Bab10

600 Kata
Daniel sangat mengantuk ketika hendak membuka matanya pagi ini, sudah dua hari jihyo tak kunjung datang kekantor karena itu pula ia malas pergi bekerja.  Suara pintu kamar Daniel terbuka, dan menampilkan sesosok perempuan cantik tetapi tetap, tak bisa mengalahkan sesosok wanita yang masih terselip indah di hati dan pastinya lebih menggairahkan menurut Daniel. "Ada apa sampai repot-repot kemari?" Tanya Daniel pada Sana. "Merindukanmu, lebih tepatnya ingin melihat wajahmu." Ujar Sana dengan senyum hangat yang menghiasi bibirnya. Daniel tidak menjawab, hanya membalas dengan senyuman yang tak kalah lebar. "Kenapa belum berangkat kerja?" Tanya Sana khawatir, sedangkan Daniel hanya menatap Sana dalam. "Ada apa?" Tanya Sana lagi ketika melihat ekspresi wajah Daniel yang berbeda dari biasanya. "Hubungan kita. Apa karena kamu mencintaiku? Atau hanya sekedar untuk memuaskan permintaan kedua orang kita?" Tanya Daniel. Bukan nya menjawab, Sana malah menghampiri Daniel. Mendekatkan wajahnya pada pria tampan itu, mengecup pipi daniel sekilas. Dengan manja Sana memeluk tubuh Daniel mesra, lalu mencium bibir daniel layaknya anak kecil. Karena tidak adanya penolakan dari Daniel, Sana pun tidak berniat untuk menghentikan ciumannya, malahan semakin intim melakukannya. "Kenapa tidak balas mencium?" Tanya Sana. Daniel membuang muka, alih-alih menjawab. "Aku akan kekantor, kamu mau ikut apa kuantar pulang saja?" Tanya Daniel pada Sana. Sana menggeleng. "Aku bisa pulang sendiri, kebetulan lagi bawa mobil sendiri." Jawab sana sekenanya. "Maaf gak bisa temani kamu pagi ini, nanti malam aku jemput kamu untuk makan malam bersama. Bagaimana?" Tawar Daniel. Sana nampak berfikir, setelah itu mengiyakan juga ajakan pria tampan dihadapan nya. "Boleh." "Aku pulang dulu, jangan lupa masuk kantor ya, gak boleh bolos." Ucap sana mengingatkan calon suaminya. Daniel mengelus lembut pipi wanita dihadapan nya, sebelum pergi. "Hati-hati dijalan." Ujar Daniel pada Sana setelah itu mengecup kecil pipi wanita itu. ➰➰➰ Pagi ini Daniel tidak berencana untuk segera pergi ke kantor melainkan pergi ke toko mainan, untuk menuntaskan janji pada anaknya. Untuk Chenle yang akan ia kunjungi pagi ini.  "Beli yang itu, juga itu!" Tunjuk Daniel tanpa ada rasa keberatan. "Ada lagi pak?" Tanya salah satu pegawai toko mainan yang sedang khusus melayani Daniel. "Apa tidak ada koleksi mainan yang terbaru?" Tanya Daniel yang masih kurang puas membelikan hampir lima belas mainan untuk anaknya.  Ia merasa sangat bersalah ketika tahu kalau jihyo pernah melahirkan bahkan memilih untuk tidak menggugurkan anaknya.  Tapi wanita yang masih ia cintai sampai saat ini sudah tidak lagi menginginkannya, padahal Daniel tahu betapa wanita itu dulu sangat mencintainya terlihat dari dia yang merelakan seluruh apa yang ia punya diberikan nya untuk Daniel. Apa jihyo hanya gengsi untuk mengakui kalau dirinya masih mencintai Daniel? Uh, Daniel mau gila rasanya. Ada niatan dalam dirinya untuk mencoba memperkosa jihyo sampai wanita itu melahirkan anak kedua dari nya. Dengan begitu jihyo tidak akan bisa pergi kemana-mana.  "Pak." Panggil pegawai itu yang sukses menyadarkan  Daniel dari lamunannya. "Saya beli mobil yang itu juga, langsung bungkus saja. Saya buru-buru." Ujar Daniel yang dibalas anggukan oleh sang pegawai. Di tengah jalan, Daniel melihat chenle yang baru saja dijemput oleh seorang yang Daniel sangat kenali dengan pasti.  Apa benar itu Zico? Kenapa dia disana? Bersama anak ku? Pikir Daniel. "b******k, sampai berani macam-macam lagi. Kuhabisi dia!" Umpat Daniel sebari memutar setir dan berbalik arah untukmenemui anaknya.  Daniel keluar dari mobil dan menghampiri anaknya, "Papa!" Panggil chenle pada Daniel.  "Hai sayang, papa bawa mainan untuk kamu. Dimana mama?" Tanya Daniel sebari menusuk tajam mata milik Zico dengan matanya. Saat ini chenle berpindah kedalam gendongan Daniel. "Zico!" Panggil seorang wanita yang dapat Daniel tebak adalah suara wanitanya, Jihyo. Jihyo sedikit tersentak ketika melihat Daniel yang tiba-tiba berada didepan sekolah chenle, apalagi posisi chenle yang berada tepat di gendongan Daniel.  Daniel berganti memandang jihyo tajam, sebari mengarahkan matanya ke mobil. "Ikut aku dan jelaskan semua ini." Ucap Daniel mengintimidasi. "Tanpa kamu b******n!"Ucap Daniel lagi pada Zico kali ini, tanpa mau mengucap nama pria itu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN