kehilangan jejak

1933 Kata
"Nomor yang Anda hubungi tidak terdaftar". Berulang kali Niswa mencoba menghubungi nomor itu, nomor yang dia ambil dari ponsel sang suami malam hari tadi. Namun, ternyata suara operator yang selalu dia dengar mungkin sang pemilik nomor merasa curiga dan menyadari jika yang berkirim pesan dengannya semalam bukanlah Ibram. Niswa jadi ingat, semalam sang suami turun dari kamar mereka lalu masuk ke ruang kerjanya setelah Niswa berpura-pura tidur, wanita itu menyusul diam-diam dan mengintip apa yang dilakukan sang suami tapi laki-laki itu hanya sibuk di depan laptopnya sambil sesekali memeriksa ponsel. Bisa jadi saat itu sang suami sibuk berkirim pesan dengan nomor yang terblokir itu, lalu seseorang misterius di sana mengatakan jika tadi mereka sudah saling berkirim pesan tapi Ibram tidak merasa melakukannya. Dan ternyata secepat itu sang seseorang misterius menghilangkan jejaknya. kalau seseorang misterius di sana sudah menghilangkan jejaknya pasti Ibram di sini juga pasti sudah tahu kalau Niswa yang melakukan semua itu, Ibram pasti sudah tahu kalau Niswa yang berkirim pesan dengan seseorang misterius di sana. Niswa jadi tidak sabar menunggu sang suami keluar dari kamar mandi, laki-laki itu langsung memasuki kamar mandi saat bangun tidur tadi karena Niswa sudah lebih dulu bangun dan membersihkan dirinya. saat ini wanita itu duduk di meja rias sambil berulang kali berusaha menelepon nomor itu tapi sepertinya dia sudah menghilangkan jejak dengan merusak kartu sim-nya. Wanita cantik itu langsung meletakkan ponselnya di atas meja rias lalu mengambil sebuah sisir untuk merapikan rambutnya saat melihat Ibram keluar dari kamar mandi, Niswa menatap sang suami dari pantulan cermin lelaki tampan itu berjalan hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya. Tidak ada sesuatu yang terasa berbeda Ibram mendekati sang istri sambil tersenyum manis lalu memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya, Niswa pun berusaha tersenyum manis dan bersikap biasa saja wanita itu sama sekali tidak ingin membuat keributan sebelum dia bisa membuktikan semua kecurigaannya. "Cantik banget sih istri aku, jangan terlalu cantik dong sayang Mas takut Nanti banyak cowok yang tergila-gila sama kamu," kata Ibram sambil menatap pantulan cermin yang menampakan wajah cantik sang istri yang tersenyum manis padanya, laki-laki itu menyandarkan dagunya di bahu sang istri dengan pelukan yang sama sekali tidak ia kendurkan. mendengar apa yang Ibram katakan, ingatan Niswa seolah kembali pada masa lalu, alasan dirinya yang selalu merasa cemburu ketika Niswa berdekatan dengan rekan-rekan artisnya lah yang membuat Ibram langsung ingin menikahi wanita itu dan memintanya untuk meninggalkan dunia keartisannya. rasa cinta Ibram yang begitu besar membuat laki-laki itu seolah tidak rela membagi diri Niswa dengan siapapun walau hanya sekedar senyuman. "Yang ngerasa aku secantik itu kan cuma Mas Ibram, karena cuma Mas Ibram yang menatap aku dengan cinta. iya kan?" tanya Niswa sambil menatap sang suami, Ibram sesaat terdiam saat menyadari kata 'iya kan' yang Niswa katakan terdengar penuh dengan penekanan tetapi juga terdengar seperti sebuah sindiran. "Iya sayang karena di dunia ini cuma Mas yang memiliki cinta yang tak terhingga untuk kamu," jawab Ibram setelah sesaat terdiam lalu tersenyum manis. Laki-laki yang memang memiliki wajah sangat rupawan itu mengecup bibir sang istri yang sedang tersenyum mendengar ucapannya, tapi Ibram kembali terdiam seolah kaget saat Niswa mendorong tubuhnya menjauh agar ciuman yang sedang Ia berikan terlepas. "Udah siang, aku belum bikin sarapan. kamu siap-siap terus bangunin Kama, ya, Aku mau bikin sarapan dulu!" ucap Niswa, wanita itu lalu mengecup pipi sang suami sebelum ia berdiri dari duduknya. "Oke, Sayang," jawab Ibram sambil menatap sang istri yang berjalan keluar dari kamar mereka setelah sebelumnya menyambar ponselnya yang sedari tadi tergeletak di meja rias. *** "Bye, Sayang, baik-baik di sekolah ya," ucap Niswa sambil melambaikan tangannya sebelum Sang putra memasuki pintu masuk sekolahnya, "nanti Bunda jemput setelah Bunda dari rumah tante Febi ya." "Oke Bunda salam buat tante Febi ya," jawab Kama dengan senyum ceria seperti biasanya. Niswa mengacungkan ibu jarinya lalu kembali melambaikan tangan hingga bocah itu memasuki pintu ganda yang terbuat dari kaca tebal pembatas antara ruang-ruang kelas dan lobby sekolah itu, tempat itu adalah batas para orang tua yang mengantar putra-putri mereka atau menjemputnya setelah jam sekolah usai siang hari nanti. Berjalan dengan hati yang masih dipenuhi dengan rasa penasaran Niswa kembali ke mobilnya lalu langsung menjalankannya ke apartemen Febi, sahabat sekaligus mantan manajernya, Febi adalah satu-satunya orang yang Niswa percaya dalam segala hal karena sedari dulu Niswa tidak pernah memiliki siapapun yang bisa ia percaya selain wanita itu. Hanya Febi lah orang yang dengan begitu tulus mendampingi Niswa dalam berbagai kondisi, baik susah maupun senang maka dari itu nilai seorang Febi dalam hidup Niswa lebih dari saudara yang sama sekali tidak pernah Niswa miliki. Wanita yang juga sudah pensiun dari pekerjaan lamanya itu tinggal di sebuah apartemen bersama sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, sudah lebih dari dua tahun mereka menikah tetapi belum juga dikaruniai seorang buah hati, itulah sebabnya Feby sekarang lebih memilih menjadi seorang freelancer agar lebih memiliki waktu untuk mengurus sang suami tetapi juga tidak terlalu menganggur. "Kama sekolah?" tanya Febi saat menyambut sang sahabat yang sudah memberitahunya jika ia akan berkunjung ke apartemen wanita itu. "Iya, baru aja aku antar ke sekolah ya," jawab Niswa, wanita itu langsung duduk di sofa ruang tamu tanpa sungkan karena memang ia pun sering berkunjung ke tempat itu sama seperti Febi yang sering berkunjung ke rumahnya. "Tadi katanya mau ngomongin hal penting, hal penting apa sih penasaran aku," kata Febi sambil mengambilkan minuman untuk Niswa dari dapur bersih yang ada di sisi lain ruang tamu tempat Niswa berada sekarang. "kayaknya Mas Ibram selingkuh deh," jawab Niswa tanpa basa-basi sontak Febi yang sedang menuang jus ke dalam gelas mendelik kaget. "Hah? kayaknya sulit dipercaya deh," sahut Febi, memang melihat Ibram yang terlalu mencintai Niswa membuat hal itu sulit dipercaya tetapi Febi juga tidak mungkin tidak mempercayai sang sahabat karena ia tahu betul bagaimana sifat Niswa, Niswa tidak mungkin mengatakan sesuatu atau mencurigai sesuatu tanpa sebuah bukti yang jelas. "Pengennya sih aku nggak percaya, kayak waktu pertama kali baca chat mesra yang masuk ke hp-nya Mas Ibram, tapi kali ini tuh rasanya benar-benar nyata. Nggak mungkin kalau cuma sekedar chat salah kirim," kata Niswa pada sang sahabat yang sudah berjalan mendekatinya dengan dua gelas jus di tangannya, Febi langsung duduk di sebelah Niswa sambil menaruh dua gelas itu di atas meja pandangan wanita itu langsung tertuju pada ponsel yang sedang Niswa tunjukkan padanya. "Ini sih emang beneran nggak mungkin chat salah kirim ya," kata Febi setelah membaca pesan dalam chat room yang sengaja Niswa potret dengan ponselnya sebelum wanita itu menghapus jejak chattingannya dengan nomor misterius itu. "kayaknya cewek itu udah bilang sama Mas Ibram, dan sadar kalau yang balesin pesannya ini bukan mas Ibram buktinya nomornya langsung nggak bisa dihubungi," kata Niswa dengan begitu santai. "Coba aku cek nomornya," kata Febi, Niswa langsung mengirimkan nomor misterius itu kepada sang sahabat, lalu membiarkan sang sahabat fokus terdiam mengutak-atik ponselnya. "Nggak ada apa-apa, nggak ada nomor lain yang nyimpan nomor ini. mungkin ini juga nomor khusus yang cuma dimiliki sama Mas Ibram," jawab Febi setelah beberapa kali mengecek nomor itu dengan beberapa aplikasi number tracking, Niswa menghembuskan nafas kasar dari bibir tipisnya. "Terus gimana caranya kita tahu itu nomor siapa?" tanya Niswa sambil menatap Febi. "Ya nggak ada caranya, minta tolong polisi pun nggak bisa, karena emang nomor itu nggak dipakai buat suatu kejahatan, dan lagi pula kalau nomor itu nggak didaftarin dengan identitas resmi juga tetap aja susah," jawab Febi, wanita itu lalu memeluk sang sahabat mengetahui jika walaupun terlihat begitu kuat pasti saat ini hati Niswa sedang begitu kacau. Hati wanita mana yang tidak hancur ketika mengetahui suami tercintanya diam-diam menjalin hubungan dengan orang lain. "Mas Ibram tuh ganteng, kerjaannya keren, orangnya asik, Jadi wajar aja kalau di luaran sana banyak cewek-cewek yang mau sama dia cuma yang bikin aku nggak habis pikir gimana mungkin masih Ibram yang bucin banget sama kamu bisa ngelakuin hal ini," kata Febi setelah melepas pelukan Niswa. "Kalau kamu mikir gitu, apalagi aku. Perasaan selama ini aku selalu berusaha menjadi istri yang sempurna buat dia, Aku jadi penasaran kayak apa sih cewek itu, dan apa kurangnya aku menurut mas Ibram sampai dia bisa berpaling ke perempuan," ucap Niswa dengan pandangan menerawang, wanita itu tersenyum manis lalu menatap wajah Febi. "Aku punya ide, tapi aku juga butuh orang yang bisa dipercaya. Aku pengen nyuruh seseorang buat ngikutin Mas Ibram dan mengawasi semua kegiatannya di luar rumah," kata Niswa, Febi tersenyum mendengar ide sahabatnya itu. "Aku tahu siapa orang yang tepat, ada sepupuku yang lagi nganggur dan lagi cari pekerjaan sekarang. kayaknya kita bisa minta tolong dia deh buat pekerjaan ini, nanti aku atur semuanya kamu tinggal tenang aja dan tunggu hasilnya," jawab Febi, Niswa langsung menghembuskan nafas panjang merasa tenang mendengar apa yang sahabatnya katakan. "Makasih ya, Sayang. Aku nggak tahu bagaimana jadinya aku tanpa kamu," kata Niswa sambil merentangkan kedua tangannya lalu kembali memeluk sang sahabat, Febi tersenyum manis sambil mengelus punggung Niswa. "Kamu tenang aja ya, kamu harus selalu ingat apapun yang terjadi dalam hidup kamu, kamu nggak akan pernah sendiri. ada aku yang siap menjadi apapun buat kamu," kata Febi, Niswa tersenyum bahagia mendengarnya. *** "Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif". Niswa kembali menghubungi nomor misterius itu Karena rasa penasarannya tetapi tetap saja suara operator yang terdengar. "Bunda lagi telepon siapa? telepon ayah ya?" tanya Kama yang baru saja bangun dari tidur siangnya, bocah itu mendekati sang ibu dengan rambut yang masih sedikit berantakan. "Bunda lagi telepon tante Febi, tapi nggak diangkat mungkin tante Febi lagi sibuk," jawab Niswa sedikit beralasan wanita itu merapikan rambut Sang putra dengan jari lentiknya lalu menarik bocah itu untuk duduk di pangkuannya. Tapi, baru saja sebentar Kama duduk di pangkuan sang ibu mereka berdua mendengar suara ketukan pada daun pintu rumah mereka. "Kama duduk dulu di sini Bunda mau buka pintu," kata Niswa pada Sang putra sambil mendudukkan bocah itu di sebelahnya, Kama yang belum kembali bersemangat setelah bangun tidur hanya menganggukkan kepala. Niswa bergegas membuka pintu lalu melihat seorang wanita cantik tersenyum manis sambil memegang sebuah piring kristal berpenutup. "Jihan, ayo masuk," kata Niswa dengan senyum ramahnya melihat sang tetangga baru datang berkunjung. "Tante Jihan, Kalila mana kok nggak ikut?" tanya Kama dengan begitu bersemangat sambil berlari kecil mendekati pintu. "Kalila nggak ikut kan masih panas di luar, dia lagi main sama sust Rini," jawab Jihan sambil menatap Kama yang terlihat merengut kecewa. "Mbak aku bikin brownies kacang almond, Sebenarnya aku malu mungkin kurang enak tapi aku pengen Mbak Niswa nyicipin," kata Jihan sambil memberikan piring yang sedang ia pegang pada Niswa. "Wah, ini pasti enak, terima kasih banyak ya. kamu juga pintar bikin kue ternyata," kata Niswa menerima pemberian tetangga barunya dengan senyum semringahnya. "Enggak pintar sih Mbak cuma bisa sedikit-sedikit, Ya udah kalau gitu aku pulang dulu ya, takut Kalila nyariin," pamit Jihan, Niswa tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya. "Bunda aku mau main sama Kalila, Aku ikut tante Jihan ya," pinta Kama sambil menatap sang ibu, Niswa langsung menatap Jihan meminta persetujuan wanita itu. "Ayo ikut Tante Jihan, nggak apa-apa, Kalila juga pasti senang bisa main sama Abang Kama," kata Jihan, Kama kembali menatap sang Ibu meminta ijin. "Ya udah nggak apa-apa, Kama boleh ikut Tante Jihan, tapi kalau Kalila nya mau istirahat Kama pulang ya," pesan Niswa sambil tersenyum manis pada Sang putra Kama langsung menganggukan kepalanya dan menggenggam tangan Jihan lalu mengikuti wanita itu pulang. Sesaat Niswa menatap Sang putra yang berjalan sambil berbincang dengan Jihan yang menggandeng tangannya lalu wanita itu kembali masuk dan menutup pintu rumahnya. Niswa membuka penutup piring yang masih dia pegang, lalu seketika aroma wangi dari brownies almond yang Jihan buat menguar ke indera penciumannya. "Hem ... wangi, kebetulan banget ini brownies kesukaannya Mas Ibram."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN