bc

Pewaris Rahasia Tuan Muda

book_age18+
111
IKUTI
1.8K
BACA
one-night stand
HE
confident
stepfather
blue collar
drama
bxg
bold
like
intro-logo
Uraian

PG The Series

Warning! Cerita ini mengandung kebucinan hakiki. Di bawah usia dewasa, harap menjauh!

Perjalanan bisnis yang dilakukan Jourell Cyrus ke Queensland, Australia, membuatnya berjumpa dengan Vlorin Pearce, asisten dari rekan bisnis sang CEO Cyrus Grup.

Pada malam terakhir berada di Brisbane, Ibu Kota Queensland, Jourell dan Vlorin melakukan hubungan cinta kilat satu malam.

Keesokan harinya, Vlorin terbangun dan telah ditinggalkan Jourell. Meskipun kecewa, tetapi Vlorin akhirnya melupakan rekan bisnis sang bos yang baru beberapa waktu dikenalnya.

Jourell kembali ke Indonesia dan melupakan Vlorin. Meskipun beberapa kali melakukan perjalanan dinas ke Australia, Jourell tidak pernah bertemu kembali dengan Vlorin.

Dua tahun berikutnya, Jourell baru tiba di bandara Sydney, ketika tanpa sengaja berjumpa dengan Vlorin yang sedang menggendong anak kecil.

Jourell mendatangi Vlorin dan terkejut melihat bocah laki-laki tersebut mirip dirinya saat kecil. Jourell meminta penjelasan tentang siapa Ayah biologis anak itu, tetapi Vlorin tutup mulut dan berhasil melarikan diri.

Jourell hendak mengejar Vlorin, tetapi dijegal para ajudan Nicholas Richardson, pria yang membantu Vlorin kabur.

Mampukah Jourell menemukan Vlorin?

Siapakah Ayah kandung anak tersebut?

chap-preview
Pratinjau gratis
Cinta Kilat Satu Malam
01 "Vlo, mau berdansa denganku?" tanya Jourell Cyrus sambil memandangi perempuan di kursi seberang meja. "Ehm, dansa?" Vlorin Pearce balas bertanya. "Ya." Jourell berdiri dan mengulurkan tangan kanannya. "Ayo!" ajaknya. Vlorin mengangguk. Dia meletakkan baugette bag hitamnya ke meja, lalu bangkit sambil menggapai tangan lelaki berkemeja abu-abu pas badan. Keduanya jalan bersisian hingga tiba di lantai dansa. Jourell memegangi lengan kanan Vlorin, sedangkan tangan kanannya menggenggam jemari perempuan bergaun hitam panjang. Jourell mengarahkan tubuh pasangannya mengikuti irama lagu yang dimainkan band pengiring. Dia nyaris tidak melepaskan pandangan dari Vlorin yang terlihat sangat menawan. Sepasang mata besar bermanik cokelat, dinaungi alis tebal melengkung hingga batas tulang dahi. Hidung mancung mencuat perempuan tersebut seolah-olah terpahat sempurna. Bibir penuhnya berlekuk dengan pas. Didukung bentuk wajah yang tepat dan ditutupi rambut cokelat ikal yang lebat, betul-betul menjadikan sosok Vlorin sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang indah. "Kamu, memesona," bisik Jourell. "Terima kasih atas pujiannya," sahut Vlorin. "Pantas saja, Russel tidak mengizinkanku mengajakmu berkencan." Vlorin mengulaskan senyuman. "Dia bos yang sangat protektif." "Kamu sangat mengenal kepribadiannya." "Dia, kakakku. Sekaligus pengawal." "Apa kalian tidak pernah saling jatuh cinta?" "Tidak. Dia bukan tipe kesukaanku, dan aku juga bukan seleranya." "Bagaimana denganku? Apakah aku termasuk kriteria pria pujaanmu?" Vlorin mengangkat alis. "Hmm, ya." "Aku tersanjung." Vlorin tidak menyahut. Dia hanya mengulum senyuman sambil mengalihkan pandangan ke kiri. Perempuan berleher jenjang menyadari bila dirinya tengah dipandangi Jourell, dan Vlorin tidak berani balas menatap pria yang masih mendekapnya. Perempuan berusia dua puluh lima tahun tersebut adalah asisten Russel Knight, CEO RK Grup yang berpusat di Kota Brisbane, Australia. Vlorin Pearce sudah beberapa kali berjumpa dengan Jourell Cyrus, direktur operasional Cyrus Grup yang berasal dari Indonesia. Jourell dan Tristan, kakaknya, merupakan bagian dari perusahaan gabungan yang disingkat PG. Perusahaan tersebut memiliki lima puluh anggota yang merupakan pengusaha muda dari berbagai bidang bisnis. Setiap bos PG mengelola tiga perusahaan cabang alias PC, yang tersebar di seluruh Indonesia. Jourell menggantikan posisi Tristan untuk menangani area Australia dan New Zealand, bersama keempat sahabatnya yang menetap di Sydney. Belasan menit berlalu, Jourell dan Vlorin telah kembali ke kursi masing-masing. Mereka berbincang mengenai beberapa tempat wisata di Brisbane dan sekitarnya, yang belum pernah dikunjungi Jourell. "Sayangnya aku belum bisa mendatangi tempat-tempat indah itu," tukas Jourell. "Kenapa?" tanya Vlorin. "Besok siang, aku harus terbang ke Sydney. Rapat terakhir dengan tim PG. Malamnya, aku langsung pulang ke Jakarta." "Next trip, aku akan menemanimu berwisata." Jourell menyunggingkan senyuman sambil mengangguk. "Ya. Walaupun aku belum tahu, kapan akan kembali ke sini." "Tidak apa-apa, aku akan menunggu." Dering ponsel Jourell menghentikan percakapan tersebut. Pria bermata sipit meraih telepon genggam dari saku celana jin hitamnya, lalu dia mengecek nama penelepon sebelum menjawab panggilan. Vlorin mengamati perubahan ekspresi pria bertubuh tinggi. Meskipun tidak memahami percakapan berbahasa Indonesia, tetapi Vlorin turut tersenyum ketika Jourell terkekeh. Kala pria berkulit putih terbahak, Vlorin menggigit bibir bawah sambil memindai sekitar. Dia sedikit malu karena dipandangi pengunjung restoran lainnya, yang mungkin terkejut mendengar tawa Jourell. "Maaf, aku tidak bisa menahan tawa tadi," ucap Jourell setelah memutus sambungan telepon. "Kita diperhatikan pengunjung lainnya," keluh Vlorin. "Ya, sekali lagi aku minta maaf. Sulit sekali untuk tidak tertawa jika berbincang dengan Alvaro." "Dia, siapa?" "Temanku di PG. Dia pemilik perusahaan jasa pengamanan. Anggotanya tersebar di Indonesia, Asia lainnya, beberapa negara Eropa, Amerika, Kanada, dan juga di sini serta New Zealand." "Berarti perusahaan besar." "Ya, di sini, Varo berafiliasi dengan Timothy Grup dan beberapa perusahaan rekanan." "Oh, i see. Aku pernah bertemu dengan Tuan Keven, dan pengawalnya ada yang berparas Asia." Jourell mengangguk membenarkan. "Mas Keven, Mas Bryan, Mas Hansel dan Pak Timothy, merupakan customer pertama pengguna jasa keamanan PBK di Australia dan New Zealand." "Mas dan Pak?" "Itu panggilan saja. Untuk menghormati yang usianya lebih tua." Vlorin manggut-manggut. "Sepertinya bahasa Indonesia sangat menarik untuk dipelajari." "Ya, cobalah belajar Saat aku berkunjung lagi, kamu sudah harus bisa." *** Malam sudah larut saat mobil sedan hitam yang dikemudikan Dedi, ajudan Jourell, tiba di area parkir gedung tinggi. Vlorin turun dari mobil setelah pintunya dibukakan Jourell. Keduanya sempat berbincang sesaat, kemudian Jourell merunduk untuk meminta Dedi menunggumya. Sebab sang bos hendak mengantarkan Vlorin ke unit apartemennya. Tidak berselang lama, pasangan tersebut telah berada di lift. Mereka tidak saling urun suara dan hanya diam sambil memandangi pintu besi. Setibanya di lantai tujuh belas, pintu lift terbuka dan keduanya jalan keluar. Vlorin membuka baugette bag hitamnya untuk mencari kartu khusus. Dia berhenti di depan pintu berangka 178 di sisi kanan lorong dan menempelkan kartu hingga pintu terbuka. Vlorin memasuki ruangan gelap sambil meraba dinding. Dia menekan tombol untuk menyalakan lampu, bertepatan dengan bunyi pintu yang menutup dan terkunci otomatis. "Toiletnya, di sana," ungkap Vlorin sambil menunjuk pintu di ujung kiri ruangan. Jourell bergegas memasuki ruangan kecil, sementara Vlorin berpindah ke dapur mini untuk membuat minuman bagi dirinya dan sang tamu. Sekian menit terlewati, Jourell dan Vlorin telah berada di sofa. Mereka menonton video saat rapat PG terakhir di ponsel Jourell. Pria tersebut sekali-sekali menghentikan pemutaran untuk menunjukkan beberapa sahabatnya. "Alvaro, wajahnya tidak terlalu Asia," cetus Vlorin sambil menunjuk pria yang dimaksud. "Ya, babahnya asli dari Spanyol," terang Jourell. "Babah?" "Itu panggilan untuk Daddy." Vlorin manggut-manggut. "Mereka juga sepertinya campuran," ungkapnya sembari mengarahkan telunjuk ke layar ponsel, di mana ada beberapa pria yang berfoto bersama Jourell. "Mereka seperempat luar negeri," papar Jourell. "Ujung kiri, Reinar. Ayahnya keturunan Islandia. Yang kedua, Prabu. Ibunya keturunan Australia, tapi sudah sejak lahir tinggal di Malang," sambungnya. "Lalu, yang ketiga, sudah pasti kenal. Mas Keven, ayahnya campuran Eropa. Sebelahnya, Mas Bryan. Ibunya campuran Filipina. Selanjutnya, Adelard. Kalau nggak salah ada keturunan Eropa juga, aku lupa tepatnya di mana." "Terakhir, Mas Benigno. Ayahnya separuh Kanada dan dia sekarang menetap di sana," pungkas Jourell. "Tapi, walaupun jauh, dia tetap jadi dokter favorit. Siapa pun yang butuh bantuan, akan chat dan Mas Ben yang nelepon dari Kanada," ungkap Jourell. "Bantuan apa?" tanya Vlorin. "Dokter online. Itu julukan kami buat dia." "Apakah dia benar-benar dokter?" "Ya, tepatnya dokter gigi. Tapi, sakit apa pun pasti teman-teman nanya ke dia." Vlorin mengulum senyuman. "Sepertinya teman-temanmu sangat baik." "Hu um. Kami sudah seperti saudara. Enggak ada satu orang itu rasanya berbeda." "Apakah yang di luar negeri sering pulang ke Indonesia?" "Tidak. Mereka akan muncul jika hari raya, ataupun ada anggota PG, atau PC binaan yang akan menikah." "PC?" "Cabang. Setiap anggota PG memiliki tiga perusahaan cabang. Termasuk beberapa perusahaan bentukan kami sendiri. Contohnya, SHEHHBY dan BPAGK. Mereka join dengan Timothy Grup saat pembangunan resor terbaru di New Zealand." "Aku seperti pernah mendengar dua nama itu, tapi, aku tidak ingat di mana." "Mungkin dari Russel. Dia salah satu partner PG di sini." Vlorin manggut-manggut. Dia berdiri dan jalan ke toilet. Sementara Jourell mematikan ponsel dan meletakkan benda itu ke meja. Pria berhidung bangir meraih gelasnya dan meneguk air hingga habis. Dua memandangi arloji di pergelangan tangan kiri, lalu meletakkan gelas ke meja dan menyambar ponselnya untuk dimasukkan ke saku celana. Ketika Vlorin muncul, Jourell berdiri. Keduanya saling menatap sesaat, sebelum Jourell menyambangi perempuan bermata besar yang berdiri di dekat meja pantry. "Aku akan kembali ke hotel," cakap Jourell. "Terima kasih telah menemaniku malam ini," ujarnya. "Ya, aku juga berterima kasih telah diundang makan malam," balas Vlorin. "Next trip, kamu yang mengundangku untuk bersantap." "Ya, kabari aku jika kamu akan datang." Jourell mengulurkan tangan kanan yang sempat dipandangi Vlorin sesaat, sebelum dia menjabatnya seraya tersenyum. Namun, senyumannya seketika menghilang kala Jourell maju sambil merunduk, lalu mencuri kecupan di bibir Vlorin. Perempuan berkulit kecokelatan khas orang campuran latin, spontan memejamkan mata. Vlorin membalas ciuman Jourell yang menariknya dalam dekapan hingga tubuh mereka menempel. Pertukaran saliva berlangsung cukup lama. Tangan mereka sama-sama mengusap rambut hingga punggung pasangan. Vlorin merasa tungkainya melemah seiring dengan meningkatnya intensitas cumbuan. Kendatipun bukan pemain amatir, tetap saja Vlorin merasakan tubuhnya melayang. Gumaman lolos dari bibirnya dan menyebabkan Jourell bertambah berani, untuk menjelajahi area dalam mulut Vlorin dengan lidahnya. Vlorin menjengit saat Jourell memutus keintiman dan mendorongnya hingga menabrak meja pantry. Perempuan berbibir penuh kian terkejut ketika Jourell mengangkatnya agar bisa duduk di meja. "Aku menginginkanmu," bisik Jourell sembari memandangi Vlorin dengan sepasang mata berkilat. Vlorin mengangguk samar. Dia membiarkan saat Jourell kembali merunduk untuk melanjutkan cumbuan. Satu per satu helaian kain penutup tubuh terlepas. Kemudian mereka berpindah ke kamar untuk melanjutkan pertempuran di ranjang.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook