(B)ART 11 – Bersalaman

1097 Kata
Setelah Margaretha pergi, Syahla pun memilih untuk menonton TV yang menyala di hadapannya. Layar televisi itu sangatlah besar, ini kali pertama Syahla menonton televisi dengan layar yang tipis dan besar, gambar yang bersih, dan terlihat sangat puas saat menontonnya.   Saat dirinya tengah menonton acara sinetron yang berjudul Ikatan Batin yang tengah ditonton oleh majikannya, dia pun mendengar suara langkah kaki. Syahla pun menengok, dan dia pun langsung menangkap bayangan Marco yang baru saja menuruni tangga.   Syahla pun tersenyum lebar, “Halo, Mas Marco!” seru Syahla sambil melambaikan tangan.   Marco memutar bola mata dan terus melangkahkan kakinya menuju dapur. Syahla baru saja hendak berdiri dan menyusul Marco namun Margaretha pun datang dengan beberapa pakaian di tangan beliau dan juga sebuah mukena lengap dengan sajadahnya,   “Ini untuk kamu.” Kata Margaretha.   “Ya ampun, Ibune. Ini bener buat kulo?” tanya Syahla dengan wajah yang terlihat sangat senang.   Margaretha pun menganggukkan kepalanya.   Syahla pun seketika sadar kalau dia tidak bisa langsung menerimanya begitu saja, “Ah, ndak usahlah Ibune. Kulo ndak enak.” Kata Syahla.   “Ambil Ani.” Kata Margaretha.   Syahla menggelengkan kepalanya.   “Tidak boleh menolak rejeki.” Kata Margaretha.   Syahla pun akhirnya mau menerimanya, kali ini dia pun langsung menerimanya dengan senang hati. Dia mematut-matut beberapa baju tidur yang di matanya sangat bagus itu dan juga sebuah mukena.   “Maaf ya, itu baju saya dulu. Besok saya akan ajak kamu belanja baju ke mall.” Kata Margaretha.   “Wah, maaf ya, Ibune. Bukannya kulo menolak tapi kulo belum punya uang.” Kata Syahla dengan tampang polosnya.   “Nggakpapa. Biar saya yang bayar.” Kata Margaretha.   “Baik banget ibune. Ayo, ibune kulo udah dapet baju jadi kulo akan pijit ibune yang enak banget.” Kata Syahla.   “Ganti baju dulu sana.” Kata Margaretha.   Syahla nyengir lebar, lalu dia pun langsung berpamitan kepada Margaretha dan langsung berlari ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Lalu malam itu Syahla pun kembali berhasil mengambil hati Margaretha.   ***   Keesokkan harinya, Syahla sudah bangun pagi-pagi dan langsung pergi ke dapur untuk membantu bagian memasak bekerja, namuan Syahla di minta untuk menyapu dan mengepel lantai. Kemudian, Syahla pun menyapu lantai dengan hati gembira.   Saat dia tengah menyapu seseorang membuang potongan kertas ke sembarang arah. Syahla pun langsung mendongak dan mendapati Marco turun dari tangga dengan wajah masam.   “Selamat pagi, Mas Marco. Wah, Mas Marco ganteng sekali loh pakai seragam.” Kata Syahla.   Melihat Marco mengenakan seragam putih abu-abunya langsung membuat dirinya menginginkan memakai seragam tersebut juga. Namun, Syahla cukup sadar diri untuk itu.   Syahla mengikuti langkah Marco lalu mencegat Marco dengan berdiri di hadaan Marco sambil merentangkan kedua tangannya. Mencoba menghalangi Marco.   “Mas Marco, nyong minta maaf ya?” kata Syahla langsung menyodorkan tangannya kepada Marco.   Marco pun tanpa mau menggubris langsung berjalan ke ruang makan. Namun, bukan Syahla namanya kalau dia tidak tahu cara membuat dirinya mendapatkan apa yang dia mau.   “Mas Marco!” seru Syahla lagi.   Marco tidak mau menggubrisnya, akhirnya Syahla pun langsung berdiri di hadapan Marco. Syahla nyengir lebar, sedangkan wajah asam Marco tidak menggetarkan senyuman itu.   “Mas Marco, ada yang datang!” seru Syahla sambil menunjuk ke belakang Marco. Marco pun langsung menoleh dan pada saat itulah Syahla mengambil tangan Marco dan menempelkannya di pipinya.   “Makasih ya, Mas.” Kata Syahla.   “Lo!” seru Marco yang terkejut.   Pasalnya dia tidak percaya kalau dirinya tengah dikerjai oleh anak kecil macam Syahla. Syahla sudah berlari karena takut dimarahi oleh Marco. Kali ini Syahla memilih untuk menyapu halaman depan rumah sambil terkekeh.   Tak lama kemudian, saat dirinya tengah menyapu, dia pun melihat Ayahnya Marco dan Ibunya Marco keluar. Syahla tidak berani menghampiri kedua majikannya tersebut karena dirinya belum tahu orang seperti apa ayahnya Marco tersebut, terlebih wajah beliat terlihat garang di mata Syahla.   Setelah Ayah Marco masuk mobil, selanjutnya Syahla pun berjalan menghampiri Ibunya Marco, Margaretha.   “Selamat pagi, Ibune …” sapa Syahla.   “Loh, kok kamu di luar?” tanya Margaretha.   “Ini, lagi nyapu, Ibune.” Kata Syahla.   “Seharusnya kamu kerjakan yang di dalam rumah saja. Di luar ada petugasnya sendiri.” Kata Margaretha.   “Nggakpapa, Ibune, soale kotor.” Kata Syahla sambil terkekeh.   Tak lama kemudian, Marco pun datang dengan motor besarnya dan langsung berhenti di hadapan Ibunya.   “Marco berangkat dulu, Mah.” Kata Marco.   Syahla pun mengamati bagaimana Marco yang terlihat sangat keren di matanya, sebenarnya Marco adalah laki-laki pertama yang dia puji ketampananya sejak berada di Jakarta. Ternyata benar kata teman-teman Syahla bahwa laki-laki Jakarta lebih tampan ketimbang laki-laki yang ada di daerahnya.   Marco pun mencium tangan ibunya tanpa mau turun dari motor, seketika Syahla pun menyodorkan tangannya menunggu giliran.   Marco pun menampik tangn Syahla dengan kasar.   “Marco berangkat, Ma.” Kata Marco yang langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.   Margaretha sempat terkejut sebelumnya melihat tingkah Syahla namun saat dirinya menyadari kalao orang yang berbuat demikian adalah Syahla, ntah mengapa beliau bisa memakluminya begitu saja.   “Tangan kulo bersih loh, Ibune.” Kata Syahla sambil memperlihatkan telapak tangannya kepada Sang Majikan.   Margaretha hanya terkekeh dan mengangguk, “Iya, saya percaya.” Kata beliau.   Syahla pun merasa senang mendengar hal tersebut.   ***   Siangnya, Margaretha mengajak Syahla untuk membeli pakaian ke mall. Beliau sama skali tidak malu ketika jalan bersama Syahla. Menurut beliau, Syahla anak yang menyenangkan sehingga beliau tidak akan merasa keberatan berada di samping gadis tersebut.   “Nah, coba ini.” Kata Margaretha mengambil sebuah dres selutut lalu memberikannya kepada Syahla.   Syahla pun menatap dress tersebut dengan tatapan takjup. Lagi-lagi ini kali pertama dirinya melihat dress yang begitu bagus.   “Tapi, ibune …” seperti biasa Syahla mencoba menolak terlebih dahulu.   “Sudah, saya tidak mau dengar kamu menolak ya.” Kata Margaretha.   Syahla pun menganggukkan kepalanya. Lalu ia pun masuk ke dalam ruang ganti dan mengganti pakaiannya dengan dress tersebut. Setelah selesai berpakain, Syahlapun langsung keluar dari kamar coba. Seketika Margaretha tersenyum. Beliau sebenarnya tahu kalau Syahla sebenarnya adalah anak yang cantik, tidak kalah dengna teman-teman Marco.   “Oke. Kita ambil yang ini.” Kata Margaretha.   Syaha langsung melihat harga yang tertera dalam baju yang dikenakannya dan betapa terkejutnya dirinya melihat harga baju tersebut yang senilai dua juta rupiah. Lalu, Syahla pun langsung berjalan mendekati majikannya dan memberitahukan apa yang menurutnya perlu diberitahukan kepada majikannya.   “Ya ampun, Bu. Ini mahal sekali. Mending kita beli di pasar saja, biar murah.” Bisik Syahla.   Margaretha tertawa dan menggeleng, “Tidak tidak. Kita tetap beli di toko ini.” Kata Margaretha.   Syahla pun menurut dan berniat untuk masuk ke dalam ruangan ganti lagi.   “Jangan di ganti ya kamu pakai ini aja.” Kata Margaretha.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN