Bab 25. (Pertemuan Mendadak di Puncak Bukit Hitam)

1061 Kata
Malaikat Merah, Malaikat Kuning dan Malaikat Hijau terus berjalan dengan membawa korban mereka. Di gelapnya malam, tersinari oleh Bulan di langit. Hingga akhirnya mereka pun sampai di persimpangan jalan. Ketiga Malaikat Kematian itu lalu menghentikan langkah mereka, di persimpangan jalan setapak itu. "Kita berpisah di sini," kata Malaikat Merah lalu melanjutkan perjalanannya ke arah depan. Sedangkan Malaikat Hijau berbelok ke arah Pulau Kuning. Sedangkan Malaikat Hijau berbelok menuju Pulau Merah. Malaikat Merah yang terus berjalan di Pulau Hitam, dengan membawa tubuh Tigor yang sudah mati. Akhirnya menghentikan langkah kakinya di depan sebuah lubang berkedalaman 3 meter dengan radius 2 meter, berisi puluhan ular berbisa. Yang sengaja ditaruh di dalam lubang itu. Dengan tujuan untuk membunuh korbannya, jika memang masih hidup. Sungguh sesuatu yang sangat kejam. Mereka benar-benar telah kehilangan hati nuraninya, sebagai seorang manusia. "Selamat jalan ke dunia kematian ...," ucap Malaikat Merah berkata sendiri. Lalu menyeringai dengan begitu mengerikannya. Tanpa perasaan sama sekali. Malaikat Merah lalu melemparkan tubuh Tigor begitu saja. Yang sudah mati di dalam tidurnya. Bruk! Tubuh Tigor pun mendarat di dalam lubang berisi ular berbisa itu, dengan begitu kerasnya. "Lebih baik, aku pergi dari tempat ini, untuk menuju tempat berkumpul. Setelah melakukan pembunuhan ini," ujar Malaikat Merah, di dalam hatinya. Lalu berbalik arah meninggalkan tempat itu. Dengan langkah kaki yang begitu cepat berlalu. Seakan sedang berlari kecil, demi mencapai tujuannya secepat mungkin. *** Malam masih merajut langit. Malaikat Kuning yang membawa tubuh Anto pun telah tiba di Pulau Merah. Dirinya lalu menghentikan langkah kakinya, di depan sebuah lubang berdiameter 2 meter, dengan kedalaman 3 meter. Yang berisi lintah-lintah haus darah. Sebagai cadangan, jika korbannya belum mati. Maka lintah-lintah itu akan menyedot darah korbannya. "Saatnya kau pergi, ke dunia kematian," ucap Malaikat Kuning, lalu melemparkan tubuh Anto begitu saja ke dalam lubang itu. "Saatnya pergi ke puncak Bukit Hitam," Malaikat Kuning pun berbalik arah meninggalkan tempat itu. Dengan langkah yang lebih cepat dari yang tadi. Bersamaan dengan itu. Malaikat Hijau yang membawa tubuh Ketut pun tiba di Pulau Kuning. Dirinya lalu menghentikan langkah kakinya di hadapan sebuah lubang sedalam 3 dengan diameter 2 meter, berisi ratusan semut rangrang merah. Sebagai jaga-jaga jika korbannya belum mati. Maka semut rangrang merah itu, akan menghabisinya. "Pergi kau ke neraka!" ketus Malaikat Hijau, lalu melemparkannya ke dalam lubang berisi semut rangrang begitu saja. "Bosan, harus melakukan pertemuan lagi," lirih Malaikat Hijau. Lalu berbalik arah meninggalkan tempat itu, dengan penuh kekesalannya. Terhadap Malaikat Hitam, yang mengadakan pertemuan mendadak di puncak Bukit Hitam. Tanpa tujuan yang jelas. *** Tampak di puncak Bukit Hitam. Malaikat Hitam, Malaikat Cokelat dan Malaikat Biru sudah berada di tempat itu sejak dari tadi. Mereka berkumpul atas perintah Malaikat Hitam, yang secara mendadak mengirimi pesan lewat ponsel mereka. Padahal seingat mereka, Malaikat Hitam tak memberitahu mereka di pertemuan terakhir mereka. Jika mereka harus berkumpul di puncak Bukit Cokelat. Seusai tiga rekan mereka, berhasil menjalankan tugas mereka. Terlihat Malaikat Hitam berada di tengah. Yang dihimpit oleh Malaikat Cokelat di sebelah kiri, sedangkan Malaikat Biru berada di sisi kirinya. Mereka bertiga berdiri, menatap ke arah Laguna Kematian yang dibatasi oleh Pulau Putih. Suasana yang tadinya hening. Tiba saja pecah oleh suara dari Malaikat Biru. Yang segera bertanya kepada Malaikat Hitam. "Kau pastinya mengalami mimpi buruk lagi? Hingga kau menyuruh kami berkumpul lagi. Agar ketakutan mu, menghilang," kata Malaikat Biru, yang malah membuat Malaikat Hitam kebingungan dengan perkataan dari anak buahnya itu. "Ketakutan apa?" tanya Malaikat Hitam dengan penuh keheranannya. Seakan ia tak ingat, dengan ketakutannya terhadap mimpi Malaikat Putih, yang sudah ia bunuh. Dengan meledakan kapal yang ditumpangi oleh Malaikat Putih beserta 5 orang pemenang kuis yang tersisa. Di mana salah satunya adalah perempuan yang bisa membuat Malaikat Putih jatuh hati. Hal itulah yang membuat Malaikat Putih mengkhianati 7 Malaikat Kematian. Mendengar jawaban dari pimpinannya. Malaikat Biru begitu terkejut bukan main. "Pimpinan, apakah kau sudah pikun? Kau itu sangat takut dengan Putih yang sudah mati, dan hadir di mimpimu itu!" tanya Malaikat Biru dengan penuh kekesalannya terhadap Malaikat Hitam. Yang seakan lupa dengan ucapannya. "Tak mungkin, aku takut akan hal seperti itu," sahut Malaikat Hitam, dengan tegasnya. Hingga membuat Malaikat Biru semakin kesal terhadap pimpinannya itu. "Kau benar-benar mempermainkan ku!" teriak Malaikat Biru. Yang membuat Malaikat Cokelat angkat bicara. Agar ketegangan di antara mereka mereda. "Sudahlah Biru. Mungkin Pimpinan memiliki kepribadian ganda. Dan yang ini adalah yang asli, bukannya kau suka Pimpinan yang seperti ini?" tutur Malaikat Cokelat. "Kau benar!" balas Malaikat Biru, lalu tertawa dengan begitu kerasnya. "Dasar Artis Korea," kata Malaikat Hitam, terhadap Malaikat biru yang memiliki wajah persis dengan aktor dari Korea Selatan. Malaikat Hitam terdiam. Seakan tak ingin berbicara apalagi. Malaikat Biru terus tertawa dengan penuh kesenangannya. Sedangkan Malaikat Cokelat bermain dengan pikirannya sendiri. "Aku jadi teringat dengan perkataan Putih dan pikiranku. Jika ia curiga, bila Pimpinan ada dua orang. Siapa tahu, dibalik topeng dan jubah hitamnya itu. Dirinya adalah dua orang yang berbeda. Tapi kenapa selama ini tak ada yang menyadarinya sama sekali," papar Malaikat Cokelat di dalam hatinya. Berusaha menganalisa perkataan dari Malaikat Putih, beberapa waktu yang lalu. Yang semakin menguatkan pemikirannya itu. Malaikat Biru yang terus tertawa. Akhirnya menghentikan tawanya juga. "Mereka lama sekali. Bikin aku kesal saja," ucap Malaikat Biru dengan ketusnya. "Bersabarlah, sebentar lagi mereka datang," ujar Malaikat Hitam seperti seorang ahli nujum saja. "Baiklah, aku akan bersabar," jawab Malaikat Biru, lalu terdiam dengan penuh kegeramannya. Malaikat Hitam pun terdiam mengikuti Malaikat Biru, dan Malaikat Cokelat yang tetap terdiam. Bersama malam yang semakin merajai langit tanpa batas. Detik berganti menit. 10 menit telah berlalu. Hingga terdengarlah suara tiga langkah, sosok yang mereka tunggu tiba di puncak Bukit Hitam, melalui jalan rahasia. Yang hanya diketahui oleh mereka bertujuh. Mengetahui rekannya sudah tiba. Malaikat Biru pun langsung berbicara, saat Malaikat Merah, Malaikat Kuning, Malaikat Hijau ada di samping dirinya. "Kalian bertiga lama sekali. Apakah kalian tak tahu, betapa kesalnya diriku ini," kata Malaikat Biru, yang langsung saja mendapat reaksi dari Malaikat Merah. "Berisik sekali kau, Biru. Kami bertiga ini sedang menikmati kematian korban kami. Kau juga pastinya akan seperti itu, bukannya begitu. Artis Korea?" balas Malaikat Merah, dengan ketusnya. "Aku tak seperti itu. Walaupun aku sangat menikmati kematian korban ku. Aku akan tetap bergegas, datang menemui panggilan Pimpinan," ujar Malaikat Biru, sambil menengadahkan sepasang tangannya ke arah langit. Seakan dirinya sedang berakting saja. Semuanya pun melirik ke arah Malaikat Biru. Yang merupakan seorang model sebagai pekerjaan sampingannya. Yang pekerjaan utamanya tak diketahui oleh siapa pun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN