Arin duduk disofa, jins hitam dan kaos navy menjadi pilihanya kali ini rambutnya ia biarkan tergerai. Rafa sudah pergi dari tadi, ia mengatakan bahwa, ia ada urusan kerja sebentar. Rafa memberi petuah, untuk menunggunya hingga ia pulang. Arin tahu, Rafa pekerja keras, terlihat cara ia berbicara, dan bertindak cepat. Ia tidak mungkin mengecewakan kliennya. Pantas saja ia bisa memenangkan kerja sama itu dan meraih kesuksesaan diusianya yang masih muda. Arin lalu berdiri, berjalan ke arah lemari, ia mengambil kotak handphone. Arin hampir lupa bahwa ia memiliki handphone. Biasa, jika ada handphone baru, ia selalu menjadi autis, tidak memperdulikan hal lainnya. Tapi kali ini tidak, Arin terlalu terpesona dengan Rafa, sehingga melupakan keberadaan handphone itu. Arin lalu menghidupkan tombol p