Wanita Lemah

1507 Kata

“Kamu bukan rumahku.” “Jingga—” “Kamu bukan rumahku, Kak! Jangan lagi minta aku diam di sana atau di manapun itu, karena aku tak akan kembali, please.” Aku meninggalkan Pak Damar meski sebelumnya dia sempat menahanku. Aku sudah berjalan bahkan berlari terlalu jauh, aku tak mau kembali lagi. Aku tak siap jika nanti terluka lagi dengan orang yang sama. *** Melihat barisan bus terparkir di halaman kantor membuat semangatku berkobar. “Udahan senyumnya, gigi kamu sudah kering.” Aku memukul lengan Ganda sepuas hatiku, hingga dia mengeluh sakit. Saat ini kami berada di dalam mobil yang baru saja terparkir tak jauh dari kantor. Pagi ini, dia menyempatkan diri mengantarku. Oh, ya, ada yang terlewatkan. Sejak malam di mana aku menegaskan ucapanku pada Pak Damar, kami hanya bicara di waktu k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN