3.Work

3599 Kata
setelah makan siang yang telat banget bersama keluarga kecil Gladis,sekarang aku di ajak berkeliling oleh Radit suami Gladis.Gladis dan 3 anaknya berkumpul di gedung lain yang berada di area belakang gedung utama.Tempatnya seperti aula besar dengan bagian depan seperti galeri seni yang menampilan kasil kreasi para emak emak juga anak anak yang sekarang pun sedang berkreasi dengan bekas bungkus kopi yang di buat tas,eceng gondok yang jadi tas dan barang barang kecil dan di cat warna warni.Ada kreasi dari limbah kardus bekas dan botol botol air mineral kemasan. Aku berdecak kagum.Gladis sudah berbaur dengan ibu ibu dan anak anak lain bersama anak anaknya.Khusus Putri dia pangku dan di beri mainan kertas yang Putri lipat atau sobek.Radit juga sempat duduk bersila sebentar menemani dua anak lelakinya yang sedang berkreasi dengan eceng gondong di pandu anak anak berpakaian lusuh tapi sedikit pun mereka tidak merasa canggung untuk berbaur. Aku hanya berdiri mengawasi.AKu rasa semua hasil didikan om Pras yang aku kenal sangat low profile walaupun kaya raya.Setelah puas mengawasi Gladis,aku menyibukan diri menatap pajangan hasil pekerjaan mereka.Beneran bagus dan benilai jual. "Ayo Kal,aku temenin kamu berkeliling atau masih mau di sini?"tegur Radit. Aku tersenyum lalu menaruh tas yang tadi aku pegang. "Gladis ga apa di tinggal sama anak anak elo?'tanyaku. Radit tersenyum lalu beralih menatap anak dan istrinya. "Gladis sudah terbiasa di sini"jawabnya sambil mempersilahkan aku jalan. Aku menurut keluar gedung atau lebih cocok di sebut rumah sih karena tanpa lantai. "Ga cemburu jalan sama gue?"godaku. Radit tertawa. "Salah satu syarat mencintai dengan tulus itu saling percaya Kal,Gladis percaya kalo aku bakal setia pada komitmen pernikahan walaupun aku di luar sendiri.Aku juga percaya Gladis begitu juga.Lagian kamu kan kerabat kami,untuk apa cemburu.Dan buat informasi kamu.aku ini bapak bapak anak 3,aku jauh dari kata ganteng,kecuali istriku yang bilang aku ganteng trus dan ga pernah bosan buat bilang itu.Padahal aku tau itu separuh bohong"kata Radit jenaka. Aku tertawa sambil menjajari langkahnya berjalan di jalan setapak bebantuan untuk menghubungan antar bangunan. "Bisa ga elo gue aja?"tanyaku merasa ga enak karena dia sopan banget. Radit tertawa. "Bolehkah???,gue pikir elo yang kerja dan sering ketemu orang penting lebih suka berbahasa sopan"kata Radit. AKu tertawa. "Aslinya gue santai orangnya Dit,tuh enakan elo gue di dengarnya.Gue bukan klein perusahan elo kan?"jawabku. Radit mengangguk.Lalu mempersilahkan aku masuk ke bangunan seperti rumah lagi. "Ini......."desisku "Ruang makan dan kamar untuk anak anak yang tak punya tempat tinggal kalo mereka mau menginap"jelas Radit. Aku menyapu seluruh ruangan yang seperti kantin sekolah tapi lebih luas lagi karena banyak sekali bangku dan meja panjang yang ada di ruangan ini.Persis seperti kantin kantin yang ada di fillm film remaja netflik.Aku mengekor Radit dan meniru Radit yang menjawab sapaan beberapa pekerja dan anak anak yang tampak sedang makan. "kenalkan Kalila,ini ibu Meny kepala ruang makan dan ruang tidur yayasan"kata Radit memperkenalkan wanita berwajah ramah walaupun sudah tidak muda lagi. Bu Meny memakai Apron dan topi seperti Koki,tingginya sebahuku dan dia lumayan gendut.Mukanya ramah sekali . "Saya Meny bu.Ini ganti Non Gladis ya Den Radit?"tanyanya sambil menjabat tanganku. Radit mengangguk. "Iya bu,jangan galak galak ya bu!,Kalila baik juga kok"goda Radit. Bu Meny dan aku tertawa sambil melepaskan jabatan tangan kami. "Ibu yang masak makanan di sini?"tanyaku. Ibu Meny tersenyum. "Nda bu,ada tukang masak di bantu 5 orang lain di bagian dapur.Saya hanya mengawasi dan mengatur supaya anak anak yng biasa makan di sini ga berebut dan cukup dapat makan.Tunggu bu.."pamitnya lalu beralih ke dua anak umuran 10 tahun yang sedang berebut makanan. Aku dan Radit tertawa saat bu Meny ngomel tapi mengambillkan lagi ayam goreng yang jadi rebutan lalu kembali pada kami. "Maaf....kalo masalah perut,setiap orang pasti rela berantem,kasihan sekali anak anak seumuran mereka yang masih masa pertumbuhan"komen bu Meny begitu bergabung lagi. Aku tersenyum lalu mengusap bahunya. "Ibu sabar sekali"komenku. Dia tertawa pelan. "Saya kalo lagi ga sabar ya ngomel bu....tapi karena saya kasihan jadi suka ga lama ngomelnya"jawabnya lalu tertawa. "Jam makannya ada jadwal ga sih?"tanyaku. Bu Meny menggeleng. "Kapan pun bu selama masih ada yang di makan.Anak kecil bakal sebanyak apa sih makannya?,itu kata den Nino ,jadi saya dan anak anak suka aja masak banyak karena sampai jam 8 malam masih suka ada anak anak datang ke sini untuk minta makan sambil ngitung duit hasil ngamen"jelasnya. AKu mengangguk. "Masih mau ngobrol apa mau lihat kamar Kal?"jeda Radit. "Lihat kamar deh,sama bu Meny bisa besok lagi ngobrolnya"jawabku. Bu Meny tertawa. "Iya ibu tur aja dulu,saya juga mesti urus bocah bocah dulu,besok pagi bu Gladis udah nyuruh semua kepala ruangan ketemu ibu buat rapat soal rutinitas di sini bu"jelas Bu Meny Aku mengangguk lalu pamit keluar ruang makan dan menuju dapur di bagian belakang counter makanan.Aku menghembuskan nafas kasar. "Kenapa Kal?"tanya Radit. "Ini kaya dapur perusahaan Katering Dit.Gokil ga sih mertua elo mau kasih duit banyak banget buat urus ini semua?"komenku sambil memijat kening. Radit tertawa.Aku hanya menggeleng takjub.Bukan apa,beneran kaya dapur perusahaan catering besar.Ada kulkas kulkas besar untuk menaruh bahan makanan,berkarung karung beras,belum para tukang masak yang kelihatan sibuk tapi tetap bercanda gurau menjawab sapaan Radit dan menanyakan siapa aku.Beneran deh aku bakalan betah ada di sini.Suasananya hangat dan menyenangkan. Kalo Radit mendekat dan ngobrol dengan kepala tukang masak,aku mendekat pada tiga orang remaja yang sedang memotong sayuran.Dan dari hasil wawancaraku,mereka juga anak anak tuna wisma yang akhirnya kerja di yayasan membantu di mana saja yang membutuhkan tenaga mereka.Tiga gadis remaja itu juga bilang kalo mereka sekolah tapi malam hari.Aku rasa sekolah Kejar paket. Setelah puas melihat area dapur,aku menarik Radit keluar dapur.Radit membawaku ke lorong sisi counter dan berakhir di lorong yang lebih luas dengan kamar kamar berjejer seperti kamar kos kosan.Tapi jangan pikir tata ruang yang artistik.Lebih mirip koridor hotel di banding asrama.Dan aku lebih tercengang saat melihat isi ruangan kamar.Kamar itu terdiri dari beberapa ranjang kecil dan berderet juga lengkap dengan satu meja belajar dan lemari pakaian sebagai jeda antar renjang yang satu dengan yang lain persis kamar asrama atau pesantren dan bertema.Aku buka ke enam kamar itu jadi tau kalo beda beda,ada tema princess,pesawat luar angkasa,toy story,Frozen,hello Kitty dan Elmo.Gimana anak anak ga betah "Anak anak pada berebut dong ya Dit tidur sini?"tanyaku karena ada beberapa kamar yang di tiduri bocah Radit tertawa. "Yap makanya sekrang di batasi yang sakit dan kecapean aja,kalo yang cuma numpang tidur biasanya pada lari ke mussola"jelas Radit. Aku tertawa sambil mengekor Radit yang duduk di bangku di depan kamar yang aku masuki. "Bukannya sekrang banyak pengemis anak anak dan pengamen yang di bos in ya Dit?"tanyaku. Radit mengangguk. "Yang pada kesini itu yang jalan sendiri Kal,kalo ada bos mana mungkin mereka leluasa bergerak pasti di awasi.Makanya kasihan sih tapi bisa apa,kita cuma segini mampunya.Dulu pernah ada yang terpaksa masuk sini,bosnya ngamuk di depan karena jemput paksa tuh bocah,mana lagi sakit.Gladis sampe nagmuk ngamuk dan minta bokap elo cari tuh kepala pengemis buat nebus tuh bocah perempuan"jelas Radit. "Trus pas di tebus?"tanyaku. "Tadi kan elo ajak ngobrol di dapur"jawab Radit. Aku mengangguk. "Jadi yang kesini anak jalanan yang sebenarnya punya rumah?"tanyaku. Radit mengangguk. "Yap....tapi miskin jadi mereka putus sekolah trus milih jadi pengamen atau pengemis.Bisa juga gelandangan yang pada tidur di pembuangan sampah.Kita terima semua"kata Radit. "Ga takut bahaya?"tanyaku. Radit menghela nafas. "Pasrah kalo soal itu Kal.Tapi alhamdulilahnya semua orang yang ke sini saling jaga,karena mereka merasakan benar keuntungan adanya rumah singgah ini Kal,jadi sebelum terjadi apa apa,bocah bocah itu udah mengadu sama satpam di depan siapa aja yang mereka ajak masuk.Jadi resikonya bisa di perkecil.Lagian almarhum eyang ti bilang,pekerjaan dan melakukan kebaikan apa pun pasti ada resiko,masa iya niat baik ga akan di jaga Allah Kal.Allah pasti jaga kita semua"kata Radit. Aku memgangguk mengiyakan. Tak lama Radit mengajak aku bangkit ke lorong lain yang ternyata kamar para pekerja yang menginap setelah itu mengajakku keluar lagi.Aku baru menyadari kalo ada lapangan bola dan taman kecil di yayasan ini.Juga ada tempat seperti teater terbuka yang Radit bilang untuk mengadakan pertunjukan kalo yayasan ulang tahun dan semua Nino yang ranjang.Keren banget Nino tuh,rancangan bangunannya membuat orang betah berlama lama walaupun cuma duduk di rumput yang emang rimbun dan ramah lingkungan.Ada keran dan tong sampah di beberapa sudut ruang terbuka ini.Di bagian taman juga ada mainan anak anak seperti ayunan dan perosotan.Kalo kalian pernah lihat RPTRA ya kurang lebih seperti itu.Benar benar untuk anak anak.Termasuk perpustakaan di pojok taman yang di jaga seorang remaja dan kelihtan sedang mendongeng di depan beberapa anak kecil seumuran anak kembar Nino. Dan sampailah aku di bangunan rumah di ujung area komplek yayasan.Dan kali ini aku tercenung melihat beberapa bayi dan anak balita yang diurus pekerja berpakaian baby sitter. "Selamat sore pak Radit......"sapa ibu ibu setengah baya yang senyumnya juga ramah. "Sore bu Asih........kenalkan ini Kalila....orang yang akan gantiin Gladis di sini"jelas Radit. Bu Asih tersenyum lalu menjabat tanganku. "Selamat datang bu Lila apa Kalila?"tanyanya. "Lila juga boleh bu"kataku. Dia mengangguk lalu melepaskan jabatan tangannya. "Bayi bayi ini......belum ada yang adopsi bu?"tanyaku ga sabar. "Banyak yang minat bu....tapi kan ga bisa sembarangan kasih.Ada dinas sosial yang urus ini bu....kecuali yang sudah umur 2 sama 3 tahun itu"kata Bu Asih. "Kenapa bu??"tanyaku. "Karena orang tua adopsi takut mereka mengenali kalo mereka bukan orang tua kandung kalo sudah umuran segitu Kal"Radit menjawab. Aku terdiam. "kalo masih bayi kan bakal kenalnya orang tua adopsi sebagai orang tua kandung mereka bu"lanjut bu Asih. Aku mengangguk,benar juga sih. "Yang balita itu dari bayi di sini bu?"tanyaku. Bu Asih tersenyum. "Iya bu....karena punya penyakit jadi ga ada yang mau adopsi,sedangkan satu lagi masih ada ibunya yang datang seminggu sekali"jelas bu Asih. "Ibunya ...."desisku. "Ga semua wanita beruntung bu....tapi ga semua tega membuang anak.Ibu anak itu bekerja di komplek pelacuran,dan dia datang nangis nangis ke saya supaya saya mau mengasuh anaknya supaya jadi anak soleh.Kami terima karena merasa kasihan kalo anak sekecil itu tumbuh di lingkungan tidak kondusif.Jadilah si ibu datang seminggu sekali saat libur kerja di diskotik"jalsa bu Asih. "Kenapa ga berhenti kerja bu?"tanyaku sambil duduk di bangku yang di persilahakan bu Asih "Maunya bu berhenti,tapi nanti kalo kontak kerja dengan germonya selesai dan uang yang dia titipkan sama Non Gladis sudah banyak bu"jelas bu Asih. Aku mengangguk. "Itu anaknya bu?"tanyaku sambil mengawasi Radit yang mnegambil alih balita dari tangan suster. "Itu Rahman bu?anak itu di antar polisi dari puskemas dekat sini saat di temukan di pembuangan sampah dalam kondisi kaki yang sudah di gigit Anjing.Itu anak yang saya bilang sakit bu....dia tidak punya kaki karena telepak kakinya harus di amputasi gara gara tetatus karena gigitan anjing di pembuangan sampah"jelas bu Asih. "Astagfirullah....."desisku menutup mulutku. Bu Asih juga menyusut bagian sudut matanya. "Dulu Non Gladis mau adopsi tapi Neng Rara ga kasih karena dia yang mau adopsi.Tapi Siapa yang tau umur bu,neng Rara sakit saat proses adopsi Rahman.Dan neng Rara meninggal tanpa pernah bisa mengadopsi Rahman.Tempat ini juga ada karena neng Rara,dia yang minta den Saga buat bikin ini sama den Nino karena merasa kasihan pada anak anak yatim piatu.Setelah neng Rara ga ada malah Rahman kaya ga mau pisah sama tempat ini.Dia nangis sewaktu di bawa Non Gladis pulang,sampai non Gladis nyerah dan kembalika Rahman ke sini.Di sini Rahman anteng Bu,lihat tuh padahal den Radit sayang banget"jelas bu Asih. Aku jadi mengawasi Radit yang kelihatan mengobrol dengan Rahman yang sedang dia pangku dan Rahmat terlihat tertawa. "Rahman merasa ini rumahnya,dan kami semua sayang padanya walaupun dia cacat.Ibu juga minta sama den Nino kalo Rahman biar di sini terus,ibu juga ga bisa pisah sama Rahman.Tidur aja sama ibu"lanjut bu Asih. Aku mengusap punggung bu Asih karena dia mulai menangis lagi. "Itu yang buat Gladis nangis ya bu?"tanyaku. Bu Asih tertawa sambil mengusap airmatanya. "Non Gladis sih nangis trus kalo ke sini.Ingat neng Rara juga kalo lihat Rahman"jelas bu Asih. Aku percaya.Aku juga nangis saat aku menyusul Radit. "Elo sama aja sama bini gue Kal,bisanya nangis trus"keluh Radit. Aku tertawa sambil menciumi Rahman sebelum aku memberikan pada bu Asih. "Lupa lo kalo gue juga cewe kaya bini elo?"ejekku. Radit tertawa.Kami lalu pamit pada bu Asih dan menyusul Gladis lagi. Sudah ada om Pras bersama Gladis saat aku dan Radit kembali.Aku mencium tangan om Pras dan dia malah memelukku. "Bantu Om urus di sini ya Kal.Selain memudahkan urusan om juga supaya om ga budeg dengar papamu mengeluh trus anaknya ga betah di rumah"kata om Prass. Aku tertawa dalam pelukan hangat om Pras. "Iya Om...aku suka kok di sini.Hommy banget ga kaya kerja"jawabku. Om Pras tertawa. "Bagus kalo gitu.Dis mau pulang atau gimana?'tanya om Pras pada Gladis. "Aku sih mau pulang,Puput udah rewel karena bosan"jawab Gladis. "Kamu pulang aja sama papa yang...biar aku temanin anak anak,mereka belum selesai"kata Radit. Gladis bersorak berdua putrinya. "Emang papa kesayangan.Ayo de kita pulang sama eyang kung sama tante Lila"ajak Gladis riang. AKu dan Om Pras tertawa. "Biar papa gendong Puput,kamu temenin Lila"pinta Om Pras. Gladis mengoper anaknya pada om Pras yang senang menyambut cucunya.Gladis pamit pada dua anaknya yang serius membuat tas lalu mencium tangan suaminya dan Radit mencium keningnya lalu melepas Gladis berlalu menyusul om Pras yang sudah duluan jalan sambil mendengarkan celoteh putri. "Yang betah ya Kal,besok gue udah ga kesini,tapi kalo elo perlu gue kapan pun elo telepon gue.Gue juga bakal ke sini kalo laki gue bisa antar.Kalo sebulan sekali pasti gue datang buat meeting bulanan"jelasnya sambil menggandeng lenganku menyusuri jalan menuju parkiran. "Kamu bawa mobil Kal??"tanya om Pras di depan Roll Royce yang pintunya di buka satpam. "Iya om,aku pulang sendiri aja.Maksih ya om udah kasih aku kerjaan"kataku sambil mencium tanganya lalu mencium pipi anak Gladis. "Iya....buruan cari suami biar ada yang ngawal kamu trus"goda om Pras lalu masuk mobil. Aku dan Gladis tertawa. "Sabar ya....orang tua cenderung khawatir kalo punya anak gadis belum nikah di usia matang,santai aja elo nya cari laki bukan cari bodyguards"kata Gladis sambil mencium pipiku dan memelukku lalu masuk mobil menyusul om Pras. Aku melambai ke arah Gladis  dan om Pras yang melambai di kaca mobil yang terbuka.Family goal banget bisa kompak dan akur.Aku dan papaku juga sih.Anak perempuan kan memang selalu mengandalkan ayahnya walaupun mereka sudah dewasa. Aku berlalu pulang ke rumah karena sudah sore juga.Setelah cerita pada mama dan papaku saat kami makan malam,aku memilih tidur karena antusias menunggu besok untuk bekerja. Keesokan harinya malah aku bangun kesingaan dan bermacet macet ria di jalan.Hadeh bikin bad mood.Sampai yayasan aku setengah berlari ke ruanganku karena reseptionis lapor kalo semua orang menungguku di ruang meeting "Santai aja bu....ga usah grogi"goda bu Asih karena melihatku ngos ngosan. Aku meringis. "Maaf aku kesiangan dan kejebak macet"kataku. Bu Meny tertawa. "Udah ibu ngaso dulu,kita sabar kok nunggu"kata bu Meny. "Mulai kenalan aja deh ,sambil saya ngaso"pintaku. Mereka menurut Aku menatap peserta Rapat saat mereka satu persatu memperkenalkan diri.Selain bu Meny dan bu Asih,ada juga pak Marno yang jadi kepala security yang ternyata anak buah papaku.Ada Linda,gadis muda kepala administrasi.Ada pak Saleh kepala kebersihan jadi dia yang mengomandani petugas kebersihan dan bertanggung jawab akan kebersihan gedung berikut taman dan lapangan.Lalu ada pak Karso yang juga suami bu Asih yang jadi penanggung jawab semua mobil yayasan juga merangkap supir yang mengepalai dua orang supir yang bertugas belanja bahan makanan dan angkutan yayasan.Semua menyenangkan untuk di ajak kerja sama.Termasuk dua gadis relawan yang membantu di ruang kreatifitas,namanya Tami dan Nurul yang kemarin aku lihat mendongeng untuk anak anak di perpustakaan. Dari Tami dan Nurul aku jad tau kalo ada relawan lain yang membantu mereka memeasarkan hasil buatan tangan orang orang yayasan.Mereka menjual lewat instgram atau pameran.Dari Linda aku tau kalo donatur tetap yayasan itu kelurga inti om Pras.Lalu ada juga Om Rafeal Syahreza dan tante Selena istrinya juga papaku dan om Lukas.Nino sih yang berkontribusi besar di yayasan ini.Hampir 30 persen pengeluaran yayasan di tanggung Nino sisanya dari donatur lain dan donatur tak tetap dan dari penjualan kreatifitas.Aku sampai mikir seberapa banyak uang Nino sampai berani mengcover sebesar ini. "Panggil saya Lila aja ya!!.atau mba buat yang lebih muda dari saya.Panggilan ibu bikin saya merasa setua mama saya"pintaku. Mereka tertawa. "Manggilnya Non aja kaya Non Gladis"seru pak Karsono dan di angguki yang lain. Aku menghela nafas pelan,mau protes juga mereka sudah sepakat,jadi aku biarkan. Rapat bubar saat makan siang dan aku ikut mereka makan siang di ruang makan yang kemarin aku kunjungi.Kami makan sambil mengobrol dan setelah itu aku kembali ke ruanganku untuk mengecek pekerjaan dengan Linda.Gladis itu sangat rapi mengatur administrasi jadi aku tak perlun kerja keras.Selain din dukung program komputer yang terintegritsa ke semua bagian,semua semakin mudah untukku.Aku jadi punya kesempatan bergabung dengan bagian kreasi lalu bergabung dengan Nurul yang sedang mendongeng di depan bocah bocah sekitar yayasan yang memang sudah tau kalo di hari selasa dan jumat Nurul mendongeng menggunakan boneka. "NON LILA!!!ADA ANAK PINGSAN!!!"suara panik pak Saleh terdengar. Aku langsung bangkit dengan tergesa mengekor pak Saleh yang kelihatan panik. Ternyata anak itu ada di pinggir lapangan sudah di rubung oleh teman temannya. "Minggir kalian semua"usirku lalu berjongkok memeriksa urat nadi si bocah lelaki yang terkulai lemas. Pak Saleh ikutan jongkok di sebelahku. "Bawa ruang kesehatan aja Non!"kata pak Saleh. Aku menggeleng. "Ga bisa pak,ini dehidrasi,mesti di bawa ke rumah sakit"kataku setelah mencubit lengan si bocah yang lama kembali. Itu gejala dehidrasi dan kulitnya juga pucat dan dingin. "Teman saya mau di bawa kemana bu?"tanya anak lelaki lain yang kelihatan cemas. "Kamu temennya??kenapa bisa sampai pingsan?"tanyaku. Dia malah menangis dan menunduk.Aku meraup wajahnya dan menatapnya. "Kenapa??"tanyaku. "Aldi dari kemarin belum makan bu.....ibunya ga punya uang,jadi saya ajak ke sini mau ketemu bu Meny buat minta makan.Aldi bilang dia kelaperan,soalnya ibunya belum punya kardus banyak buat dia jual"jelasnya. Aku menghela nafas. "Udah jangan nangis.Kamu sekarang carin pak Karsono ya buat siapin mobil.Yang lain minta makanan ke bu Meny biar pas Aldi sadar ga laper lagi'perintahku. Ketiga bocah itu mengangguk lalu berpencar menuruti perintahku. "Gendongin pak Saleh kita bawa ke rumah sakit"perintahku. Pak Saleh menurut lalu aku mengekor di belakangnya sampai ke parkiran.Bocah teman Aldi sudah menunggu di depan mobil avanza berlogo yayasan menungguku. "Kamu bilang ibu Aldi ya,bawa ke sini tar tunggu kabar dari saya"perintahku pada bocah itu. Dia mengangguk. "Tolong obatin teman saya bu....saya ga enak kalo ngamen ga berdua dia"pintanya sebelum aku masuk mobil. Aku mengangguk. Aku dan pak Karsono berlalu. "Bawa ke rumah sakit mana pak?"tanyaku dari jok belakang karena Aldi merebahkan kepalanya di pangkuanku. "Twin's Hospital Non!,itu rumah sakit den Nino jadi semua yang sakit dari yayasan di bawa ke sana,lagian dokter anaknya ganteng"gurau pak Karsono. Aku tertawa pelan. "Bisa becanda juga ya bapak"gurauku. Pak Karsono tertawa. "Biar ga tegang Non,tapi saya senang,Non Lila tenang banget dan ga panik.Bener Non Gladis kalo non Lila pengalaman urus yayasan sosial"jawab pak Karsono. Aku hanya tersenyum. Mana mungkin aku cerita kalo aku pernah menghadapi situasi lebih menyeramkan dari ini.Ini cuma anak yang sakit.Anak yang babak belur karena si pukul orang tuanya atau bahkan yang sekarat sampai mati di bunuh juga pernah aku hadapin.Banyak sekali kejahatan terhadap anak yang tak tertangkap media.Selain kejadiannya di pelosok juga karena tak ada yang berani melaporkan. Yang kasihan justru yang korban pelecehan atau pemerkosaan yang pelakunya anggota keluarga,mereka biasanya memilih menutup rapat.Kita tak bisa memproses kalo tidak ada laporan kecuali saat orang sekitar yang berani laporan,tapi kalo korban berani lapor juga bisa di proses.Masalahnya kadang si korban takut karena di ancam.Untuk itu aku kerja keras sekali memberikan penyuluhan soal kekerasan sek pada anak dan wanita juga soal hukuman bagi pelaku dan perlindungan bagi pelapor dan korban,Tapi tetap saja masih banyak yang takut dengan ancaman rusaknya nama baik keluarga,kalo sudah begini bagaimana dengan kondisi korban??.Aku kadang tak habis pikir pada pelaku kejahatan pada anak yang jadi bagian keluarga pelaku. Dan cuma makan waktu setengah jam untuk sampai UGD Twin's hospital yang seperti rumah sakit mewah tapi pengunjungnya berbanding terbalik.Gimana tidak,di antara pemandangan interior mewah rumah sakit,yang jadi pasien atau pengunjung justru berpakaian sederhana bahkan cenderung seadanya di banding yang berpakaian mewah. "Pasien dari yayasan Sumarin ya??'tegur suster dan seorang paramedis laki sambil memgambil alih Aldi dari gendonganku. Mungkin melihat pak Karso yang memakai seragam "Saya ketua yayasan yang baru suster,pengganti Gladis"jelasku. Suster itu tersenyum. "Iya bu,saya urus pasien dulu baru saya antar ibu ketemu kepala rumah sakit"pamitnya sambil mengikuti belangkar yang di dorong masuk ruang periksa.Aku bergabung dengan dokter yang cekatan memeriksa. "Dehidrasi"cetus dokter wanita bermata sipit. Sesuai dugaanku kan??. "Tolong bu urus minta kamar,karena anak ini harus di rawat sambil tunggu tes darah"kata dokter aline dari name tagnya. Aku memgangguk lalu keluar dari balik tirai tak mau mengganggu mereka bekerja juga.Aku mendekat ke arah pak Karso yang berdiri tak jauh dari meja tempat berkumpul perawat dan suster. 'Piye Non?"tanyanya. "Di rawat pak,dehidrasi "jelasku. "Kalo gitu minta hubungin dokter Rey Non!!,dia dokter anak di sini,dia yang biasanya urus anak anak yayasan kalo ada yang sakit"kata pak Karso. "Aku kan ga kenal pak"keluhku. Pak Karso mengangguk lalu beranjak menegur suster.Dia berbincang sejenak lalu suster itu mendekat ke arahku. "Kami sudah menghubungi dokter Rey bu,tunggu ya!!,dokter Rey memang yang urus anak anak yayasan.Biar datanya rapi sesuai permintaan Ibu Gladis"lapor suster. "Menangnya hari ini praktek?"tanyaku. "Udah habis sih jam prakteknya karena jadwal pagi,tapi karena ada pasien anak yang mesti di operasi jadi dia ikut operasi.Sebentar lagi juga mungkin selesai,hanya operasi usus buntu"jelas suster. Aku hanya mengangguk. "Saya permisi dulu bu"pamitnya. Gantian pak Karso mendekat. "Nanti juga datang Non,sabar ya"katanya terkesan menenangkanku. Aku tertawa. "Aldi udah di tangani pak,saya sabar kok"kataku. Pak Karso cengar cengir. "Dokter Rey ganteng Non,masih bujangan juga,kali non penasaran"godanya. Aku tertawa lalu berhenti saat dokter Aline mendekat. "Ibu....." "Lila"potongku memperkenalkan diri. Dia tersenyum. "Iya bu Lila,anaknya sudah saya kasih infusan dan udah sadar,bisa tolong belikan air minum atau makanan??,dia mengeluh lapar,sambil nunggu hasil tes darah"kata dokter Aline Aku beralih pada pak Karso. "Biar saya yang beli makanan"pamit pak Karso. Aku mengagguk,makanan yang tadi di minta ke bu Meny tidak terbawa. "Saya boleh lihat Aldi kan?,pasien tadi dok?"tanyaku. "Bisa bu,silahkan"katanya. Aku berlalu juga ke tempat Aldi di baringkan. "Hai....jagoan...."sapaku. Aldi tersenyum lemah. "Makasih bu....."ucapnya lirih. Aku tersenyum dan mengusap kepalanya. "Iya nak....kamu laper ya?"tanyaku. Dia mengangguk lemah. "Banget!,dari kemarin aku ga makan,ibu ga punya uang"jelasnya. Aku menghela nafas. "Bentar lagi kamu makan,sabar ya!"pintaku. Aldi mengangguk lalu memejamkan matanya. Aku takn berhenti mengusap kepalanya dan mengamati tubuh kurusnya yang tampak lusuh .Anak sekecil ini pasti terlalu sering menahan lapar sampai bisa sekurus ini.Tak lama pak Karso datang dan Aldi makan dengan lahap. "Pelan pelan nak"pintaku. Aldi meringis lalu mulai makan dengan pelan. "Kasihan kamu nak....."desis pak Karso. Aldi mengabaikan dan terus makan dengan lahap. "Pak Karso....."sebuah suara menjeda. "Dokter Rey......."sambut pak Karso sumringah. Aku menoleh lalu mematung.Astaga.......dokter ini benaran ganteng........aku sampai mematung. "Kenapa lagi pak?"tanyanya pada pak Karso. "Biasa dok.....kelaperan jadi dehidrasi"jelas pak Karso. Dokter keceh itu menatap Aldi lalu beralih padaku. "Ini........ibunya?"tanyanya sambil menatapku. Pak Karso tertawa. "Ini Non Lila dokter,gantinya Non Gladis urus yayasan.....cantik kan dok?'gurau pak Karso. Aku merona dan dokter itu tertawa. "Cantik......punya namakan?"sapanya sambil mengulurkan tangan. Aku tertawa tanpa suara. "Kalila dokter,senang kenalan sama dokter"jawabku menjabat uluran tangannya. "Aku Rey.....dokter anak di sini....senang juga kenal kamu Kalila"jawabnya. Aku tersenyum grogi .Benar pak Karso,ini dokter ganteng,apa hatinya juga seganteng parasnya???.....jadi penasaran..... #### Cie....cie....Kalila ketemu bujang keceh.....apa ini ya calon suami idaman Kalila????..... ikutin next partnya ya kesayangan aku.Aku kaya Kalila yang deg deg an juga. Kalo mau lihat penampakan dokter Reynaldi dan Kalila bisa lihat di akun IG ku ya @olen_2212,aku posting di situ. udah yak see you next part..... kiss and love
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN