Bab11

615 Kata
"Kamu pikir aku bodoh?" Tanya Daniel sarkasme sebari memandang jihyo.  Mendengar alasan jihyo yang sudah sangat biasa membuat Daniel tak percaya pada omongan ibu satu anak itu. "Aku sudah bilang sebelumnya, aku ga butuh kepercayaan kamu." Ucap jihyo dengan tenang seraya memandang keluar jendela mobil.  Daniel menunduk menahan amarah, mengeratkan kedua tangan nya yang berada distir mobil. Menggertakkan rahangnya, setelah itu menatap perempuan yang berada disebelahnya. "Kamu mulai berani jihyo!" Desis Daniel kala itu.  Jihyo balik menatap mata sang pria. "Kamu aneh Daniel, kemarin kamu begitu baik padaku.. dan sekarang kamu bahkan berubah sikap lagi seperti dulu." Ucap jihyo memberanikan diri.  "Karena itu kamu sekarang berani melawan, harus nya dari dulu ku gertak saja!" Bentak Daniel pada jihyo. Tidak bisa terbendung lagi airmata jihyo, menetes deras seakan hanya dirinya yang tengah berada didalam mobil. Tanpa rasa malu, jihyo menangis bahkan meraung sedih karena hidupnya yang tak pernah sebagian orang lain.  Daniel menghentikan mobilnya, menarik tekuk jihyo dan mencium paksa bibir perempuan itu. "Diam, mungkin ini akan jadi yang terakhir." Bisik Daniel setelah itu mencium wanita itu kembali. Mendengar perkataan Daniel yang semakin menyayat hatinya, jihyo dengan keras menolak dan mendorong tubuh Daniel hingga menabarak jendela mobil yang dibelakanginya. "Aku benar-benar lelah Daniel. Kalau kamu memang mau aku pergi dari hidupmu, sungguh aku berjanji akan lari tanpa melihat kebelakang lagi." Ucap jihyo segugukan karena masih dengan tangisnya. Daniel membanting setir setelah itu memegangi kepalanya, menahan rasa sakit yang jelas dirasakan oleh nya ketika melihat perempuan dihadapan nya menangis karena dirinya. "Sudah ku mohon hentikan, jangan menangis!" Pinta Daniel tapi lebih seperti sebuah bentakan.  "Turunkan aku, aku bisa pulang sendiri." Pinta jihyo yang sengaja tidak Daniel dengarkan karena tak mau itu terjadi. "Daniel kumohon turunkan aku!" Kali ini jihyo memberanikan diri untuk membentak Daniel. Daniel pun menghentikan mobilnya tanpa membuka kunci otomatis nya dengan wajah kesal. "Izinkan aku bertanya satu hal padamu." Ucap Daniel. Jihyo diam tak menjawab sebagai jawaban. "Apa kamu masih mencintaiku? Ralat..  apa kamu pernah mencintaiku, Jihyo?" Tanya Daniel menatap lurus kedepan jalanan. Setelah beberapa detik tak terdengar sebuah jawaban, jihyo membuka suaranya. "Tidak tahu." Jawab jihyo kala itu, jelas jihyo sedang membohongi dirinya. Karena jawaban yang sesungguhnya ialah, Jihyo begitu cinta mati pada Daniel. *** Didalam rumah, Daniel dipanggil menuju kediaman sang papa yang berada di pintu timur. Sebab itu ia segera kesana tanpa curiga dan bertanya-tanya ada apa gerangan saat ini. "Duduk." Perintah sang papa. Daniel menatap heran sang papa yang wajahnya berubah semakin serius. "Ada apa?" Tanya Daniel curiga.  "Menikahkan dengan Sana bulan depan." Ucap sang papa tanpa basa-basi.  Daniel tak menjawab pertanyaan sang papa, tanpa protes atau pun menyetujui Daniel keluar dari kamar papa nya dengan tatapan yang tidak bisa terbaca.  *** Malam harinya, Daniel sengaja membaca beberapa komik baru yang sering sekali ia baca saat sedang suntuk sebelum tidur. "Sudah lama aku tidak baca komik lagi." Gumam Daniel sendirian. Tok tok tok "Masuk." Jawab Daniel  "Mau kasih s**u den." Kata bi jieun. "Letakan dimeja saja, nanti Daniel minum." Balas Daniel seperti biasanya.  "Baik den." Setelah mengucapkan kalimat itu bi jieun kembali ke dapur untuk beberes, meninggalkan pria yang tengah berada dikamar nya menangis seorang diri. Daniel. Entah mengapa air mata pria itu turun begitu saja ketika mengingat lagi bahwa  kehidupan nya selalu berada dititik yang serba salah. Mencintai jihyo menurut Daniel adalah sebuah kesalahan besar!  Mencintai seorang yang tidak bisa membalas cintanya adalah suatu perasan yang begitu menyayat! Menyakitkan! Bagi Daniel.  "Seharusnya aku tahu cinta hanya untuk orang-orang bodoh!" Kesal Daniel. Daniel menatap sedih cincin yang tadi pagi ia beli ditangannya. Lalu, ditutup kembali kotak cincin berserta isi didalam nya yang seharga ratusan juta untuk melamar sang wanita pujaan hati, kini niatnya lenyap ketika mendengar sendiri wanita yang ia cintai, tidak pernah mencintanya.  Daniel menelepon sang papa, malas juga jika harus berjalan kembali menuju ruangan nya. "Ada apa?" Tanya sang papa menjawab telpon sang anak. "Baiklah, Daniel setuju untuk menikahi Sana." Ucap Daniel tanpa basa-basi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN