Arin akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Arin mengeratkan blezer hitamnya, ia sudah tiba dibandara tiga jam lebih awal dari keberangkatannya. Ia tidak ingin bertemu Rafa lagi, ia tidak ingin berhadapan dengan laki-laki itu lagi. Kepalanya hampir gila memikirkan bagaimana hidupnya setelah ini. Arin pagi-pagi sekali sudah tiba di airport. Ia tidak aman jika berada disini bersama Rafa. Arin kembali meneteskan air matanya. Air matanya, seolah tidak ingin berhenti. Arin mengusap air mata itu dengan punggung tangannya. Arin mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan, ia ingin secepatnya kembali ke Jakarta. Arin menatap para pengunjung berlalu lalang, ia mencoba menenangkan hati dan perasaanya. Arin hanya diam, sambil melirik jam digital di dinding. Sementara sepasang mata menat