8 | bodoh

1849 Kata
David Almero Wicaksono bisa dibilang adalah seseorang yang workaholic. Di dunia ini, selain kucing-kucing kesayangannya, yang paling disukai oleh David adalah pekerjaannya. Ada kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh David setiap kali dirinya tenggelam dalam kesibukan bekerja. Terlebih lagi, jika ia mendapat sebuah pencapaian yang baru, rasanya beribu-ribu kali lipat lebih memuaskan. Dalam bekerja, yang menjadi target David bukanlah uang. Jujur saja, David tidak benar-benar peduli pada uang. Karena mau dirinya tidak bekerja sekalipun, David bisa tetap hidup bergelimang harta dari warisan yang ditinggalkan oleh mendiang orangtuanya. Iya, David sudah yatim piatu. Dan bisnis yang diurusnya saat ini merupakan warisan dari orangtuanya. Hanya saja, bagaimana bisnis itu berkembang pesat sekarang hingga menjadikan David memiliki beberapa perusahaan di berbagai bidang, itu murni dari hasil kerja keras David sendiri selama sepuluh tahun ini. Hanya saja, sesuka-sukanya David dengan bekerja, satu hal yang membuat David merasa malas bahkan tidak suka dengan pekerjaannya. Dan itu bisa terjadi jika pekerjaan tersebut mengharuskannya bertemu dengan Jennifer Geraldine, sang mantan istri. Seperti hari ini. Demi Neptunus yang ada di film Spongebob, rasanya berat sekali bagi David untuk menginjakkan kakinya di acara amal untuk anak-anak penderita kanker yang harus dihadirinya pagi ini. Tidak, bukan karena David tidak suka dengan acara amal ini. Sama sekali bukan. David justru jadi salah satu donatur yang menyumbang paling banyak. David hanya merasa sungkan karena di acara amal ini, ada Jennifer, mantan istrinya. Dan Jennifer menjadi wajah untuk campaign dari acara amal ini. Ingin sekali David tidak datang, tapi dirinya harus datang karena diharuskan untuk memberikan speech dan membuka acaranya. Selain malas bertemu Jennifer, David juga malas dengan berita-berita yang akan keluar nantinya. Media pasti heboh karena melihat David dan Jennifer yang merupakan mantan pasangan, berada di acara yang sama lagi. "Terima kasih kepada Bapak David Almero Wicaksono yang telah secara resmi membuka acara kita pada hari ini. Selanjutnya, kepada Bapak Adi Soeharsono selaku founder dari organisasi Cancer Fighter dan Ibu Jennifer Geraldine dipersilahkan untuk naik ke atas panggung dan berfoto bersama Bapak David Almero Wicaksono." Di balik senyum palsunya yang terukir lebar di bibir usai speech yang baru dilakukannya, David menghela napas. How good. Mereka bahkan ada dalam satu frame untuk berfoto bersama. Dan Jennifer berdiri persis di sebelah David, disusul oleh kilatan flash kamera yang menghujani mereka setelahnya. David yakin sekali, semua orang yang ada di ruangan ini pasti sedang membicarakannya dan Jennifer. Usai foto bersama, David buru-buru turun dari venue dan kembali ke tempatnya semula duduk. Jennifer menyusul dan duduk di sebelahnya. Sedari awal, tempat duduk mereka memang diatur begitu. Iya, yang mengatur memang kurang ajar sekali. "Your speech was really good, I'm so impressed." David mendengus mendengar perkataan Jennifer. Pujiannya memang terdengar tulus. Namun, David sudah tidak bisa lagi menganggap tulus apapun yang keluar dari bibir wanita yang dulu sangat dicintainya itu. David tidak merespon Jennifer, bahkan menoleh padanya pun tidak. Ia lebih memilih memasang wajah datar dan menatap ke depan. Jennifer tertawa kecil karena respon David yang begitu. "Mau sampai kapan kamu mengabaikan aku begini, Mas David?" David mendelik tajam pada Jennifer, sementara Jennifer tersenyum manis. Senyum itu...cantik. Tentu saja. Jennifer Geraldine selalu terlihat cantik di mata David, baik itu dulu maupun sekarang. Bedanya, sekarang David menganggap wajah cantik itu menyebalkan. "Sampai kamu sadar diri." David menjawab tajam. "Sadar diri?" "Iya. Sadar diri kalau kamu memang pantas diabaikan." "Jahat." "Oh, better you say that to yourself." "Semuanya udah berlalu, Mas David. Udah hampir empat tahun yang lalu. Dan kamu masih salty sama aku? Memangnya kita nggak bisa punya hubungan yang baik apa?" "Cuih." David pura-pura berludah dan tersenyum menyebalkan pada Jennifer, sebelum dengan cepat mengubah lagi ekspresinya menjadi datar dan berkata, "Nggak minat tuh." "Kamu tuh masih aja childish, ya? Nggak pernah berubah." "Memang. Makanya, kamu nggak perlu punya hubungan baik lagi sama orang yang childish kayak aku. Nggak berguna juga, kan? Kita cukup berhubungan sebagai rekan kerja aja sekarang. So, please know your place dan berhenti buat aku muak sama sikap sok baik kamu." Jennifer terdiam, sementara David menarik satu sudut bibirnya membentuk semua seringai kecil. Seringai kemenangan karena berhasil membungkam mantan istrinya itu. David tahu kok, yang dikatakannya pada Jennifer kesannya sangat kasar. Terlebih lagi, mereka sedang tidak sendirian sekarang. Kemungkinan ada orang lain yang ikut mendengar percakapan mereka ini sehingga Jennifer pasti merasa malu. Tapi David sudah tidak peduli lagi. Sejak perceraian mereka, David memang tidak ingin memiliki hubungan yang baik dengan Jennifer. Ia selalu menghindarinya. Semula karena melihat Jennifer rasanya terlalu sakit. Tapi sekarang, David memilih tidak berhubungan dengannya lagi karena ia tidak ingin mengingat luka lamanya yang telah ditorehkan oleh wanita itu. "Oke." Pada akhirnya Jennifer berujar begitu. "Bagus." David mengangguk puas. Ia kembali menolehkan kepalanya ke depan dan berniat tidak akan menoleh lagi pada Jennifer hingga acara ini selesai. Namun, beberapa saat kemudian, Jennifer justru menyodorkan sesuatu pada David sehingga membuatnya harus menoleh lagi pada mantan istrinya itu. "Sebagai rekan kerja, aku harap kamu datang. Acaranya minggu depan." Yang diserahkan oleh Jennifer adalah sebuah undangan acara pertunangan. Nama Jennifer Geraldine dan Baron Tristan Wistara tertera disana. David sukses dibuat tertegun. David tidak menerima undangan itu. "Nggak bisa, aku sibuk," ujarnya. Dengan santai Jennifer mengangguk dan menarik lagi undangannya. "Nggak apa-apa," balasnya. "Paling kalau kamu nggak datang, semua orang bakal berasumsi kamu belum move on dari aku." "Excuse me???" David jadi sewot. "Jangan mimpi." "Orang-orang yang bakal berpikir begitu, Mas David. Mereka pasti bakal nyambungin kenyataan yang ada. Aku, mantan istri kamu, mau tunangan sama orang lain. Sedangkan kamu nggak datang dan kamu juga belum punya hubungan sama siapa-siapa lagi. Jadi, nggak heran kan kalau ada yang berpikir begitu?" David mendengus keras. Ia memilih tidak merespon Jennifer, namun harga diri David rasanya tercoreng. Ia merasa tersinggung. Pertemuan dengan mantan istrinya selalu saja tidak pernah berujung baik. Mood David jadi turun drasti di sepanjang sisa acara ini. Dan semakin anjlok hingga hancur berkeping-keping ketika ia mendapat sebuah panggilan masuk. Dari Sybil. "WHAT?!" Apa yang diberitahukan Sybil lewat panggilan itu sukses membuat David berteriak dan secepat kilat pulang kembali ke rumah dengan perasaan yang kacau balau. *** Sybil benar-benar ingin menangis, oh bahkan dirinya sudah menangis karena sudah dua jam lamanya ia berkeliling komplek mencari Lulu, namun kucing itu belum juga ketemu. Padahal, Sybil sudah mengerahkan bantuan dari Pak Bambang dan KangbUdin, dua sekuriti di rumah David, serta bantuan dari Teh Titin dan Bi Surti, asisten rumah tangga David. Mereka semua sudah berpencar hingga ke ujung-ujung komplek untuk mencari Lulu. Namun tetap saja, Lulu tidak tahu dimana rimbanya. Sekarang penampilan Sybil sudah benar-benar tidak karuan. Rambutnya berantakan dan lepek karena keringat. Bajunya kotor oleh noda tanah karena tadi ia sempat menunduk guna memeriksa beberapa selokan dan juga mencari di semak-semak yang ada di taman komplek. Sekarang Sybil dan empat orang bala bantuannya sudah berkumpul kembali di depan rumah David dengan tangan kosong. Mereka semua sudah mulai putus asa. Tapi yang paling putus asa jelas Sybil. Karena dirinya yang menghilangkan Lulu ketika sedang sibuk memasang harness pada Golden. Yah, meski Pak Bambang, Kang Udin, Teh Titin, dan Bi Surti juga ikut panik sih. Kata mereka, Mr.David yang baik hati bakal berubah seram dan mengamuk besar kalau ada kesalahan yang berhubungan dengan kucingnya. Sybil jadi tambah ketar-ketir. "Gimana dong?" Keluh Sybil yang kini sudah menangis sambil berjongkok di depan pagar. Sybil lemas parah. Ia teringat pesan David sebelum pergi tadi dan merinding dengan ancamannya. Meski terkesan main-main, namun Sybil yakin jika ancaman itu serius. "Mbak Sybil, kayaknya mending hubungin Mr.David aja deh." Teh Titin menyarankan begitu. "Nanti saya dimarahin gimana, Teh?" Tanya Sybil yang sudah berlinangan airmata. "Saya takut banget." Teh Titin garuk-garuk kepala. "Aduh, Mbak, tapi mau gimana lagi ya? Biasanya kalau ada yang kabur yang bisa nemuinnya cuma Mr.David doang." "Bener, Mbak." Pak Bambang menimpali. "Waktu itu pas sama pengasuh anak-anak Mr.David sebelumnya, Oleo sama Golden juga pernah kabur. Dicari sama kita nggak ketemu, tapi giliran Mr.David yang turun tangan langsung ketemu merekanya." "Terus Mr.David marah nggak sama pengasuhnya?" "Bukan marah lagi, Mbak. Tapi ngamuk dan langsung dipecat. Terus Mbak Sybil deh yang sekarang gantiin pengasuh yang kemarin." Kang Udin yang menjawab. "Hueeeee." Tangis Sybil makin menjadi-jadi. "Gimana dong? Aku nggak mau dipecat." "Mbak Sybil tenang dulu, terus kabarin Mr.David." Bi Surti ikut berjongkok dan mencoba menenangkan Sybil. "Siapa tau Mr.David nggak semarah waktu itu. Soalnya Mbak cuma ngilangin satu, sementara yang tiganya udah aman dibawa masuk ke dalem." Sybil sangsi dengan ucapan Bi Surti. Mau satu atau dua yang hilang, tetap saja bosnya itu pasti akan marah besar. Sybil sangat paham kalau rasa sayang David pada tiga kucing itu sama ratanya. Dan Lulu ini kucing yang sangat menggemaskan. Kakinya pendek, badannya gembul, wajahnya imut, bulunya lebat dan panjang. Siapapun yang melihat Lulu pasti tahu kalau Lulu kucing mahal. Gimana kalau nanti Lulu diculik orang dan dijual? Terus tidak akan bisa mereka temukan? Sepertinya Sybil benar-benar akan mati. Butuh keberanian yang sangat besar baginya untuk mengabari David tentang Lulu yang hilang, sesuai saran Teh Titin tadi. Jantung Sybil berdetak sangat kencang begitu mendengar David menerima teleponnya. Ia pun dengan terbata-bata menjelaskan, "Mr.David...maaf...Lu...Lulu...hilang." Satu detik hening sebelum teriakan melengking David terdengar. "WHAT?!" Mendengar teriakan tersebut rasanya bak mendengar vonis hukuman mati untuk Sybil. Padahal, David tidak bilang apa-apa selain itu. Namun mereka semua tahu kalau David langsung pulang ke rumah. Dan di detik-detik menunggu David sampai, Sybil tidak bisa berhenti menangis dan ketakutan setengah mati. Rasanya jantung Sybil hampir copot begitu melihat mobil Range Rover hitam David sampai dan terparkir di depan rumah. Lalu, David keluar dari sana dengan ekspresi yang sama sekai tidak ramah. "KENAPA LULU BISA HILANG?!" Teriak David menggelegar begitu sampai di hadapan Sybil. Tidak ada yang bisa dilakukan Sybil selain menunduk takut dan mengucapkan maaf. Sementara Pak Bambang, Kang Udin, Teh Titin, dan Bi Surti hanya diam memerhatikan. Mereka juga sama takutnya melihat David yang mengamuk. "KAMU INI BISA KERJA BECUS NGGAK SIH? SAYA BARU PERGI NGGAK SAMPE TIGA JAM DAN LULU UDAH HILANG! SAYA UDAH PESAN HATI-HATI DAN KAMU UDAH JANJI, TAPI APA HAH?!" Kepala Sybil semakin tertunduk dalam, sementara airmatanya terus mengalir. Sybil merasa malu dimarahi oleh David begini. "NGURUS KUCING AJA NGGAK BISA! MALU SAMA GELAR KAMU YANG S2, TAU NGGAK?!" Kedua tangan Sybil terkepal erat di sisi tubuhnya. "SAYA PIKIR KAMU PINTAR, TERNYATA BODOH. ORANGTUA KAMU HARUSNYA MALU." Kali ini, Sybil mengangkat kepalanya dan dengan berani menatap David yang jelas sekali masih marah. Sybil tidak terima dibilang bodoh. Orangtua dan dosennya saja tidak pernah bilang begitu, kenapa David dengan beraninya memberi cap bodoh kepada Sybil dan membawa-bawa orangtuanya. "SAYA. NGGAK. BODOH. DAN ORANGTUA SAYA NGGAK PERNAH MALU PUNYA ANAK KAYAK SAYA." Entah dapat keberanian darimana, Sybil balas berteriak dengan penuh penekanan. Jelas sekali David kaget karena perlawanan Sybil, begitupun dengan orang-orang yang menyaksikan. Tapi Sybil tidak peduli. Ia sudah terlanjur sakit hati. "KAMU YANG ANEH, TAU NGGAK? NYARI PENGURUS KUCING ITU DI TEMPAT YANG MEMANG KHUSUS NYEDIAIN PENGURUS KUCING, BUKANNYA BUKA LOWONGAN KERJA DI KANTOR KAMU! DAN NGGAK USAH NYALAHIN GELAR SAYA, KARENA SELAMA KULIAH SAYA MEMANG NGGAK PERNAH DAPAT PELAJARAN CARA NGURUS KUCING YANG BAIK DAN BENAR. PAHAM?" Napas Sybil terengah usai meneriakkan itu semua. Sementara David menatapnya tajam, yang mana membuat Sybil seketika merasa menyesal. "Pergi dari sini." Itu yang diberikan David sebagai balasan. Suaranya tenang namun mencekam. "Pergi sekarang karena kamu udah nggak butuh pekerjaan ini lagi." Setelah mengatakannya, David melepas jasnya dan melempar sembarangan jas itu. Lalu, David menggulung lengan kemejanya dan berbalik pergi untuk menyusuri komplek. Mencari Lulu. Tidak lama kemudian, Pak Bambang dan lainnya menyusul David. Mereka semua meninggalkan Sybil yang baru saja kehilangan pekerjaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN