Goodbye, Natuna!

1132 Kata

Ini kali pertama Zein mengambek, selucu itu. Tidak lama, setelah digoda sedikit saja langsung luluh. “Nggak punya bathup ya di rumah?” tanyaku mengejeknya. Zein mengeratkan pelukannya dan menggigit leherku gemas karena sejak tadi aku terus mengusilinya kemudian kami tergelak bersama. Wajahnya tidak lagi kesal begitu disumpal benda kenyal favoritnya. Pantas saja Zein begitu menginginkan momen ini karena sensasinya berbeda dari pergulatan panas sebelumnya. Belum lagi suguhan pemandangan yang indah di depan sana. “Jangan bilang mau nambah lagi, Mas,” protesku saat dia memainkan kembali favoritnya lalu turun mengelus perutku yang rata. Saat ini aku tengah membelakangi Zein—kami tengah menikmati pemandangan di dalam air busa. “Semoga segera hadir pelengkap hidup kita, Zein atau Zee junior t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN