SERANGAN DI KANTOR

1068 Kata
Sejak dua kali mimpi sehabis mandi ruqyah di rumah Ibu, Gita memang sudah tidak pernah diganggu oleh makhluk apa pun. Baik di rumahnya, di rumah Apa’ mau pun di rumah Ibu. Tentu saja hal ini membuat semua terutama Rusdi senang. “Alhamdulillah ya semuanya sekarang bersih,” kata Rusdi melihat istrinya bisa makan normal. “Iya, Alhamdulillah,” jawab Gita. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Persoalan Diah juga sudah tuntas. Diah tak mau peduli lagi walau Hendra mengemis minta maaf. Toh pertunangan mereka sudah dibatalkan oleh kedua belah pihak saat Apa’ dan Amah ke rumah papa dan mamanya Hendra. Walau Hendra berjanji menceraikan istrinya. Tapi Diah tak mau merusak keluarga kecil Hendra yang tak akan pernah di restui kedua orang tua Hendra karena mereka merasa tertampar dengan perilaku Hendra. Dan yang pasti Diah sadar, Hendra sama sekali tak pernah mencintainya. Hendra mendekatinya hanya karena harta, nanti bila harta sudah di dapat dia akan kembali ke pelukan istri tercintanya. Buat Hendra memang tak ada cinta lain selain perempuan yang dia jadikan pasangan hidupnya sekarang. Kekuatan cinta mereka menutup logika. Sama-sama tak direstui orang tua dan nekad tinggal bersama tanpa menikah karena berbeda keyakinan. Hendra dan ‘istrinya’ pikir hidup bersama dengan cinta adalah segalanya. Tak mereka pikirkan nasib anak mereka kelak. Sampai saat ini putra sulung mereka tak bisa dapat akta kelahiran karena mereka tak punya surat nikah. Bisa buat akta bila mereka tega hanya mencantumkan nama Ibu tanpa nama ayah. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Bu, Saya enggak kuat, saya nggak kuat,” kata Lela yang masuk ke ruangan kerja Gita tanpa mengetuk pintu. Sudah satu minggu Lela bekerja menjadi sekretarisnya Gita, pekerjaannya bagus tak pernah ada keluhan. Tetapi hari ini siang-siang tengah hari bolong, Lela langsung menghampiri Gita di ruangannya. Lela langsung teriak-teriak. “Ada apa kamu?” tanya Gita yang baru saja selesai shalat berjamaah dengan suaminya. Gita tidak mendengar Lela mengetuk pintu ruangan kerjanya. “Saya enggak kuat Bu, saya minta resign saja,” ucap Lela tanpa ragu. Seakan dia memang tak kuat lagi menahan beban teramat berat. “Kok resign memang saya salah sehingga kamu minta resign? Saya enggak pernah tegur kamu, pekerjaan kamu bagus,” tolak Gita. “Ibu enggak salah. Ibu baik pada saya, tapi setiap hari saya diganggu oleh hantu perempuan di ruangan.” Jelas Lela. “Kok bisa? Kamu kan satu ruangan dengan Gilbert dan Diah. Kenapa hanya kamu yang di goda?” tanya Gita bingung. Rusdi sejak tadi hanya mendengarkan saja apa yang istri dan sekretarisnya bicarakan. Dia melipat sarung yang dia kenakan untuk shalat, juga sajadah dan diletakkan di rak yang biasa digunakan untuk menaruh alat-alat solat di ruang itu. Rusdi tak habis pikir. Gangguan di rumahnya sudah lenyap, mengapa sekarang ada gangguan di ruang kerja sekretaris Gita? Sekarang gangguan mulai timbul di kantor yayasan. Gangguan ada di kantor bukan di rumah lagi. Sekarang tidak mengenai Gita mau pun Rusdi tapi mengenai beberapa pegawai kantor terutama Lela. “Entah Bu, tiap siang dia mengganggu. Entah mengambil alat tulis saya, tertawa terbahak-bahak atau dia meludahi makanan yang hendak saya makan. Apa pun. Pokoknya dia bikin saya selalu ketakutan,” kata Lela. Rusdi dan Gita saling pandang tak percaya, kejadiannya ada di ruang para sekretaris tapi hanya Lela yang merasakan sementara Gilbert dan Diah tak tahu ada teror itu. “Lalu apalagi?” tanya Rusdi yang akhirnya ikut bicara. “Hantu itu mengusir saya Pak. Dia bilang saya tidak boleh menggantikan tempat sahabatnya yang ingin masuk di sini. Hantu itu juga bilang hanya sahabatnya yang boleh dekat dengan Pak Rusdi.” “Padahal saya kan bukan sekretaris Pak Rusdi. Saya tak pernah dekat dengan Bapak, kenapa dia marahnya ke saya.” Lela menampakkan kekesalannya saat bilang si hantu minta dia menjauh dari Rusdi. “Bahkan hantu tersebut beberapa kali ikut ke rumah saya Bu, dia mengganggu sehingga sering membuat suami saya marah karena saya tidak mendengar apa yang suami saya katakan,” kata Lela lagi. “Saya jadi sering tak fokus bekerja di rumah sehingga suami saya juga menegur. Mengapa saya belum masak, kadang mengapa saya belum menyiapkan baju. Pokoknya saya jadi enggak konsen ngapa-ngapain di rumah Bu.” keluh Lela. “Oke baik sekarang gini saja kamu cuti dulu tiga hari. Saya kasih libur tiga hari, nanti kita lihat lagi bagaimana kelanjutannya ya. Semoga saja hari ini semua bisa teratasi,” Kata Gita. “Baik Bu. Mohon maaf saya benar-benar bingung. Masalahnya siang-siang selalu terlihat bukan hanya malam seperti kata orang-orang hantu itu hanya terlihat malam. Yang menggoda saya selalu ada siang hari Bu,” kata Lela. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Rusdi langsung menghubungi Taufik, dia cerita bahwa sekretarisnya Gita di kantor setiap siang diganggu makhluk halus. “Di kantor?” tanya Taufik di ujung telepon. “Ya, di ruang dia ada Diah dan Gilbert. Tapi hanya dia yang di goda. Selain godaan sering diambil alat tulis atau diludahi makanannya sehingga Lela tidak bisa makan dan sekretaris itu juga beberapa kali dapat mimpi di rumah saat tidur malam.” “Dalam mimpi sang hantu mengatakan Lela harus pergi dari kantor ini enggak boleh ada dekat aku. Padahal dia bukan sekretarisku tapi sekretarisnya Gita.” Rusdi menjelaskan pada Taufik agar semuanya clear tidak salah tangkap. “Baik besok aku baru bisa ke kantormu. Semoga saja Jajang dan Badli bisa, kalau salah satu dari kami tidak bisa akan kurang kekuatan kami. Karena kami saling melengkapi. Jadi aku atur waktu dulu, nanti aku beritahu jam berapa aku bisa tiba di kantormu,” janji Taufik. “Tapi Lela, pegawai itu sudah dikasih libur tiga hari oleh Gita,” jawab Rusdi. “Enggak apa-apa. Yang penting aku sampai kantormu dulu. Kita lihat apa yang terjadi di sana,” jawab Taufik. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Lusanya jam 11.00 siang Badli datang duluan, baru Jajang dan Taufik. Tak jadi kemarin karena Jajang tak bisa. Seperti yang Taufik bilang, untuk pekerjaaan berat mereka harus bertiga karena mereka saling melengkaapi. Bila kurang satu personil maka akan kurang maksimal. Di kantor ada Diah juga Gilbert karena mereka di kasih tahu tentang kondisi Lela. Gita langsung memanggil Budi Raharja suami Lela untuk datang ke ruangannya agar tahu apa yang terjadi di kantor menyangkut dengan pekerjaan Lela. “Sebelum kerja kita makan dulu yuk,” ajak Gita yang sudah memesan nasi box untuk semua yang ada di situ saat itu. Gita juga memanggil Pak Mahmud jadi ada 9 orang di sana saat itu. Gita sangat paham Jajang, Badli dan Taufik butuh tenaga super besar saat bekerja. Itu sebabnya dia tak mau mereka tak optimal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN