"Mas, hanya ingin melihat kamu". Dea tersenyum getir, diliriknya kembali jemari Raka, cincin itu masih melingkar di jari manis Raka. Betapa munafiknya laki-laki di hadapannya ini. Mengatakan seperti itu, ketika ia resmi menyandang gelar sebagai tunangan Ana. Betapa tidak sopannya Dimana hati dan perasaanya, kenapa ia bisa berkata seperti itu, sementara ia mencintai wanita lain. Sudah cukup ia merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Betapa perihnya hati yang ia terima, atas pernyataan Raka. Untuk apa Raka menyenangkan hatinya, mengajaknya ke Bali dua hari penuh. Memenuhi semua permintaanya, memanjakannya, membuat hatinya berbunga-bunga, membuat hatinya bahagia. Tapi dibalik itu ia tiba-tiba menyatakan lebih memilih kekasihnya. Sakit hati memang, bahkan sakit itu dapat ia rasakan hingga s