Kali ini, Gerald membawa Kirana kembali ke Apartemen tempat mereka pertama kali bertemu dan tanpa sengaja bercinta.
Gerald sejak tadi hanya diam dan fokus menyetir mobil tanpa mengeluarkan suara sepatah kata pun. Ia pun tak melirik ke arah Kirana.
Mobil mewah itu sudah masuk ke dalam parkiran khusus dan berhenti tepat di depan lift yang khusus juga.
"Pak? Bukannya kita mau rapat?" tanya Kirana dengan ragu.
"Ya," jawab Gerald dengan suara datar dan terkesan dingin.
"Bukannya ini, Apartemen yang kemarin ya?" tanya Kirana sambi mengedarkan pandangannya dari dalam mobil.
"Bawel! Ayo turun!" ucap Gerald yang begitu ketus.
Itulah Gerald, direktur yang terkenal angkuh, sombong, arogan dan dingin. Sikapnya terkadang tak menentu. membuat banyak orang tak bisa memprediksi bagaimana mood sang direktur itu.
Gerald sudah turun dari mobil dan menutup pintu mobil itu lagi. Kirana terpaksa ikut turun denagn perasaan was -was. jantungnya sejak tadi berdegup keras. Ada rasa takut dan sungkan pada lelaki yang sering ia panggil dengan sebutan Pak Gerald itu.
"Ayo cepat masuk!" titah Geald pada Kirana.
Kirana segera berlari kecil dan masuk ke dalam lift yang berukuran kecil itu menuju kamar pribadi Gerald.
Ruangan kecil itu perlahan naik ke atas. Kirana terhimpit dengan tubuh Gerald yang tingi dan kekar. Kalau disejajarkan, tinggi Kirana hanya di bawah pundak Gerald. berbeda dengan tinggi Emilia istrinya yang hampir sama rata denagn Gerald.
TING!
Pintu lift itu sudah terbuka dan langsung berada di kamar apartemen kemarin. Kirana berjalan keluar lift. Gerald juga sudah keluar dari lift allu melepas jas hitamnya lalu melempar asal ke atas sofa. Ia melepas dasi dan beberapa kancing kemeja di bagian atas. Bagian lengannya juga digulung hingga ke bagian siku. Gerald berjalan ke arah mini bar miliknya dan mengambil satu botol wine yang paling ia sukai itu. Entah kenapa minuman itu selalu membuatnya tenang.
Kirana berjalan pelan menuju sofa tengah dan duduk manis disana. Ia mengambil jas hitam milik Gerald dan melipatnya rapi yang diletakkan diujung sofa lengkap beserta dasinya.
Gerald sudah meneguk dua gelas hingga habis. Kepalany mulai berat dan sensasi tu yang ia suka. Sedikit pusing, berbayang, dan samar lalu ia bisa tidur ulas tanpa ada yang mengganggu.
Gerald membawa gelas dan botol tu lalu berjalan ke arah sofa tengah. Ia menatap Kirana yang cantik dengan tatapan penuh damba.
"Eh ... Kamu lagi. Si cantik," ucap Gerald mulai meracau.
Kirana menggeser duduknya dan beusaha menjauhi Gerald.
"Ngapain geser -geser. Enak juga dempet -dempetan. Lebih asoy," ucap Gerald tertawa.
Gerald meletakkan gelas dan botol minuman itu di meja lalu memegang tangan Kirana.
"Bapak mau apa?!" tanya Kirana terbata.
"Mau kamulah! Apa yang disukai laki -laki selain bercinta. Aku baru kali ini menemukan perempuan yang bisa membuatku tegang. Itu hanya kamu, Kirana," ucap Gerald terus meracau.
Gerald menarik tanagn Kirana dengan keras hingga Kirana tertarik ke arah Gerald dan menubruk tubuh kekar itu.
Dengan cepat, Gerlad meroek pakaian Kirana. Kejadiannya sama seperti kemarin. Bedanya kali ini Kirana lebih paham akan situasinya.
Sebenarnaya Gerald masih sadar sedikit. Ia sengaja banyak minum karena ingin mencoba kembali pusaka miliknya bisa kembali menegang. Kalau memang berhasil, ia akan mencobanya bersama Emilia. Emilia harus memberikan keturunan untuk Gerald. Jika tidak? Maka semua kehidupan yang sudah enak ini akan diambil perlahan oleh Kakek Wijaya. Atau, jika Emilia tidak pernah mau hamil, terpaksa Gerald akan nekat membuat anak bersama Kirana.
Gerald menatap Kirana yang ketakutan. Sama seperti kejadian kemarin. Kirana tak bisa berontak. Apa ini pekerjaan sebagai asisten? Hars bisa melayani bosnya juga?
"Pak! Kalau Bapak mau kan, Bapak bisa melakukannya dengan istri Bapak," ucap Kirana terbata.
"Istriku? Emilia maksudmu?" ucap Gerald tertawa keras. Gerald kembali berdiri dan melepas celana bahannya lalu melempar ke ujung sofa. Gerald sudah siap menerkam Kirana.
Kedua tangan Gerald menarik lengan Kirana dan mencium gadis lugu itu dengan rakus. Pakaian Kirana yang telah sobek pun dilepas dari tubuh Kirana.
Kirana semakin hancur. Kenapa Gerald tega melakukan hal ini lagi pada dirinya.
Gerald semakin bernafsu melihat Kirana yang sudah tak berontak sama sekali. Bagi Kirana, percuma berontak kalau ujung -ujungnya hal ini terulang lagi dan lagi sampai ia bakal benar -benar hamil.
Tubuh Kirana sudah terkungkung di bawah kendali Gerald. Gerald begitu bangga melihat kepemilikkannay bisa menegang sempurna. Setiap ia oingin melakukannya dengan Kirana terasa sangat mudah sekali. Kenapa bersama Emilia tidak bisa seperti ini?
Padahal aku sama sekali tak mencintai Kirana. Kalau kagum, mungkin memang iya. Siapa yang tida tertarik dengan gadis polos dan lugu seperti Kirana. cantik, manis dan memiliki tubuh proposional serta sangat mulus sekali. Gerald terus berdecak kagum di dalam hatinya.
Reaksi minuman itu hanya untuk membantu Gerald agar lebih berani saja melakukan hal inipada Kirana.
Kirana menggigit bibir bawahnya dengan keras. Ia masih membayangkan betapa sakitnya pusaka besar itu masuk ke dalam lubangnya yang begitu sempit dan kecil. Tapi, dugaan Kirana salah. Pusaka besar dan panjang itu dengan mudah menelusup ke dalam tanpa ada rasa sakit sedikit pun. Kalau pun ada rasa sakit itu berasal dari ketengangan dan sisa nyeri perobekan kemarin.
Gerald terus mendorong pusakanya ke dalam hingga semua pusakanya berada di dalam lubang sempit itu. Rasanya sungguh nikmat dan sangat membuat Gerald ketagihan. Pusakanya seperti mendapat pelayaan spesial. Di dalam, rasanya seperti dipijat, diusap dan hangat. Benar -benar sesuatu yang tak bisa dilukiskan lagi dengan kata -kata.
"Argh ..." Untuk pertama kalinya gerald mendesah pelan karena merasakan nikmat.
Sedangkan Kirana? Pikiran gadis itu berkecamuk tak karuan. Boro -boro menikmati, memikirkan untuk bisa makan nanti malam saja belum ketemu solusinya.
Tubuh Gerald yang kekar terus bergerak maju mandur di atas Kirana. Sedikit tidaknya memang Kirana juga merasakan enak dan nikmat.
Tangan Kirana dipegang erat di atas kasur. Wajah Gerald tenggelam di area leher Kirana. Gadis itu bergerak ke kiri dan ke kanan karena kegelan. Bagian bawahnya terus dihantam pusaka besar yang tak mau berhent bergerak. Suara khas dari pertemuan kulit itu sangat enak didengar.
"Uh ... Ini enak banget, Kirana. Punya kamu benar -benar enak dan legit," puji Gerald pada Kirana. Wajah Gerald sudah basah karena keringat yang terus keluar dari pori -pori. idak ada kata lelah sebelum ia bisa menggapai kenikmatannya bersama Kirana.
"Argh ... Kirana! Aku mau keluar!" teriak Gerald engan suara keras.
Gerakan pinggulnya semakin dipelankan dan pusakanay semakin ditekan ke dalam untuk mendapatkan ujung hangat yang sempurna.
Keduanya terkulai lemas di atas kuasur. Gerald belum turun dari atas tubuh Kirana. Tubuh mungil itu masih kuat menyangga tubuh kekar milik Gerald.