Seharusnya Deva bisa lebih menahan diri untuk tidak terlibat konfrontasi dulu dengan Faris, karena misi yang sedang mereka jalankan belum selesai. Itu hanya akan memancing amarah Faris dan rasa penasarannya untuk mencari tahu lebih banyak perihal dirinya. Tapi, apa boleh buat kelakuannya terlalu memuakkan. Paling tidak sekarang Deva sudah sepenuhnya yakin, kalau Faris adalah orang di balik kematian kakaknya. Seperti biasanya setiap kali janjian ketemu kalau Nalini datang lebih dulu, pasti sudah memesankan menu buat Deva. Saking paham luar dalam, dia bahkan tahu semua yang disukai atau tidak oleh Deva. Berbanding terbalik dengan Deva sendiri yang justru sering lupa kesukaan sahabatnya itu, kecuali cinta Lini terhadap coklat. “Tumben ngajak ketemu di jam kantor! Penting ya kayaknya?” Deva