4.Deg Deg an

3538 Kata
.Aku mengawasi dokter Rey yang serius membaca laporan hasil tes darah Aldi yang di berikan dokter Alin. "Kal ,Aldi mesti rawat,kamu udah tau kan?'tanyanya. Aku mengangguk. "Seberapa parah dok?"tanyaku mengabaikan debaran jantungku. "Lumayan tapi ga perlu terlalu khawatir dan panggil Rey aja Kal"pintanya. Aku tertawa canggung. "Kamu lagi pakai baju dinas,kalo kamu lagi pakai baju biasa,aku pertimbangkan manggil kamu nama"jawabku. Rey tergelak lalu mengangguk dengan tampang tak setuju. "Gimana bisa kamu lihat aku pakai baju biasa,kecuali kita kencan"balasnya. Aku terbelak lalu merona. "Aku becanda,gadis secantik kamu mana mau kencan sama pria bau klorofrom kaya aku"katanya . Aku meringis.Nih laki ga tau aja kalo dari tadi aku udah deg deg kan di ajak ngobrol sama dia.Benar dia sih kalo dia bau Klorofrom,buktinya aku terbius pesonanya.Alah....apaan sih aku tuh. "Well....kalo gitu aku urus kamar dulu deh"pamitku. Rey tersenyum. "Okey....butuh bantuan ga?aku udah bebas tugas"katanya menjeda langkahku. Aku tertawa. "Makasih dok....di banding urus aku yang cuma kebingungan cari ruang adminstrasi,mending kamu periksa pasien yang datang,lebih manfat bukan.kalo mau ketemu aku lagi,rapi aku urus kamar juga kita ketemu lagi"godaku. Rey tertawa pelan. "Alasan yang masuk akal....okey nona...selamat berjuang"katanya  Aku tersenyum lalu benar benar berlalu dari hadapannya.Pak Karso sih mesti pulang untuk jemput orang tua Aldi,jadi aku di tinggal berdua sama dokter yang berpotensi bikin aku kena serangan jantung.Pas eku menjauh dari UGD aja,aku sampai merasa perlu mengatur detak jantungku yang menggila.Bahaya sekali dokter ganteng kaya dia. "Fokus Kal!! Fokus!! cowo ganteng kaya dia pasti taken mana mungkin jomblo"gunyamku sendiri sampai cleaning servis menatapku bingung. Pasti dia pikir aku orang stres yang ngomong sendiri.Daripada si sangka gila aku buru buru cari ruang admin atau bagian informasi untuk mencari kamar.Sudah magrib saat aku berhasil dapat kamar untuk Aldi.Aku kembali ke UGD untuk laporan pada dokter UGD dan ternyata Rey masih di sana. "Udah dapat kamarnya?"tegur Rey. Aku mengagguk lalu mendekat padanya sambil memberikan selembar kertas yang berisi keterangan kamar rawat inap.Rey memanggil suster dan dua paramedis untuk memindahkan Aldi. "Kamu ikutin mereka dulu,aku nanti nyusul,aku belum sholat magrib Kal.Sama Pak Karso tadi telepon aku kalo dia sudah Otw dengan ibu Aldi"lapor dan pinta Rey. Aku hanya menganguk menuruti perintahnya mengekor pada perawat yang mendorong blangkar berisi Aldi.Aku sempat menoleh dan aku dapati Rey yang tersenyum lembut.Sholat??soleh dong ya??mana ganteng,dokter pula.Kok ya komplit amat. Ampun Kal,terdistraksi lagi kan sama tuh dokter keceh.Aku menemani Aldi di kamar kelas 3 yang tidak padat seperti rumah sakit pada umumnya.Setidaknya hanya ada 6 ranjang dan semuanya anak anak.Tidak semua terisi sih,ada dua yang kosong.Kamar mandinya bersih dan pakai AC.Jadi cukup nyaman buat aku nmenunggui Aldi yang kembali tertidur setelah aku menyelimuti tubuhnya. Kesempatan aku untuk mengabari mama kalo aku pulang telat. "Bukan kamu yang sakit kan?"tanya mama khawatir. "Bukan mah,anak yang suka datang ke yayasan dehidrasi karena kelaperan"jelasku. Terdengar hembusan lega mama. "Mau papa jemput kamu??"tanya mama. "Eh ga susah,aku sama supit yayasan,lagian mobilku di yayasan mah,tenang sih mah,aku terbiasa di hutan,jakarta ramai,aku ga takut"tolakku. Mama tertawa pelan. "Di hutan ga ada papamu yang bisa di pintai tolong Kal,ini Jakarta.But...okey ...kalo kamu mau gitu.Usahakan handphonemu aktif ya biar mama bisa telepon kamu"pinta mama. "Okey...love you mam"tutupku. Baru aku mengantongi handphone di saku celanaku dan baru menyadari aku ga bawa dompet.Mana aku laper.Pak Karso lama sekali lagi. "Non Lila......" Aku menoleh dan menemukan pak Karso dengan seorang wanita yang berurai airmata dan berpakaian lusuh. "Pak....ini..."desisku bangkit. "Ibunya Aldi Non...."jawabnya. Aku tersenyum pada wanita yang menggenggam tanganku. "Makasih Non.....saya ga tau kalo ga ada Non,Aldi bakal gimana"ungkapnya dengan airmata yang deras mengalir. "Sama sama bu....temenin Aldi ya....."pintaku merangkul bahunya. "Iya Non....."jawabnya lalu beralih ke sisi ranjang Aldi. Aku mengawasi saat ibu itu menciumi wajah Aldi yang tertidur.Perasaan ini yang selalu aku rasakan saat aku berhasil menolong anak anak yang kesusahan.Perasaan hangat yang timbul saat menyaksikan bahasa cinta tanpa kata antara ibu dan anaknya. "Ayo makan Kal!!"seruan di barengi tepukan di pundakku. Aku menoleh dan mendapati Rey tersenyum menatapku. "Hai....sudah selesai sholatnya?"tanyaku. Rey mengangguk. "Yap dan aku kelaperan,aku ingat kamu pasti belum makan malam,mau temenin aku ga?"tanyanya ramah. Aku menatap pak Karso. "Saya udah makan Non Lila,silahkan non Lila makan,kayanya non Lila ga bawa dompet kan?"jawab pak Karso. Aku meringis menatap Rey. "Kamu ga punya pilihan kan?'tanya Rey. Aku tertawa pelan. "Kayanya sih....Ibu udah makan??"tanyaku beralih pada ibu Aldi. Dia menggigit bibirnya yang kering. "Pegang uang ini bu!!,ibu mesti beli makanan untuk ibu begadang dan beli makanan untuk Aldi"jeda Rey sambil mengulurkan uang yang dia lipat di genggamannya ke arah ibu Aldi. Ibu Aldi menatap aku dan pak Karso. "Ambil aja bu,dokter ikhlas bantu ibu"saranku. Airmata si ibu lolos. "Ayo bu....saya juga laper"rengek Rey. Dengan tangan gemetar si ibu menerima. "Makasih dokter...."desisnya . Rey tersenyum.Dan aku lihat si ibu terbelak saat melihat tiga lembar uang pecahan ratusan ribu di tangannya. "Ayo Kal!"ajak Rey sepertinya menghidari si Ibu yang mau mengucapkan sesuatu. Aku menurut mengikutinya keluar kamar rawat Aldi. "Pemurah sekali dokter"pujiku saat kami bersisihan menyusuri koridor rumah sakit. Rey tertawa. "Rezeki mesti di bagi,lagian ibu Aldi memang butuh bantuan"jawabnya kalem sambil membimbingku masuk lift. Aku merona saat dia menyentuh punggungku. "Maaf....."desisnya saat aku menatapnya dan buru buru melepaskan tangannya di punggungku Aku tersenyum menanggapi.gimana aku mau komentar kalo aku deg degan terus. "Kita mau makan di mana?"tanyaku setelah kami tiba di loby rumah sakit. "Kamu keberatan ga kalo kita makan di kantin rumah sakit.Aku udah kelaperan banget Kal"jawabnya setengah mengeluh. Aku tertawa. "Aku pernah terpaksa makan ulet sagu waktu aku kerja di hutan,jadi makan di kantin udah cukup mewah buatku"jawabku. Dia tertawa. "Cool!!"jawabnya lalu mmepersilahkan aku jalan lagi. Aku menurut berjalan di sisinya.Dia santai menjawab sapaan setiap orang yang menyapanya dan menyadariku kalo dia orang yang ramah.Sampai kami tiba di kantin rumah sakit.Aku memesan soto ayam dan dia jadi mengikuti pesananku. "Kamu udah lama kerja di rumah sakit ini?"tanyaku memulai pembicaraan. Dia menggeleng lalu mengangguk. "Maksudnya?"tanyaku bingung. Dia tertawa setelah selesai menelan makanannya. "Aku bingung jawabnya.Standart lama atau tidaknya kerja kan beda.Yang pasti aku sudah cukup lama jadi dokter,dari semenjak aku lulus kuliah.Aku jadi dokter umum di rumah sakit sebelumnya,karena sering berhadapan dengan pasien anak anak,aku jadi tertarik kuliah specialist anak,setelah selesai kuliah specialist anak,salah satu dosenku menawariku bekerja di rumah sakit ini sebagai dokter anak"jelasnya. Aku mengangguk. "Dosenmu naksir kamu kali"godaku. Rey tertawa sampai terbatuk. "Dosenku itu dulu seniorku di kampus hanya dia ambil kedokteran gigi.Dia cantik dan orang yang menyenangkan"jawabnya. "Trus kenapa ga kamu jadiin pacar atau....eh sory aku sotoy banget ya mikir kamu masih lajang"kataku menyadari kesalahanku. Rey terbahak kali ini. "Kelihatan banget ya aku jomblo??"katanya masih tertawa. Aku cengar cengir.Bukan kelihatan pak dokter,ga tau aja kalo aku lagi cari tau soal statusnya. "Aku memang masih sendiri Kal,mamaku udah berisik sekali suruh aku married.Tapi kan ga gampang cari istri.Apalagi profesiku cuma dokter"keluhnya. Aku menggeleng pelan.Dusta banget ga sih??dokter doang dia bilang?.Aku kasih tau ya pak dokter,cewe cewe itu selalu melihat keren pada cowo cowo berseragam,enatah dokter,tentara atau mungkin pejabat pemerintah.Kok bisa ya pak dokter ganteng ini ga PD.Tentu aja aku cuma bisa ngomong dalam hati. "Umurmu?"cetusku  "Kamu lagi wawancara aku ya??,apa lagi cari tahu apa mungkin aku masuk kriteriamu?"godanya. Aku merona. "Ga mau jawab juga ga masalah"sanggahku sambil meminum es teh manisku untuk melepaskan rasa gugupku. Rey tertawa. "Jangan ngambek Kal,aku becanda.Umurku tahun ini 31 tahun,kasihan kan?,umur segitu masih sendiri dan kesepian"cetusnya sambil menatapku Aku tersenyum. "Hei....bukan salahmu kalo kamu masih sendiri.Aku juga masih sendiri kok"kataku dan merutuki kebodohanku karena Rey semakin intens menatapku. "Iyakah......gadis secantik kamu??.Aku sebenarnya ga percaya waktu pak Karso bilang kamu belum nikah"katanya serius dan masih menatapku. AKu tertawa canggung. "Bisa ga lihatin aku jangan kaya gini?"protesku. Rey tersenyum dan mengusap tengkuknya. "Maaf....habis wajahmu...apa ya....kaya senyum terus walaupun kamu cemberut.Aku yakin kamu pribadi yang ceria.Aku suka"jawabnya. Aku terbelak dan lagi lagi merona. "Okey!!,kayanya mesti berhenti ngomongin soal sesuatu yang pribadi pak dokter"pintaku. "Kamu keberatan?"tanyanya dan menatapku instens seperti tadi Aku menepuk dahiku dan dia terbahak. "Bukan keberatan pak dokter,hayati saya lelah di liatin trus sama bapak,pak dokter ga sadar apa kalo pak dokter keceh?"keluhku terlanjur. Rey terbahak lalu berhenti saat aku melotot ke arahnya. "Okey !,maaf!!"desisnya sambil mengangkat kedua tangannya. Aku menggelang pelan. "Gimana kalo cerita soal pekerjaanmu?,kalo pekerjaan dokter kayanya ga ada yang istimewa,kamu pasti udah tau"pintanya. Aku tersenyum. "Yakin ga akan bosan dengar aku cerita?"tanyaku "Coba aja!!,kalo kamu udah mulai lihat aku nguap berarti aku bosan dengar kamu cerita.Astaga Kal!!,yang aku hadapi tiap hari itu wajah wajah khawatir seorang ibu yang takut anak anaknya di diagnosa penyakit serius.Hibur aku dong sedikit dengan cerita soal pengalamanmu kerja"rengeknya. Aku tertawa pelan. "Okey.....sebelum aku kerja di yayasan milik Om Pras,aku kerja di KOMNAS perlindungan anak dan perempuan.Sebelumnya malah aku kerja di UNICEF khusus Indonesia"jelasku. "Kamu Relawan??"tanyanya mulai makan lagi. Aku menggeleng. "Bisa jadi,tapi ga seperti relawan yang pasca bencana atau project bisa pulang,aku terikat dengan kewajiban membuat kesimpulan dan laporan di lapangan"jelasku. Rey mengangguk  "Lalu?"tanyanya. "Ya itu konsen mengurus perempuan dan anak.Mamaku ribut karena aku sering ada di luar negeri untuk pelatihan saat aku bekerja untuk UNICEF,jadilah aku di tarik papa masuk ke lembaga KOMNAS HAM,untuk menggantikan posisi Kakakku yang memutuskan menikah.Tapi ternyata kesibukannya sama dan mamaku ngamuk lagi karena dalam sebulan maksimal cuma dua tiga hari aku ada di rumah"jelasku. "Kebayang sama aku,gimana mamamu kangen.Kok bisa sesibuk itu Kal?"tanyanya sambil memngeser piring yang sudah habis dia makan. "Banyak sekali permasalahan anak dan perempuan yang tidak tersentuh media dok.Dan latar belakangku yang bekas kerja di UNICEF,membuat mereka berpikir aku punya pengalaman di tambah aku masih lajang jadi bebas bepergian dalam waktu lama" Rey menatapku. "Acuan pengalaman versi mereka?"tanyanya cerdas. Aku tersenyum. "Minimal aku mengerti prosedur hukum dan tata cara penanganan korban.Ada beberapa kasus yang chaos banget,dari mulai pelaku yang mengamuk,atau korban yang sekarat.Aku termasuk yang tenang dan ga panik menghadapi situasi seperti itu.Aku sudah terlatih untuk tetap berpikir jernih dan sigap membaca situasi.Aku pernah menghadapi kasus penyelamatan anak perempuan yang sekarat karena di perkosa lebih dari 5 orang lelaki.Anak itu masih remaja dok,masih berumur 15 atau 16 tahun.Dia di sekap di kebun kelapa sawit untuk jadi b***k s*x para pekerja"ceritaku. "Bisa akhirnya ketauan?"tanyanya. Aku menghela nafas pelan,teringat pada sosok gadis kecil anak transmigran bernama Surni. "Ibunya mengadu padaku yang sedang memberikan penyuluhan KB kalo anak gadisnya hilang setelah mengantar makan siang untuk ayahnya di perkebunan kelapa sawit,dari situ aku dan dua temanku ke perkebunan dan pura pura jadi orang pemerintah yang mau mengecek perkebunan.Kami hampir putus asa karena perkebunan itu luas sekali sampai aku menemukan ceceran darah kering dan aku ikuti sampai ke gubuk di pojok tersembunyi perkebunan.Dan di sanalah aku melihat Surni yang sekarat dengan kondisi terikat dan dia setengah telanjang"kataku dan tanpa sadar airmataku meleleh. Rey berinisiatif menarik tissu dan memberikan padaku. "Makasih...."kataku jadi tak berselera makan lagi. "Berhenti Kal kalo kamu ga tahan"pinta Rey sambil meremas tanganku. Aku menggeleng lemah dan menarik tanganku yang dia remas. "kamu mesti tau gimana hancurnya perasanku.Aku dan tiga temanku juga hampir di sekap saat membawa Surni.Tuhan masih nolong kami karena rekan tim menyusul kami ke perkebunan tepat kami hampir tertangkap.Dan Surni meninggal dalam dekapanku.Dia pendarahan hebat dan vaginanya hancur akibat di perkosa bergilir.Aku ga bisa bayangin anak sekecil itu dengan kondisi rahim yang baru berkembang harus di masuki p***s bergantian dan berbeda ukuran.Bukan cuma sakit fisik,pastinya sakit secara mental dan psikis"keluhku dan menangis lagi Rey terdengar menghela nafas pelan. "Tapi bukan berarti kamu mesti menyalahkan dirimu sendiri kan?"tanyanya. Aku mengangguk dan mengusap airmataku.Aku juga menghela nafas kasar "Aku tau,pointnya bukan di salah atau tidaknya aku dok,tapi ini soal kesadaran akan hak hidup seseorang.Kadang manusia cuma berpikir soal hak pribadinya sendiri dan tak perduli kalo sampai melanggar hak orang lain.Itu yang salah menurutku"kataku. Dan aku merona karena Rey menatapku intens lagi. "Apa?"tanyaku takut wajahku berantakan karena aku nangis. "Kamu ga pakai make up ya?"tanyanya aneh. Aku menatapnya bingung. "Abis ga ada mascara atau apa namanya yang buat mata jadi kaya ada tinta hitam kalo cewe cewe nangis"jawabnya. Aku ngakak mendengar menuturannya dan dia cengar cengir. "Aku salah ngomong ya?abis kamu ga kaya gitu.Mukamu cuma merah karena kamu nangis apalagi hidungmu yang jadi ada ingusnya dan merah banget karena kamu gosok trus pake tissu"lanjutnya. Dan mambuatku makin ngakak sambil mengusap ingus yang keluar dari hidungku. 'Kal udah jangan ketawa trus!!,Aku malu orang jadi lihatin kita.Aku dokter anak dan bukan dokter kejiwaan.Mereka bisa mikir aku jahatin kamu sampe kamu jadi gila karena ga berhenti ketawa"rengeknya sambil celingukan. Aku jadi meniru dan memang beberapa orang terlihat menatap heran ke arah kami.Aku jadi mendadak diam. "Nah!,gitu tenang"katanya berbisik lalu duduk tegak lagi. Aku masih senyam senyum. "Tapi beneran deh Kal,kamu pakai make up ga sih?"tanya Rey dan membuatku tertawa lagi. Dia mengusap tengkuknya. "Di tanya bukan jawab malah ketawa.Aku beneran penasaran"keluhnya. Aku tersenyum. "Aku mau kerja bukan kondangan,buat apa aku pakai make up"jawabku. Dia cengar cengir. "Bedak apa lipstik juga ga?"tanyanya. Aku tertawa lagi. "Kalo bedak sama lipstik sih pake,buat menyamarkan wajah bangun tidur.Mungkin udah luntur kan udah seharian"jawabku. Dia menatapku lagi. "Kok bibirmu tetap merah ya??"desisnya dan membuatku merona. Dia tertawa pelan melihatku meringis menatapnya. "Kamu lagi rayu aku ya?"tanyaku jadi kesal. Rey terbahak. "Mungkin...padahal aku ga pernah gitu.Ga tau ya.....suka aja lihat mukamu"jawabnya dan membuat aku deg deg an. Aku menghela nafas pelan berusaha meredam detak jantungku yang menggila. "Aku harus pulang dok!"cetusku menjeda. Dia mengangguk. "Okey.....aku bayar dulu ya!"pamitnya. Gantian aku mengangguk lalu mengawasinya yang bangkit dan berjalan ke arah penjual soto untuk mambayar makanan kami lalu mendekat lagi ke arahku. "Yuk!!"ajaknya Aku menurut dan kami jalan bersisihan lagi sampai loby. "Makasih ya dok....makan malam mewahnya"kataku. Rey tertawa sambil mengangguk. "Aku mesti cari pak Karso"kataku sambil mengambil handphoneku. "Pak Karso sudah aku suruh pulang,Aku jadi punya kehormatan antar kamu pulang"jawabnya kalem. Aku terbelak lalu menghela nafas.Ya sudahlah mau gimana lagi. "Okey...."desisku. Rey tersenyum lalu memgiringku lagi,kali ini menuju parkiran.Kami terdiam sambil menyusuri parkiran khusus karyawan rumah sakit. "Wow....penghasilan dokter besar juga ya"godaku saat dia membukakan pintu mobil Mercy E Class warna hitam untukku. Rey tertawa. "Aku jomblo jadi uangku awet dan jadi aku tabung buat beli mobil ini"jawabnya tepat aku masuk mobilnya. Aku tertawa dan masih tertawa saat dia masuk dan duduk di balik kemudi. "Ganteng,mapan dan baik hati,kok bisa kamu jomblo"ejekku. Rey tertawa dan membawa mobilnya keluar area rumah sakit. "Nyatanya cewe cewe pada ga mau sama aku"jawabnya. "Bukan ga mau,kamunya yang terlalu pemilih"koreksiku. Rey menoleh menatapku lalu mengangguk. "Wajar kan kalo aku mau wanita terbaik?,pernikahan untuk seumur hidup Kal.Aku ga mau terjebak dengan orang yang salah sepanjang sisa hidupku"jawabnya lalu fokus dengan jalanan. Aku hanya diam setelah mengangguk. "Gimana sama kamu?,kenapa jomblo.Maksudku.....kenapa kamu...ga coba menjalin hubungan sama siapa gitu....ga mungkin kan ga ada yang usaha deketin kamu?'tanyanya menoleh sebentar lalu fokus pada jalan lagi. Aku menghela nafas. "Banyak....tapi sama sepertimu.Aku masih milih yang paling baik,kan kamu bilang sendiri,pernikahan untuk seumur hidup"balasku. Rey mengangguk tanpa menoleh lalu menoleh lagi ke arahku karena terjeda lampu merah. "Semoga aku masuk daftar pilihanmu ya!'katanya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku tertawa dan dia ikutan tertawa lalu menjelankan mobilnya lagi setelah lampu berubah hijau. "Let see dok....aku pertimbangan kalo kamu terus bersikap manis"jawabku. Rey tertawa tanpa suara. "Okey...bisa di terima....dan karena aku mau bersikap manis...bisakah Nona kasih tau alamat rumah Nona biar saya bisa antar Nona selamat sampai rumah"pintanya. Aku tertawa lalu menyebutkan alamat rumahku.Kami lalu terdiam menikmati suara lagu dari audio mobil. "Aku suka lagu Enya"cetus Rey tiba tiba. "Lagu ini?"tanyaku. Rey mengangguk. "Only time....Enya benar...cuma waktu yang bisa jawab semua tanya kan??"katanya sambil meoleh ke arahku. Aku tercenung mencoba meresapi lirik lagu yang Rey putar ulang Who can say where the road goes Where the day flows, only time And who can say if your love grows As your heart chose, only timeWho can say why your heart sighs As your love flies, only time And who can say why your heart cries When your love lies, only timeWho can say when the roads meet That love might be in your heart And who can say when the day sleeps If the night keeps all your heart Night keeps all your heartWho can say if your love grows As your heart chose, only time And who can say where the road goes Where the day flows, only timeWho knows? Only time Who knows? Only time  Aku tersenyum saat menyadari kebenaran kata kata Rey "Siapa yang tahu kemana jalan ini menuju.Kemana hari mengalir, hanya waktu.Dan siapa yang tahu jika cintamu tumbuh.Seperti pilihan hatimu, hanya waktu.Siapa yang tahu mengapa hatimu mendesah.Saat cintamu terbang, hanya waktu.Dan siapa yang tahu mengapa hatimu menangis.Saat cintamu berdusta,hanya waktu.Siapa yang tahu kapan jalan-jalan itu bertemu.Bahwa cinta mungkin ada di hatimu.Dan siapa yang tahu kapan hari tertidur.Jika malam selimuti hatimu.Malam selimuti hatimuSiapa yang tahu jika cintamu tumbuh.Seperti pilihan hatimu.Hanya waktu.Dan siapa yang tahu kemana jalan ini menuju.Kemana hari mengalir, hanya waktu.Siapa yang tahu? Hanya waktu.Siapa yang tahu? Hanya waktu"gunyam Rey malah mengartikan lagu itu setelah dia engecilkan volume audio dan sudah berganti lagu lain."Kamu suka banget sama lagunya ya??"tanyaku takjub. Rey tersenyum lembut. "Maknanya dalam Kal,itu yang membuatku suka.Benarkan cuma waktu yang bisa jawab semua pertanyaan soal apa pun yang saat ini tak bisa kamu jawab?"tanyanya tanpa menoleh ke arahku. "Exsample??"tanyaku tertarik. "Kalo aku sih pertanyaan kenapa rasanya aku ga rela aja antar kamu pulang,maunya lihat kamu terus"jawabnya sambil menoleh. Aku tertawa pelan. "Receh...."desisku lalu melengos ke samping kaca mobil menyembunyikan senyumku. Rey tertawa. "Kamu ada ga ada pertanyaan yang ga bisa jawab ya?"tanyanya natap ke depan lagi. "Ga ada,biasa aja"dustaku. Padahal aku sendiri bingun kenapa aku deg deg an trus.Ampun mama ini dokter keceh bikin aku jumpalitan. "Poor me......."cetusnya jenaka dan aku terbahak. Kami terdiam tapi sambil senyam senyum ga jelas.Mana mungkin aku jatuh cinta pada pandangan pertama kan??.Ga mungkin banget.Dan tibalah di depan rumahku. "Yap sampe juga setelah gombalan panjang mu"kataku sambil membuka self belt. Rey tertawa. "Kamu ke rumah sakit lagi ga sih?"tanyanya. Aku diam. "Aku ga lihat kepentingan aku ada di rumah sakit?"godaku. Rey mengusap tengkuknya.Aku pikir itu kebiasaannya kalo dia grogi. "Berarti kita ga akan ketemu lagi?'tanyanya. Aku tertawa. "Kamu percaya kata orang yang bilang kalo ketemu lagi berarti jodoh ya?"tanyaku. Dan Rey mengangguk.Aku jadi tertawa melihat dia kelihatan oon. "Tapi mesti kebetulan ya Kal,bukan yang di atur?"tanyanya. Aku mengangguk. "Itu dokter tau.....jadi berharap aja bakal ketemu aku lagi suatu saat nanti"jawabku. Dia mengangguk dengan tidak rela. "Okey.....aku mesti pulang juga dan banyak doa semoga bisa ketemu kamu lagi"jawabnya setelah menghela nafas. Aku tertawa. "Thanks udah antar aku pulang dokter Rey"pamitku mengulurkan tanganku. Rey menjabatnya. "With my pleasure Kalila"jawabnya. Aku lalu beranjak keluar mobil Rey.Rey membunyikan klakson mobilnya saat berlalu.Aku mengawasinya dan urung melangkah saat aku lihat mobil Rey berhenti dan Rey menghampiriku dengan tergesa. "Ada apa?"tanyaku bingung. Rey meringis menatapku. "Aku boleh minta tolong ga?"tanyanya ragu. "Sure!!,kamu kenapa?"tanyaku jadi khawatir. "Eng.....handphoneku low Kal,aku mesti telpon seseorang.....urgent banget.....bisa minjem handphonemu ga??"tanyanya terbata. Aku menghela nafas lega. "Aku pikir kamu kenapa.Tentu aja boleh dokter"jawabku sambil memberikan handphoneku setelah membuka kuncinya. Rey tersenyum sumringah dan aku menunggu saat dia memasukkan nomor lalu menelpon. Nada dering standart henphone terdengar.Dan aku melongo saat dengan santai Rey mengambil handphonenya di saku celananya. "WHATTT!!!"protesku  "I got your number!!.Thanks Kal!!"cetus Rey sambil mengembalikan handphone milikku dan berlalu saat aku masih mematung. "HEI!!!!!THIEF!!!jeritku setelah kesadaranku. Rey terbahak sambil membuka lagi pintu mobilnya yang tadi dia biarkan hidup. "Aku ga akan dapat kalo minta baik baik...jadi jangan salahkan aku nona"balasnya menyebalkan. Aku menghela nafas kasar. "NIght Kal!!"pamitnya lalu masuk mobil dan benar benar berlalu. Hm.....menarik juga.....Apa gitu ya usaha cowok buat kasih tau kalo dia berminat menjalin hubungan atau malah menunjukan kalo dia suka???.Aku jadi terus mengawasi mobil Rey sampai benar benar hilang dari jarak pandangku. Dia asyik di ajak ngobrol,ganteng juga,pastinya baik.Tpai apa cukup alasan itu untuk aku membuka diri dan berharap banyak dari perkenalan kami??.Aku rasa benar Rey,biar waktu yang jawab.Satu yang pasti,aku ga mau usaha maju kalo Rey ga mau.Aku perempuan,tugasnya cuma nunggu dan bukan menyodorkan diri.Kalo aku terburu buru,bukan ga mungkin aku terjerembab kan??.Aku belum mengenal Rey dengan baik.Tampak luar memang baik,tapi tampak dalam siapa yang tau.Aku harus hati hati. "Kal....kamu sudah pulang?"tegur mama melihat aku muncul di ruang keluarga. "Ya......baru rapi mah"jawabku sambil mencium pipi mama dan papaku lalu duduk di sofa di sisi lain mereka. "Anak itu sudah di tangani?"tanya mama. Aku mengangguk. "Jadinya di opname,tapi over all baik hanya mesti banyak makan agar cairannya kembali"jelasku. Mereka berdua mengangguk. "Tasmu mana?di mobil?tadi pergi kerja bukan bawa tas?"tanya papa. Aku menghela nafas. "Tasku dan dompetku masih di kantor,tadi terburu buru jadi aku cuma bawa handphone"jawabku. "Kamu pulang sama siapa?"tanya papa. Aku diam. "Kal....."tegur papa. Aku menghela nafas. "Teman"cetusku. "Cewe?"tanya mama. Aku menggeleng. "Berarti cowo!,mana temanmu ga di ajak mampir?,papa mau bilang makasih udah antar kamu pulang"kata papa sambil menoleh ke arah jalan masuk ruang tengah. Aku tertawa. "Lamtas aja sih pah....."desisku. Mama tertawa juga. "Loh kalo sudah berbuat baik,harus mengucapkan makasih kan?"sanggah papaku berdusta. Aku memutar mataku. "Hei....papa serius"protesnya lagi. "Iya.....yang antar aku dokter yang nanganin anak tadi pah,dia langsung pulang begitu antar aku,Aku udah bilang makasih untuk wakilin papa"jelasku. Papa dan mamaku saling menatap. "Dokter itu bujangan?"tanya papa serius. Aku tertawa lagi dan langsung diam karena muka papaku yang serius banget. "Astaga pah!!,dokter itu memang bujangan dan ganteng,aku cuma bisa cerita itu,selebihnya ga ada.Kami baru kenal sekilas,ya kali mesti aku pepet buat nikahin aku cuma buat wujudin keinginan papa yang mau aku buru buru nikah"kataku. Papa dan mama tertawa. "Anakmu pinter ngomong darling....."komen mama sambil mengusap pipi papakun yang masih tertawa. "Harus dong....kalo ga pinter mana pantes jadi anak Edward Tanjung"godaku. Papa terbahak. "Aku bobo ya!!,aku udah makan malam dan aku cape"pamitku bangkit. "Kamu benaran ga minat sama tuh dokter ganteng?"goda mama. Aku tertawa . "Doa aja siapa tau aku suka dan dia suka aku trus kita nikah dan kasih papa dan mama cucu"jawabku sambil berlalu. "Aamiin....."desis mama dan papaku kompak. Aku hanya tersenyum lalu masuk kamar.Kasihan juga sih,sampe segitunya berharap aku cepat nikah sampe cowo yang baru aku kenal aja berharap bisa jadi pacarku.Dulu aja pas aku masih sekolah ga boleh pacaran dulu.Sekrang marah nge bet banget aku pacaran. Aku mandi dan saat aku selesai pakai baju piamaku untuk bersiap tidur,handphoneku berdering dan itu dari Rey.Aku terpaku di depan layar handphoneku yang menampilkan nama Rey sampai kemudian mati.Aku menghela nafas lalu merebahkan tubuhku di kasur.Baru aku mau mematikan lampu kamar,dering handphoneku terdengar lagi dan Rey lagi.Jawab apa jangan ya??,tapi otak dan tanganku tidak sinkron. "Yap!!siapa!!"jawabku berbohong. Rey terdengar tertawa. "Bohong banget kamu ga tau siapa yang telepon kamu,jelas jelas aku nulis namaku"protes Rey. Gantian aku tertawa. "Ada apa Rey....."desisku . "Gitu dong panggil Rey aja" "Kan aku ga lihat kamu pakai seragammu"sanggahku. Rey tertawa. "Aku udah di rumah Kal,kali kamu mau tau"katanya. Aku mengulum senyum. "Kayanya sih aku ga mau tau"jawabku menggodanya, Rey terdiam. "Rey......"tegurku merasa tak enak. Rey tertawa. "Berarti aku harusnya ga telpon kamu ya"jawabnya. "Ngambek....."ejekku. "Ga sih cuma kecewa"desis Rey. Gantian aku diam. "Kal....."gantian Rey menegurku. Aku tertawa pelan. "Aku baru tau ada dokter baper"godaku lagi. Rey terdengar terbahak sekarang. "Ada yang lain ga?"jedaku. "Sory.....itu doang sih....kamu mau istirahat ya?" "Yap.....aku cape di gombalin dokter di rumah sakit tadi" Rey tertawa. "Bukan aku kan?"tanyanya menggodaku. "Kayanya bukan....dokter yang gombalin aku keceh,emang kamu keceh??"ejekku. "Ga tau sih,nanti kamu pastiin aja kalo ketemu aku lagi"jawabnya. Aku menghela nafas. "Okey......aku istirahat dulu ya Rey....kamu juga...."pintaku. Gantian Rey menghela nafas. "Okey....Night Kal"desisnya. "Night Rey......"balasku dan sambungan terputus. AKu tersenyum menatap layar handphoneku yang sudah berganti fotoku lagi sebagai latar belakang.Mungkinkah???.I don't know.Biar waktu yang jawab semua tanya. #### Cie Kalila di gombalin dokter keceh.....Rey kah????......bakal tau di next dan next part lagi ya kesayangan aku!!!,aku pamit dulu. see you next part.... kiss and love
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN