DI RUMAH IBU PUN SAMA SAJA

1135 Kata
Karena keseringan melihat makhluk-makhluk gaib itu Gita langsung jatuh sakit dia tak bisa makan dan tentu saja lemah sehingga akhirnya dirawat di rumah sakit selama satu minggu. Selama perawatan tak pernah ada gangguan baik di rumah mau pun di rumah sakit. Semua aman jadi memang yang dituju hanya Gita bila ada di rumah. Kalau tidak di rumah dia aman. “Kayanya kamu aman kalau di luar rumah, kamu aman kalau di rumah sakit karena yang dituju adalah kamu dan rumah,” Apa’ mencoba memberi saran pada Gita. “Gimana kalau kamu tinggal di rumah Apa’ atau Ibu saja biar kamu tenang?” tanya Ibu. “Enggak Apa’, Ibu, aku biar saja di rumah, Gita tak mau mengungsi ke rumah Ibu atau Apa’. “Kalau di rumahmu, kamu enggak bisa makan lagi. Kalau di rumah kamu enggak bisa tidur lagi dengan tenang. Lebih baik kamu jaga kesehatan saja,” bujuk Amah. Semua ingin Gita sehat kembali. “Ibu juga setuju sebaiknya kamu pindah dulu agar kamu sehat kembali,” kata Ibu kandungnya Gita menyetujui saran dan pikiran besannya. “Baiklah nanti pulang aku ke rumah Ibu saja, karena rumah Apa’ sudah pada tahu itu rumahnya Aa juga. Jadi lebih baik aku ke rumah Ibu,” akhirnya Gita memutuskan mengungsi di rumah Ibu selama proses pemulihan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Satu hari sejak pulang dari rumah sakit, tak ada gangguan apa pun tapi malam berikutnya Gita sudah mulai menjerit-jerit dia mulai mimpi lagi. Mimpinya selalu sama yaitu si kakek yang menyeramkan minta bersetubuh dengannya. Gita juga sudah mulai melihat kuntilanak di siang hari di rumah Ibu bahkan Gita melihat kakek yang menyeramkan itu ingin menyetubuhinya membuat kita semakin takut dia teriak-teriak tidak mau tidak mau tidak mau sehingga membuat Ibu dan ayah, elang dan Haris bertanya ada apa? “Kakek itu ingin menyetubuhiku,” kata Gita sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu. Tentu saja semua kaget. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Wajahmu enggak fresh. Kamu kenapa sih?” tanya seorang teman S2 Rusdi yang datang ke yayasan. Entah mengapa dia ingin bertemu Rusdi karena itu tadi dia menelepon Rusdi untuk minta bertemu. Teman Rusdi ini sebenarnya indigo. Dia bisa melihat hal tak kasat mata. Maka begitu merasa ada magnet yang mengharuskan dia menemui Rusdi, dia pun tak membuang waktu. “Istriku baru pulang dari perawatan. Seminggu dia dirawat karena stress dan dehidrasi akibat tak bisa masuk makanan,” lalu Rusdi cerita pada temannya itu. Temannya pernah datang saat acara pengajian selamatan rumah. Taufik Nurcholis teman S2 Rusdi di Jogja yang sama-sama asli Cirebon itu lalu memejamkan matanya. “Wah benar aku melihatnya,” kata temannya itu. “Kamu lihat apa?” tanya Rusdi penasaran. “Rumahmu itu sangat kotor, juga badan istrimu. Semua yang istrimu ceritakan ada di dalam rumahmu. Memang ada kuntilanak dan yang lainnya. Dan mereka memang ingin memangsa istrimu karena istrimu adalah sasaran tembak dari mereka orang yang mengerjaimu.” “Orang itu ingin istrimu celaka, dia ingin Gita tidak bisa punya anak bahkan ingin kematiannya,” temannya menjabarkan apa yang dia ‘lihat’ sambil terus terpejam. Rusdi tentu saja kaget mendengar temannya membaca situasi rumahnya seperti itu dia tak percaya. “Yang membuat istrimu depresi karena dia ingin digagahi kakek buruk rupa. Kalau sampai kakek itu berhasil maka rahim istrimu akan langsung kering setelah kena cairan sper-ma kakek itu.” “Istrimu dikejar siang malam oleh sang kakek. Baik dalam mimpi mau pun dalam wujud yang istrimu bisa lihat.” Rusdi tak percaya Gita sangat tersiksa seperti itu. Dan tadi Taufik bilang orang yang mengirim semua itu tujuannya adalah mengerjai dirinya, tapi Gita yang dijadikan korban. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Ini semua berawal dari bau busuk kotoran manusia karena mereka dibentuk berawal dari sana,” kata Taufik sambil terus melihat kondisi rumah Rusdi dengan mata terpejam. “Kamu serius?” tanya Rusdi tak percaya. “Serius lah, itu yang aku lihat,” kata Taufik Nurcholis lagi. “Memang awalnya ada rambut cepol di kamar mandiku. Pertama kami kira itu hanya rambut biasa lalu aku buang di tempat sampah luar rumahku.” “Cepol kedua aku bakar. Esoknya siang-siang ada bau busuk memenuhi dapur dan ruang tengah rumahku. Bau busuk kotoran manusia. Saat itu istriku sampai menyalakan dua kipas angin besar untuk membuang bau, istriku juga menyemprot ruangan dengan pengharum dan anti serangga tapi tak berpengaruh. Bau itu tetap menyengat hingga malamnya,” cerita Rusdi tentang kejadian awal hal aneh yang dia alami. “Ya, itulah awalan segalanya. Bau busuk kotoran manusia,” Taufik Nurcholis menjelaskan apa yang dia lihat. “Kotoran itu awal semua keruwetan. Yang aku lihat semua ini tidak bisa diusir hanya dengan pengajian. Kamu harus buang. Kamu harus putuskan kembalikan ke awal atau kita lawan,” jelas Taufik. “Ya, tak bisa diusir harus dilawan,” ulang Taufik masih dengan terpejam. “Masalahnya kamu mau melawan atau tidak, karena akan berakibat istrimu akan kurus kering mati dari dalam. istrimu dimakan mereka sedikit demi sedikit. Istrimu hidangan bancakan buat mereka semua.” Tentu saja Rusdi tidak mau kalau harus kehilangan Gita terlebih dengan cara yang tidak wajar seperti itu. Dia bertekad melawan semua hal tak masuk logika ini. Rusdi bertekad akan menerjang badai demi keselamatan istri tercinta. “Soal jatuhnya pasir di atap rumahmu, itu adalah saat lawanmu membuka mata batin istrimu untuk melihat mereka. Dengan istrimu bisa melihat mereka, maka lawan akan semakin cepat membinasakan istrimu. Karena dia akan mudah stress juga depresi dan tak berani tidur, karena kalau tidur takut mimpi buruk.” “Istrimu tak bisa makan, karena yang dia lihat di piring nya selalu ada kotoran manusia,” jelas Taufik lagi. Rusdi makin terluka mendengar penderitaan yang Gita alami selama ini. Dia sangat menyesalkan pernikahannya menyakiti perempuan yang dia cintai. Dia harus menyudahi semua penderitaan istrinya. “Lalu, sekarang istrimu ada di mana?” tanya Taufik. “Sejak pulang dari rumah sakit kami menetap di rumah Ibu mertuaku atas permintaan Gita. Memang kami menyarankan jangan pulang ke rumah sebelum dia sehat. Kasihan bila dia sendiri di rumah. Dia pasti akan urus rumah. Dia tak bisa diam.” “Bawa aku bertemu dia, akan aku tutup mata batinnya agar dia tak bisa lagi melihat hal gaib, setidaknya dia akan bisa makan dengan tenang,” Taufik meminta Rusdi bertemu dengan Gita. Dia ingin menolong sahabatnya itu. “Kamu ke sini cepat,” Tentu Rusdi tak keberatan, dia segera memanggil sekretarisnya. “Di, A’a mau pulang. Ini teman A’a mau mengobati tetehmu. Tolong kamu urus dan beresin semua berkas. Kalau bisa hubungi Apa’ biar dari kantor langsung ke rumah Ibu,” kata Rusdi pada Diah. Taufik melihat sosok Diah sekilas. “Iya, Ade kasih tau Apa’ sekarang. Nanti kalau bisa Ade nyusul ke rumah Teteh,” jawab Diah sambil membereskan berkas di meja Rusdi dan men save pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Rusdi. Taufik menerka kalau Diah adalah adik sepupu Rusdi dari panggilan mereka. Atau mungkin Diah adiknya Gita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN