Mendengar cerita Angga, membuat Jimin tidak bisa berhenti tertawa. Bagaimana ada pria sebodoh sahabatnya, sudah mengajak anak orang berkeliling dikegelapan malam malah di tinggal seenaknya begitu saja. Hanya orang beriman teballah yang mampu memaafkan pria pengecut yang berkedok sok pemberani itu. Astaga! Sebodoh itukah sahabatnya? Jimin benar-benar tidak habis fikir. “Terus sekarang bagaimana nasib Aya?” Jimin mulai menghentikan tawanya perlahan. Angga menghela nafas frustasi. “Gue juga kagak tau! Dia dari tadi nggak balas pesan gue sama sekali.” Jimin kembali terbahak. “Mampus Lo! Makanya lain kali ngajak anak orang itu ketempat yang bener dikit, kemall kek. Kecafe kek lebih logis dari pada Lo ajak kekuburan tengah malam. Memang lo mau ngapain dikuburan malam-malam hah? Mau cari