Di dalam kamar Susan, Ezra tengah bersuka cita hendak menikmati hidangannya. Jemari Ezra menyentuh kulit wajah Susan yang begitu mulus dan tanpa noda. Sambil menahan rasa jijik, Susan menahan sentuhan jemari Ezra. Dia tak ingin memicu emosi Ezra karena nyawa anak-anak yang menjadi taruhannya. "Aku tidak tahu mengapa Tuhan bisa menciptakan wanita secantik kamu. Wanita dengan kecantikan sempurna," gumam Ezra dengan mata sayu yang gelap. "Sayangnya, Tuhan memberikan dirimu pada pria busuk semacam Adrian." Mendengar nama Adrian disebut, hati Susan berdesir lagi. Di saat yang sama, dia ingin membalas dendam pada Adrian. Namun, di saat yang sama juga, dia tak mau disentuh oleh pria selain Adrian. Dadà Susan sesak dibuatnya, terombang-ambing dengan perasaannya sendiri yang tak menentu. "Sayan