BLOKIR!

872 Kata
Rusdi menceritakan semua perilaku Wati pada Gita. Dia tak ingin ada salah paham antara dirinya dan Gita. “Ini baca deh semua pesannya, enggak ada yang A’a balas,” kata Rusdi. Gita menerima ponsel tunangannya dan membaca semuanya. Tadi Rusdi sudah menjelaskan bagaimana dia memberikan nomor ponselnya pada Wati. Gita pun sama sepemikiran dengan Rusdi, Gilbert dan Diah bahwa ada yang tak benar dengan perilaku Wati pada Rusdi. “Kenapa enggak A’a blokir?’” tanya Gita santai. “A’a mau kasih tahu kamu dulu biar kita nggak salah paham. Kalau sudah kamu lihat begini kan jelas, bahwa memang seperti itu yang dia lakukan. Nanti akan ada lagi pesan siang ngingetin makan, lalu kadang ngucapin selamat tidur malam. Dia itu seperti seorang kekasih yang memberi atensi pada orang yang dia cinta,” kata Rusdi lagi. “Makanya blokir saja, aku sudah tahu kok A’a enggak akan berpaling. Tapi kalau seperti ini kan kayanya kita kasih harapan. Walau pun enggak bales, tapi setidaknya dia lihat kita baca pesan dia,” jawab Gita dengan bijaksana. “Iya Sayank, kemarin juga Diah sudah bilang suruh blokir. Tapi A’a pengin kamu tahu dulu. Kalau tahu-tahu sudah di blokir, kamu enggak lihat kelakuannya dia. Untung pesan dia masuk saat di depan kamu,” jelas Rusdi. “Iya A’ blokir saja.” “Ya sudah, kamu saja blokir,” jawab Rusdi. “Idih ngapain aku yang blokir? Itu handphone punya A’a koq,” jawab Gita. Rusdi pun langsung memblokir nomor Wati di depan Gita. Rusdi tahu Wati selalu melihat status WA-nya pagi tadi terus di langsung menuliskan status tentang pertemuannya dengan Gita dan Rusdi tahu status itu sudah dibaca Wati ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Pasti perempuan itu menyuruh Rusdi memblokir nomorku. Pasti perempuan itu marah dan cemburu takut bersaing denganku,” omel Wati begitu mengetahui dirinya diblokir oleh Rusdi. Wati berpikir bahwa Rusdi memblokir dirinya setelah bertemu dengan Gita. Menurut pikiran Wati semua kelakuan Rusdi itu karena diperintah oleh Gita sehingga Wati sangat membenci Gita. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Aa kok rasa enggak enak ya,” kata Rusdi setelah mereka selesai makan. “Maksud Aa bagaimana sih?” tanya Gita bingung mendengar calon suaminya mengeluh. “Entahlah tapi ada rasa enggak tenang dan tiba-tiba ke bayang wajah Wati terus,” kata Rusdi dengan jujur. “Aa enggak ada hubungan apa-apa kan sama dia?” tanya Gita mulai tak tenang saat calon suaminya jujur mengatakan selalu terbayang wajah Wati. “Hubungan bagaimana? Wong Aa baru ketemu dia berapa kali. Kamu tanyalah sama Diah kalau kamu kurang percaya,” jawab Rusdi. “Bukan enggak percaya A,” jawab Gita lembut. “Aa sudah jujur bahwa A’a ke pikiran Wati, itu saja bikin aku bingung.” kata Gita lagi. “Itu yang jadi pikiran A’a. A’a tuh baru ketemu sekali pada saat dia antar berkas katanya disuruh Gilbert. Lalu kedua saat dia anterin tamu dan dia antar minum ke ruangan, aneh kan? Ketiga yang tadi cerita bahwa dia nunggu di lobby saat hujan deras. Ya sudah A’a antar sampai halte jalan Penang. Enggak ke mana-mana. Enggak antar pulang ke rumahnya cuma sampai halte. Beneran Yank,” kata Rusdi. ”Iya aku mengerti kok. Kalau A’a enggak jujur, pasti Aa enggak cerita sejak awal,” jawab Gita berupaya menghindari keributan. “Aku enggak ingin rencana pernikahan kita berantakan karena ribut soal ini,” jawab Rusdi. “Kita menjalin hubungan bukan satu hari atau dua hari, sudah lima tahun loh kita berhubungan. Walau LDR Jakarta ~ Jogja, walau LDR Cirebon ~ Bandung kita tetap aman. Kenapa sekarang gara-gara perempuan satu yang baru saja ketemu sama Aa kita ribut?” kata Rusdi lagi. “Siapa yang ribut? Kita diskusi loh A’. Bukan berantem,” jawab Gita, tapi suaranya mulai meninggi. “Iya A’a ngerti. Tapi please jangan sampai kita ribut gara-gara hal tersebut kita sudah mau married dan perjuangan kita lima tahun dari mama yang enggak suka dengan sikap dingin-mu sampai dia yang cinta mati sama kamu. Bahkan mama juga yang taruh Diah di yayasan buat jagain A’a kan?” kata Rusdi. “Coba A’a istighfar dan be bacaan, biar bisa hilangkan pikiran Wati dari otakmu itu,” pinta Gita. “A’a enggak mikirin dia, tapi ke bayang dia terus. Boro-boro mikirin dia,” kata Rusdi putus asa. “Ya sudah, ya sudah. Sekarang kita jalan. Kita fokus pada barang persiapan pernikahan kita seperti yang di pesan amah dan ibu saja yok,” ajak Gita untuk melepaskan diri dari topik pembicaraan tentang Wati. “Aku akan bilang dulu ke mama sama ibu supaya siap-siap kalau kita video call tanya jenis barang,” kata Gita. Gita langsung mengirim pesan pada ibunya dan Amahnya. Amah adalah panggilan untuk ibunya Rusdi, karena sejak awal dia diminta memanggil AMAH seperti Rusdi memanggil ibunya. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Siap ya kami sudah sampai lokasi penjual brokatnya nanti kami akan video call tanya soal jenis dan warna yang kalian mau,” kata Gita pada ibu dan amah saat dia tiba di parkiran pasar kain di jalan Tamim Bandung. Cukup lama Gita dan kedua ibu memilih melalui video call group bersama Diah. Akhirnya hari itu berlalu dengan sukses. Gita dan Rusdi sudah berhasil membawa pulang semua yang diinginkan ibu serta amah karena kedua ibu juga punya banyak barang yang diinginkan selain brokat yang buat seragam pernikahan. ≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN