Arin seperti mimpi, ia benar-benar seperti mimpi. Ini pertama kalinya ia menerima pernyataan laki-laki. Arin tidak tahu kenapa ia bisa menerima laki-laki itu. Padahal ini merupakan hari ketiga pertemuaanya. Sungguh diluar kendalinya, Rafa seperti magnet tersendiri untuknya. Arin hanya diam, ketika Rafa memberinya handuk, dan disampirkan kepundaknya. "Kamu pasti kedinginan" ucap Rafa. Rafa tersenyum, begitu mudahnya ia mendapatkan hati Arin, Arin segelintir wanita yang mudah ia dapatkan. Ia tidak akan mencium wanita itu lagi. Rafa tahu, Arin mungkin masih syhock atas ciuman yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Rafa tersenyum, di tatapnya lagi wajah cantik itu. "Sebaiknya kita segera kembali, saya takut kamu kedinginan". "Iya" ucap Arin pelan. Arin mengikuti langkah Rafa, Rafa m