Prolog
"Kamu nikah lagi aja Ka, bilang tuh sama istri kamu kalo kamu butuh keturunan."
"Ma Intan bisa kok ngasih Arka keturunan, lagian kita baru nikah tiga tahun Ma."
"Kalo bisa udah dari awal kamu nikah langsung hamil dia, ini apa sampe sekarang belum hamil kan dia? Intan tuh mandul Ka!"
"Mah! Sabar sedikit lah, kita juga masih muda!"
"Kalo sampai tua gak hamil juga gimana?! Kamu butuh penerus Arka!"
"Kita bisa adopsi Mahh..."
"Gak! Mama mau kamu punya anak kandung!"
"Intan itu bukan mandul Mah, emang susah karena Intan punya autoimun."
"Sama aja! Pokoknya Mama mau paling lambat seminggu kamu ambil keputusan."
Sosok wanita paruh baya mengambil tas tangan di atas meja kerja, berjalan keluar dari ruangan kantor anaknya. Seolah menahan kekesalan kepada sang anak yang terus menolak permintaannya.
"Mama minta kamu nurutin Ka, Intan pasti bisa paham keadaan kamu."
Setelah itu Mama Arka keluar, meninggal Arka yang memijat pangkal hidungnya pusing. Bukan satu dua kali Mama memojokkan dia untuk menikah lagi memadu Intan sang istri, namun Arka masih tegas menolak permintaan itu cintanya begitu besar untuk sang Istri. Lagipula dia yakin suatu hari Intan akan mengandung anaknya.
Meskipun begitu, tampaknya terlambat sudah. Intan sang istri telah mendengar semuanya, ia yang sedari awal berada di depan pintu ruangan Arka dan langsung berlari saat mengetahui mertuanya akan keluar dari ruangan Arka.
###