Meski pun merasa marah dan kesal dengan isi dari surat itu, Ezra tetap menanyakan pendapat si ketua osis alias Justin. Ia harap Justin setuju dengannya agar si pemilik surat mendapat hukuman yang lebih berat karna terlihat seperti menjelek-jelekkan anggota osis.
"Justin, Bagaimana sekarang? Apa kau ingin mencari si pemilik surat ini? Aku bisa saja menghukumnya kalau sudah ketemu, Dia sudah menjelek-jelek kan kita," Kata Ezra dengan suara rendah agar suaranya hanya bisa didengar Justin.
Justin tersenyum tipis kemudian menatap sekeliling kelas. "Kalau ingin cari tahu sih memang iya karna aku ingin tahu siapa pemilik surat ini, Tapi nanti saja. Lalu soal hukuman biar aku yang memutuskan nanti,"
Harapan Ezra jauh di luar keinginannya, Nyata nya Justin sama sekali tidak mempermasalahkan soal itu. Malah Justin terlihat tenang, Terkadang Ezra tidak habis pikir dengan sikap sahabatnya itu.
Ia menghela napas berat meski dalam dirinya ingin sekali menghukum si murid baru, Tapi karna ini perintah Justin maka dirinya akan mengikuti perintah itu.
"Baiklah,"
Justin membereskan surat-surat yang menumpuk di tangannya lalu berdiri. "Aku sudah menemukan surat yang bagus, Kita kembali ke ruang osis sekarang,"
"Aku juga sudah, Lihatlah," Neo menunjukkan sebuah surat pada Justin, Dan Justin hanya mengangguk kecil.
"Simpan saja dulu, Kita akan bahas lagi di ruang osis,"
Dia berbalik dan berjalan lebih dulu keluar kelas, Para siswa yang melihat hal itu berbisik kecil. Mempertanyakan mengapa para osis di depan mereka mulai keluar ruangan.
Felix lantas menenangkan sedikit keributan itu, Sementara Neo, Ian, dan Ezra ikut keluar menyusul Justin.
"Semuanya! Untuk acara Mos hari ini sudah selesai. Silakan pulang sekarang," Kata Felix disertai senyum ramah nya sebelum melangkah pergi menyusul anggota osis yang lain.
Seisi kelas kembali riuh setelah Felix pergi, Mereka semua mulai bersiap-siap untuk pulang termasuk Alice dan Chloe.
"Kita beruntung pulangnya lebih cepat, Padahal masih jam 11 pagi lho," Kata Alice senang sambil menunjukkan jam arlojinya.
"Iya, Lumayan juga bisa bersantai lebih cepat," Chloe tertawa kecil sembari memakai ranselnya.
"Eh, Kita sekalian nongkrong di cafe yuk. Aku lagi pengen minum jus nih," Ajak Alice melangkah keluar kelas bersama Chloe.
"Boleh, Aku juga pengen minum jus. Hari gini lagi panas-panas nya," Chloe mengangguk setuju.
Alice cuma angguk-angguk setuju dengan pendapat Chloe, Walau masih jam 11 pagi saat ini matahari lagi terik-teriknya. Tentu saja membuat kedua gadis ini cukup haus.
Mereka kembali ngobrol selama perjalanan, Namun saat melewati lapangan. Chloe tiba-tiba saja di cegat oleh Ezra yang berdiri di sana sambil bersidekap.
"Hei! Kamu yang pakai ransel warna biru, Kesini!"
Bingung siapa yang dimaksud, Alice dan Chloe saling pandang sebelum Chloe menunjuk diri nya sendiri.
"Saya kak?"
"Iya kamu! Siapa lagi yang saya maksud di hari pertama mos sudah terlambat!" Kata Ezra tajam yang seketika membuat Chloe berkeringat dingin.
Ia kemudian teringat dengan hukumannya yang menanti se usai mos selesai. Dengan kikuk Chloe menatap Alice. Sementara Alice yang ditatap, Bergidik ngeri sadar kalau kakak kelas yang mereka hadapi ini adalah kakak kelas yang terkenal dengan kegalakan nya seangkatan sekolah.
"Ano Alice...Maaf ya kayaknya aku ada urusan, Mungkin kita lain kali saja ke cafe nya," Kata Chloe tak enak hati.
"I-Iya gak apa-apa kok, Selesaikan saja dulu urusan mu. Yang semangat Chloe, Sampai jumpa besok," Alice tersenyum hambar, Sesekali netra nya melirik Ezra yang sudah menunggu sejak tadi dengan ekspresi marah.
"Iya makasih, Sampai jumpa besok,"
Alice pun buru-buru pergi dari hadapan Chloe, Meninggalkan temannya itu bersama Ezra. Sedangkan Chloe sedikit meringis, Lalu menghampiri Ezra secara berlahan.
"A-Ada apa ya kak?" Chloe sebisa mungkin tidak terlihat gemetar karna tatapan elang Ezra.
"Gak usah basa-basi, Berdiri di dekat tiang sana! Cepat!" Ezra menunjuk tiang di tengah lapangan dengan nada membentak.
Chloe terkejut karna bentakkan Ezra, Alhasil ia lantas lari menuju tiang yang dimaksud dan berdiri di depan tiang itu. Sementara Ezra berjalan santai menghampiri nya.
"Pegang kedua kuping mu dan angkat satu kaki!"
Chloe melakukan perintah Ezra, Dia memegang kedua kupingnya dan mengangkat satu kaki. Kepala nya sedikit tertunduk, Apa Ezra berusaha mempermalukannya di hadapan semua siswa dan siswi sekolah ini? Ini sungguh memalukan menurut Chloe.
"Tetap berdiri seperti itu selama 1 jam," Ezra berdiri dihadapan Chloe sambil bersidekap, Mengawasi dengan netra elangnya.
"Tapi kak-"
"Gak ada bantahan!" Potong nya cepat. "Siapa suruh kamu datangnya terlambat?! Saya gak menerima alasan apapun itu!"
Chloe kembali tertunduk, Ia tidak menatap Ezra lagi. Ezra berjalan pergi dan duduk di sebuah bangku untuk mengawasi Chloe dari jauh. Dia berteduh di tempat yang aman agar tidak terkena paparan sinar mentari.
Beberapa menit telah berlalu, Posisi Chloe tidak berubah dari tempatnya dan Ezra masih mengawasi dari jauh. Tak lama kemudian sesosok pemuda bersurai magenta mendekati Ezra yang masih duduk.
"Oi, Lagi ngapain disini? Bukannya Justin bilang kalian masih rapat ya?" Kata nya sambil menepuk pundak Ezra.
Merasa pundaknya di tepuk, Ezra menoleh dan menatap dingin pemuda di sampingnya. "Tuh, Ngawasin si murid baru. Dia datang terlambat tadi, Maka nya kuhukum. Aku juga udah izin sama Justin tadi,"
"Duh, Hukuman legend. Kalau kayak gitu sih hukumannya mana bisa buat di jera. Yang lebih ekstream lagi dong. Disuruh bersih-bersih toilet kek,"
"Berisik kau Neil! Urusi kerjaanmu sana! Bukannya kau harusnya ada di ruang osis juga," Ezra menepis tangan Neil dari pundak nya. Mendelik sinis.
Pemuda bersurai magenta yang dipanggil 'Neil' itu terkekeh pelan. "Aku mah gak ikut rapat, Kan anggota osis inti kalian ber-5. Sisa nya mah santai aja,"
Ezra merotasikan mata nya dan mendengus kecil, Netra hijau nya tidak sengaja menangkap kehadiran Justin dan anggota lain sedang berjalan ke arah mereka.
"Ezra!" Suara Justin terdengar mendekat. Sontak saja Ezra berdiri dari duduk nya setelah Justin dan anggota lain sudah berada di depannya.
"Justin, Apa ada masalah?"
"Surat ini..." Justin menunjukkan surat di tangannya, Namun belum sempat menyelesaikan kalimat nya. Mereka mendengar suara benda jatuh tak jauh dari posisi mereka.
BRUK!
TBC