" ucap Aryo, lalu mengamati jejak darah dan tapak sepatu bergambar tengkorak. "kalau begitu, kita ikuti jejak ini!" seru Tino, berniat untuk pergi. Dari pondok kayu itu. Tetapi hal itu dicegah oleh Aryo. "No! jangan gegabah. Bisa saja ini sebuah jebakan. Jejak yang mereka tinggalkan bisa saja, akan menggiring kita pada sebuah jebakan lainnya," jelas Aryo dengan prediksinya. Dengan tatapan tajam ke arah jejak-jejak darah itu. Mendengar perkataan Aryo. Tino pun terdiam, mengurungkan niatnya itu. "Dia benar, mungkin ini hanya jebakan saja," kata Tino di dalam hatinya. Tak ingin mengungkapkannya secara langsung kepada Aryo, entah dengan alasan apa. Keheningan pun tercipta di tempat itu. Karena mereka saling terdiam satu sama lainnya. Seakan tak ingin saling berbicara satu dengan lainnya, untuk saat ini. Dikarenakan suasana yang sedang tak mendukung sama sekali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN