PART 12

1240 Kata
Malam ini, Stella benar-benar merasa sangat gugup. Pasalnya, dia tidak tahu harus melakukan apa di hari pertamanya sebagai istri Alexander Edward. Jika tiba-tiba Alex meminta haknya sebagai seorang suami, maka sesuai isi perjanjian Stella harus menuruti itu. Ketika keluar dari kamar mandi, Stella melihat Alex tengah duduk di atas ranjang dengan laptop di pangkuannya. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Beruntung dia tidak mengenakan lingerie yang diberikan oleh Karen dan Litina tadi. Bisa-bisa esok hari dia tidak akan pernah menunjukkan wajahnya di depan Alex. Stella berjalan mendekat ke arah ranjang. Alex yang menyadari itu berkata, "Tidurlah, aku tidak akan melakukan apa pun padamu!" Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Stella. Stella yang merasa mendapatkan izin, merangkak naik ke atas ranjang dan tidur membelakangi Alex. Setidaknya malam ini dia tidak akan melakukan apa pun untuk pria itu. Entah karena terlalu lelah atau ranjang milik Alex terlalu nyaman, dengan cepat Stella telah masuk ke alam mimpi. Sementara itu, sedari tadi Alex berusaha menahan diri untuk tidak menyergap Stella. Meskipun wanita itu hanya mengenakan kaos biasa dengan hotpants, Alex sungguh tidak tahan. Akhirnya ia memilih untuk segera bergabung bersama Stella, masuk ke alam mimpi, setelah sebelumnya ia meletakkan pekerjaannya. ***** Pagi itu Stella terbangun dengan sebuah lengan kekar yang memeluknya dari belakang. Stella terkejut, tapi begitu kesadarannya kembali sepenuhnya, ia teringat pada apa yang telah terjadi kemarin. Stella berusaha melepaskan diri dari kungkungan Alex. Namun, bukannya terlepas, pelukan itu justru semakin erat. Ia menoleh ke belakang, mata Alex masih terpejam rapat, seakan tidak ingin terbangun dari tidurnya. Stella kembali terdiam. Sampai tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar mereka, diiringi teriakan bahwa sarapan sudah siap. Akhirnya Stella bisa terbebas dari kungkungan Alex. Saat mereka berdua tiba di ruang makan, lagi-lagi Stella merasakan hangat di pipinya. Litina dan Aliya mulai menggodanya, mengatakan bahwa mereka sampai lupa waktu karena asyiknya. Asyik? Asyik dari mananya? Justru pagi-pagi jantung Stella berpacu ketika menyadari jika Alex memeluknya selama tertidur. Ditambah lagi, Alex tiba-tiba berkata, "Kami akan kembali ke apartemen." Litina dan Aliya sepertinya mengerti maksud Alex, terlihat dari mereka yang terkikik bersama. Membuat Stella semakin merona malu. ***** Setibanya mereka di apartemen Alex, Stella berpikir semuanya akan baik-baik saja, karena hanya ada mereka berdua. Tidak ada lagi yang akan membuat pipinya merona merah. Namun dia salah, bukannya semakin membaik justru jantungnya semakin berdetak tidak karuan. Stella menyadari hanya ada mereka berdua di apartemen seluas itu. Tidak tahu harus melakukan apa, akhirnya Stella menawarkan diri untuk membuat makan malam untuk mereka berdua. Alex hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Astaga, apakah kehidupan pernikahannya akan terus seperti ini? ***** Apa yang akan kalian lakukan jika kalian telah resmi menjadi istri seorang taipan muda paling berpengaruh di seluruh negeri? Entah. Bagi Stella, jawaban yang tepat hanya satu kata itu, entah. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Beruntungnya hari ini, ia tidak bangun dengan degupan jantung berpacu dengan cepat. Mereka memang tidak tidur bersama dalam satu kamar. Stella cukup lega dengan pengaturan seperti itu. Dan seperti istri pada umumnya, pagi-pagi sekali dia telah terbangun dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Alex. Tidak ada banyak kata yang terucap selama mereka makan berdua pagi ini. Keadaan benar-benar canggung bagi Stella. Keheningan di antara mereka akhirnya buyar ketika Alex buka suara. "Mari berangkat bersama." Tiga kata singkat itu menghentikan acara makan Stella. Dia menatap Alex tidak percaya. "Tapi, nanti para karyawan bisa tahu." sergah Stella cepat. "Aku akan menurunkanmu di perempatan dekat kantor!" balas Alex, mengerti akan kecemasan Stella. "Baiklah" jawab Stella singkat. ***** Lagi dan lagi, hanya ada keheningan di dalam mobil Alex, meski ada Galih yang menjadi sopir sekaligus asisten pribadi Alex. Tapi rasanya tetap sama saja. Seakan tidak ada topik pembicaraan yang pas untuk mencairkan keheningan ini. Ketika mereka tiba di perempatan yang dimaksud, Stella segera turun dari mobil. Namun sebelum itu, ucapan Alex membuatnya terpaku beberapa saat. "Take care!" ujar pria itu dan ditanggapi Stella dengan tersenyum manis. Alex terdiam dan terpana melihat senyum istrinya itu. Kemudian Stella keluar dari mobil. Berada dalam satu ruangan sempit bersama Alex adalah hal yang tepat memacu jantungnya sebelum kembali masuk kerja. Entah apa yang terjadi padanya, Stella bahkan tidak mengerti. Tadi Alex mengatakan apa? Take care? Hati-hati, padanya? Apa suaminya itu mulai sedikit peduli padanya? Ah, bodoh sekali kau, Stella. Kini kau adalah milik Alex, jiwa dan ragamu adalah milik pria itu. Dan bagaimana mungkin Alex bisa membiarkan miliknya rusak? Bahkan sebelum pria itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Sedangkan yang dilakukan Alex di dalam mobil itu adalah menatap gambar Stella yang terpampang jelas di tabletnya. Jujur, ia khawatir akan wanita itu, istrinya. ***** Sewaktu sedang berjalan di lobby, seorang resepsionis menyapa Stella, dan ia menyapa balik. Stella menghampiri meja resepsionis dengan senyum manis yang merekah di bibirnya. Abel, nama resepsionis yang memanggilnya itu. Mereka bercakap-cakap cukup panjang, diselingi tawa saat Abel melemparkan candaannya. Namun, semua itu terhenti ketika seseorang datang dan tampak terkejut mengetahui Stella ada di sana. "Stella?" sapa orang itu. "Claudia!" balas Stella. Ternyata, seorang wanita cantik dan sexy dengan pakaian kekurangan bahan yang melekat indah di tubuhnya, membentuk dengan jelas lekuk tubuh wanita itu. "Baiklah Abel, aku duluan," pamit Stella. Namun sebelum ia menjauh, Claudia berkata dengan suara yang sepertinya sengaja dikeraskan agar Stella mendengarnya. "Apa dia office girl?" Stella yang merasa egonya tercolek, akhirnya berbalik ke meja resepsionis, kembali dengan senyum manisnya. "Abel, perkenalkan ini Claudia dan Claudia, ini Abel," kata Stella. Ia sendiri tidak tahu apa maksud ia memperkenalkan kedua wanita itu. Dan tentunya Abel tahu siapa wanita cantik dan sexy di hadapannya. Siapa yang tidak mengenal Claudia, seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang model. Salah satu wanita yang juga memperebutkan Alex. Tapi, sama seperti Jessica, Claudia adalah wanita kesekian yang ditolak oleh Alex dan hanya dijadikan partnernya di ranjang. "Tentu saja dia mengenalku," ucap Claudia dengan sombong. "Jika begitu, aku yang tidak mengenalmu. Aku, Stella Caelan," ucap Stella seraya mengulurkan tangan, meski ia tahu bahwa ukuran tangannya akan ditolak oleh wanita di hadapannya. "Benar, kau Stella Caelan yang sama. Seorang anak haram yang hanya membuat ibunya menderita!" balas Claudia sarat dengan nada sindiran. Kembali ego Stella menolak mendengar apa yang dikatakan Claudia tentang dirinya. Stella tersenyum manis menghadap Claudia dan berkata. "Benar, dan kau adalah Claudia yang sama, yang hidup hanya untuk memenuhi keserakahan ibumu. Kudengar kau menikah dengan pengusaha dan bercerai hanya untuk mendapatkan kekayaannya? Wah, kusebut apa itu? Jalang?' Claudia tidak pernah mengira bahwa Stella akan dapat membalasnya. Stella bukan lagi Stella yang sama seperti dulu, gadis remaja yang dapat ia manfaatkan. "Beraninya kau ---" Claudia hampir saja menampar Stella. Tapi ucapannya terpotong dan tangannya dicekal. "Aku tidak menyukai kekerasan di dalam perusahaanku." Ucapan bernada dingin itu mampu membuat siapa pun yang mendengarnya merasa terintimidasi. Akibat pertengkaran kecil itu, dan juga datangnya seseorang yang menghentikan aksi Claudia, menyita perhatian para karyawan yang berlalu lalang di sekitar lobby, meski mereka takut untuk memperlihatkannya dengan jelas. Kali ini CEO mereka sendirilah yang turun tangan. "Alex, dia telah ---" "Stella!" Kembali ucapan Claudia terpotong ketika terdengar panggilan dan seseorang yang mendekat ke arah Stella. Stella mendapati Karen terlihat bingung dan ketika menyadari Alex berada di antara mereka, Karen segera menunduk hormat. "Alex, wanita sialan ini berani menghinaku," kata Claudia merajuk dengan nada yang terdengar menjijikkan bagi Karen. "Hei Nona, kau tidak tahu dia --- mmpphhh." "Saya hanya membela diri saya, Pak. Permisi." ucap Stella sambil membekap mulut Karen dan membawa temannya itu menjauh dari sana. Sebelumya, sekali lagi ia menunduk pada Alex. @@@@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN