28 Vlorin mendengarkan penuturan Jourell yang wajahnya terpampang di layar ponsel. Perempuan berambut cokelat manggut-manggut ketika Jourell menerangkan hasil pembicaraannya dengan Cornelia. "Ya, tidak apa-apa. Aku akan menunggu dia siap," tukas Vlorin, sesaat setelah Jourell menuntaskan ucapannya. "Aku rasa, dia memang tidak mau, Vlo,' balas Jourell. "No problem. Itu haknya. Kita tidak bisa memaksa." "Hu um." Jourell mengamati wajah cantik Vlorin yang terlihat alami. "Vlo, aku mendapatkan pekerjaan tambahan..Maksudku, selain yang ditawarkan Pak Timothy," ungkapnya untuk mengalihkan pembicaraan. "Tambahan?" "Ya. Dari Mas Tio dan teman-teman." "Pekerjaan apa?" "Pengelola proyek baru di New Plymouth." "Ehm, di New Zealand?" "Yups." Vlorin mengulaskan senyuman. "Aku sen