LIMA

577 Kata
Andra meremas kertas yang berserakan dimejanya dengan kesal. Beberapa hari ini kepalanya seperti mau pecah. Pekerjaan yang tidak ada habisnya, proyek yang terbengkalai serta bawahannya yang tidak becus membuatnya muak. Menjadi manager keuangan membuatnya harus memeras otak agar tidak terus-terusan menjadi tumpuan kesalahan para atasan yang tidak memberi toleransi sedikitpun. Sementara bawahannya tidak cukup kompeten membuat dirinya lelah terus menerus ditekan pekerjaan tiada henti. Ia memanggil sekretarisnya via interkom. Wanita bernama Windy itu datang tergopoh-gopoh menghadapnya. "Ada yang bisa dibantu, Pak?" Andra melempar berkas-berkas yang berserakan di mejanya dengan kasar. "Suruh Gilang dan Fani revisi total laporan ini, saya gak mau tahu, sore ini harus selesai!" "Baik, Pak." Windy dengan cepat membawa berkas tersebut keluar dari ruangan Andra. Atasannya itu adalah seorang pria yang amat baik dan ramah. Namun ketika ia marah, siap-siap saja mulut pedasnya akan berhamburan pada siapapun. Andra memijit pelipisnya dengan pelan. Kepalanya berdentam-dentam menyakitkan. Sudah tiga hari pasca pesan yang dikirim oleh istrinya, ia sama sekali tidak bisa memicingkan mata dengan nyenyak. Satu atau dua jam ia tertidur karena kelelahan, kemudian terbangun kembali karena igauannya sendiri. Sudah hampir satu bulan tidak bertemu sang istri membuat rindunya menggebu-gebu. Namun saat ini, bukan rasa rindu yang membunuhnya, tapi ketakutan dan perasaan bersalah yang menghukumnya. Berbagai spekulasi muncul di kepala Andra. Entah Fara mendapatkan foto itu dari siapa, ia sama sekali tidak tahu. Lima tahun menikah tidak membuatnya tahu banyak tentang istrinya sendiri. Ia tidak mengenal banyak keluarga Fara kecuali Ibra yang merupakan ayah mertuanya. Kemudian Al, mereka baru bertemu saat Ibra meninggal. Ia dan Al tidak banyak bicara saat itu. Al tipe laki-laki pendiam yang lebih banyak menyendiri. Andra sendiri tidak punya banyak waktu untuk mengenal Al, dikarenakan sang ipar hanya berada tiga hari di Indonesia. Satu yang ia lihat, Al sangat menyayangi Fara, bahkan sangat posesif terhadap adiknya. Andra kalut hendak mencari Fara kemana. Ironis sekali karena ia hanya memiliki nomor ponsel Teh Narti, asisten rumah tangga Fara. Saat ia menghubungi perempuan tua tersebut, Teh Narti malah kebingungan karena menurut pengakuannya, pasca Ibra meninggal, Fara malah tidak pernah pulang ke rumahnya persis sepengetahuan Andra. Selain dari Teh Narti, Andra sama sekali blank. Ia tidak mengenal keluarga jauh dan teman-teman Fara. Selama ini, ia membiarkan dunia isterinya berpusat hanya tentang dirinya dan keluarganya. Siapa yang harus Fara kenal, siapa yang harus Fara hormati. Andra membawa Fara kedalam lingkungan keluarga besarnya, tetapi ia tidak pernah melebur ke dalam keluarga besar isterinya. Bodohnya, ia adalah seorang suami yang tidak mengenal orang-orang terdekat istrinya sendiri. Andra melirik pada ponsel pintar di atas mejanya yang berbunyi. Livia memanggil. Ia mengabaikannya sampai panggilan itu berhenti sendiri. Tidak lama kemudian, ponselnya kembali bernyanyi. Andra mengangkatnya dengan malas. "Ya?" “Mas, nanti pulang kerumah kan? Aku dan Mama masak yang spesial loh.” "Sepertinya aku lembur, Liv." “Mas gimana sih, masa udah tiga hari lembur melulu?” Andra mendesah. Pikirannya berkecamuk, ditambah lagi dengan Livia yang belakangan sering merajuk membuatnya lelah. "Aku lagi banyak kerjaan, Liv. Tolong, mengertilah!" Ucapnya lirih. “Aku gak mau tahu ya, Mas. Pokoknya malam ini aku nungguin Mas makan malam dirumah!” Livia memutuskan hubungan telepon secara tiba-tiba. Mengingat istri keduanya, Andra kembali di dera rasa bersalah. Semenjak Fara tidak ada kabar, seringkali ia mendapati Livia seperti menahan tangis. Ketika ia mendapati mata istrinya berkaca-kaca saat ia terbangun karena mengigau, pastilah Livia sangat sakit mendengar nama Fara dalam igauan suaminya. Andra hanya dapat memeluk Livia dan menggumam maaf beberapa kali. Benaknya berkecamuk. Sayang, kamu ada dimana?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN