“Hari ini istirahat saja di rumah. Kau tak mungkin ke kantor dengan muka seperti ini, kan?” Eyrin mengangguk, sambil membuka mulutnya ketika Edgar menyuapkan sesendok nasi terakhir ke mulutnya. Kemudian pria itu menyodorkan segelas jus jeruk dan terakhir sebutir obat yang Eyrin lihat dikeluarkan dari saku jas. “Ini akan meredakan rasa sakitmu.” “Terima kasih,” gumam Eyrin. Selain begitu mahir di atas ranjang -pipi Eyrin memerah-, romantis, dan begitu menenangkan pasangannya. Edgar ternyata juga sangat telaten merawat dirinya. Pria itu menyuapinya dengan penuh kesabaran, dan bahkan berpikir untuk membawakan obat untuknya. Yang lagi-lagi melelehkan hati Eyrin. Perhatian-perhatian ringan yang membuatnya lagi, lagi, dan lagi jatuh cinta pada Edgar. Edgar mengulurkan tangan untuk mengus