Baper

1172 Kata

“Pak.” Aku terus menarik tanganku agar terlepas dari genggamannya. “Pak!” Aku menghentak tanganku meski tak juga terlepas, saat ini kami berhenti tepat di depan lift menunggu pintu terbuka. Pak Damar masih saja diam sedangkan aku terus berusaha melepas tanganku. “Sekali saja nurut bisa?” ujarnya membuat aku berhenti bergerak. Pak Damar menekan angka tiga saat hanya ada kami berdua di dalam lift, aku melirik ke arahnya yang masih saja memilih diam. Restoran, mau apa dia, batinku. “Apa benar dia kekasihmu?” lirihnya. Aku menerjap mendengar pertanyaannya, menelan salivaku pelan. Pak Damar menoleh ke arahku karena aku tak kunjung menjawab, dia menyentuh kedua lenganku. “Benar?” “Bukan urusan, Bapak,” ketusku. Suara dentingan lift terdengar dan pintu terbuka, dia melepas lenganku dan men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN