GITA INGIN MEMBUNUH RUSDI

1067 Kata
Mereka pun sepakat untuk mengadakan doa bersama langsung di malam itu juga tanpa membuang waktu. Penundaan akan sangat berbahaya karena pihak lawan akan segera bereaksi setelah tahu tadi berupaya di netralkan. Mereka menunggu umbe rampai karena tak bisa hanya dengan doa. Tentu harus dengan bunga dan aneka minyak bila ingin mengembalikan. Tak bisa di lempar tanpa amunisi. Semua itu dipesan Jajang pada sahabatnya sehingga menunggu barang-barang itu datang. “Kalian kalau mau istirahat silakan. Tak perlu menunggu kami,” ujar Badli pada Gita dan Diah. “Istirahat sini Yank,” Rusdi menyuruh istrinya berbaring di sofa. Gita tentu tak mau meninggalkan semua hal itu begitu saja. Dia ingin mengetahui semua proses yang dilakukan. Diah hanya duduk selonjoran di sofa lainnya di seberang sofa yang tadi Rusdi minta Gita gunakan untuk berbaring. Sambil menunggu umbe rampe datang Taufik dan Jajang minum kopi hitam pekat tanpa gula yang mereka pesan. Ini bukan minuman yang biasa mereka minum. Hanya pada kesempatan tertentu saja. Semua berkaitan dengan ritual yang akan mereka adakan. Pak Mahmud tahu makna kopi pahit yang diminta dua orang itu. Pasti lawan mereka tak bisa dianggap enteng. Semua keperluan datang jam 11 malam termasuk kain putih. Jajang membungkus cepol dan dua telur angsa menjadi bentuk seperti pocong dengan tambahan sterofoam bekas barang elektronik. Hanya agar mudah dibentuk saja. Rupanya sahabat Jajang sudah menyiapkan membawa sterofoam takut sulit mencari barang itu di kantor tengah malam. Jadi sekarang ada tiga pocong kecil yang Jajang buat. Tengah malam ritual baru bisa dimulai setelah tiga sekawan kembali diberi teh panas dan makanan yang mengenyangkan oleh Diah dan Gilbert yang sengaja keluar beli martabak telur dan martabak manis aneka rasa. Dengan segala kerendahan hati mereka, semua berdoa dan berpasrah meminta pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar dilindungi dari segala mara bahaya. Rusdi dan Gita juga keluarga besarnya yang telah dimintai restu oleh Gita sepakat akan mengembalikan semua serangan santet yang selama ini dikirim untuk mereka. Tadi mereka juga bertanya pada orang tua tentang keputusan mereka untuk mengembalikan kiriman dan latar belakang mengapa mereka berniat mengembalikan bukan memindahkan saja. Tiga sekawan berbagi tugas. Jajang dan Badli akan melakukan eksekusi agar santet tersebut dikirim balik ke pengirimnya. Sementara Taufik yang menjaga agar pertahanan di lokasi pengembalian tetap kondusif. Lokasi pengembalian adalah ruang kerja Rusdi saat ini tempat eksekusi berlangsung. Proses berdoa bersama itu pun berjalan dengan cukup menegangkan suhu ruangan ber AC tengah malam terasa sangat panas seperti berdiri tengah hari di lapangan terbuka. Tepat ketika Jajang dan Badli meminta agar santet itu dikirim balik ke si pengirimnya Taufik yang membantu proses pembersihan kantor itu seketika muntah darah! Darah yang dimuntahkan itu merupakan darah segar kental dan cukup banyak. Membuat semua yang ada di sana ketakutan. Jajang dan Badli terus melawan sementara Taufik tetap bertahan. Diah tak tahan melihat Taufik seperti itu, dia mengambilkan air hangat juga memberi handuk kecil bersih untuk membersihkan wajah Taufik. Diah juga memberikan teh hangat dengan madu yang kebetulan ada di ruang Rusdi. Melihat gumpalan darah yang keluar dari mulut Taufik wajah Gita beringas. Dia mendengar bisikan : “Bunuh dia! Bunuh Dia!” Maka Gita pun menyerang Taufik yang baru menerima handuk dari Diah. Gita berupaya mencekik Taufik. Rusdi, Mahmud, Gilbert dan Budi menarik Gita agar melepas cekikan di leher Taufik, tapi empat lelaki dewasa itu kalah oleh tenaga Gita. Tentu saja karena tenaga yang ada di Gita saat ini bukan tenaga dia secara murni. Melainkan tenaga jin yang tak rela diusir atau dikembalikan pada pengirimnya. “Istigfar Yank, istigfar,” bujuk Rusdi. Jajang membantu ke empat lelaki dengan memberi dorongan tenaga tanpa menyentuh. Jajang mendorong Gita dari belakang Taufik yang sudah semakin lemas sehabis muntah darah malah dicekik. Badli masih serius mengerjakan pengembalian. Dia masih berdoa di depan tiga pocong mungil. Perang antara Gita dan Jajang memperebutkan Taufik berjalan alot. “Huaaaah!” Gita berteriak panjang memberontak sehingga empat lelaki yang menariknya terlempar. Sekarang Gita menyerang Rusdi. Gita ingin membunuh suaminya sendiri. Diah semakin tersedu melihat bagaimana tetehnya berupaya membunuh kakak kandungnya. Jajang menuang sedikit air keubun-ubun Gita dari belakang sehingga Gita lemas dan akhirnya pingsan. Rusdi yang lemas habis dicekik istrinya langsung berupaya mengangkat tubuh istrinya dan membopong ke sofa. “Sttt, kamu tenang, baca istigfar,” Taufik memeluk bahu Diah agar gadis yang terguncang itu tenang. Walau dia sendiri masih lemas. Pak Mahmud kembali memberikan semua teh panas untuk semua. Para satpam yang tadi dia suruh membuat. Semua terpana bisa mengalami kejadian langka dan merasakan sendiri sensasi saat kejadian. “Alhamdulillah, walau berat, semua sudah berhasil kami kirim pulang,” kata Badli membuka ikatan pocong. Yang tidak melihat secara langsung proses pembungkusan pocong sampai sekarang pembukaan kembali tentu tak akan percaya. Saat tali pocong dibuka, yang ada di dalam hanya sterofoam bekas barang elektronik saja. Tak ada lagi cepol juga dua telur angsa busuk yang tadinya merupakan isi utama dari pocong tersebut. Tiga benda media santet yang ditanam itu sudah kembali pada pengirimnya. Rusdi berupaya membuat Gita sadar. Dia sangat takut ketika Gita kesurupan tadi. Rusdi tak menyangka bisa mengalami hal ini secara langsung. Istrinya yang sehari-hari lemah lembut bisa menang melawan empat lelaki dewasa. Cukup lama Gita baru tersadar. “A’, sakit,” keluah Gita. Pergelangan tangannya biru akibat tadi dicengkeram kuat oleh empat orang lelaki. “Iya Sayank. Sabar ya, nanti kita beli obat ruam di apotek. Juga kita minta Ambu bikinkan jamu beras kencur agar bengkaknya hilang,” bujuk Rusdi. Sementara Diah tak sadar tidur dalam pelukan Taufik. Lelah, sudah dini hari juga ketakutan dan sedih membuat gadis itu tak sadar tertidur sambil menangis ketika dibujuk Taufik tadi. “Aku rasa perjuangan kita kali ini selesai. Aku lihat santetnya sudah bersih. Sepenglihatanku sepertinya santet ini dikirim dari orang yang berasal dari daerah Indramayu. Orang ini punya dendam sama kalian.” ujar Badli “Setelah ini kita harus terus rajin berdoa dan mengaji. Mudah-mudahan sakitnya betul-betul balik ke pengirim termasuk yang menggoda karyawanmu,” kata Badli. “Indramayu?” tany Gita ambigu. “Ya, semua dikirim dari Indramayu. Sosok yang sangat benci pada kalian,” Jajang membenarkan pendapat Badli. Sementara Taufik ikut tertidur bersama Diah dalam pelukannya. Badli dan Jajang saling tukar pandang melihat Taufik. Mereka juga kasihan karena Taufik sampai harus lemas karena muntah darah. Pak Mahmud dan Budi membersihkan area ruangan sampai bersih sedang Gilbert kembali beli makanan. Kali ini dia dapat tukang mie dog-dog. Dia ajak tukangnya ke depan gedung sekretariat untuk langsung di buatkan di sana saja sesuai keinginan masing-masing.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN